Bab 19

1 0 0
                                    


Setelah hantu menghilang, suasana mulai tenang kembali. Sheina masih tertawa, namun ada ketidakpastian di matanya. Raka yang cemas memandang Liam, seolah mencari konfirmasi bahwa semuanya baik-baik saja. Liam, dengan ketenangan yang khas, menepuk bahu Sheina dan memberikan senyum menenangkan.

“Om, itu seru banget! Aku rasa kita harus melakukan ini lagi!” Sheina berkata dengan semangat, meski Arkan tahu bahwa dia masih berusaha untuk menutupi rasa takutnya.

“Berani sekali, Sheina,” gumam Raka, masih tampak khawatir. “Tapi kita juga harus lebih hati-hati lain kali.”

Arkan menyaksikan interaksi mereka dari kejauhan, hatinya dipenuhi rasa bangga dan sekaligus sedih. Ia merindukan momen-momen seperti itu bersama Sheina, momen di mana mereka bisa tertawa dan merasa aman satu sama lain. Tetapi saat ini, semua itu terasa jauh.

“Dia sangat berani… lebih berani dari yang aku bayangkan,” pikir Arkan, saat ia menatap sosok Sheina yang ceria. Namun, ada kerinduan yang menyakitkan di dalam hatinya, menyesali waktu yang terbuang dan momen-momen yang tidak pernah terjalin di antara mereka.

Dengan tekad yang baru, Arkan mengambil langkah maju. Meskipun ia tidak dapat berinteraksi dengan hantu, ia bisa menjadi bagian dari kehidupan Sheina. Mungkin ia tidak bisa merubah masa lalu, tetapi ia bisa mencoba untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Saat Sheina dan Liam bersiap untuk melanjutkan perburuan, Arkan merenggut keberanian. “Sheina,” ia memanggil dengan suara yang sedikit bergetar, membuat ketiga orang di depan menoleh ke arahnya.

Sheina melirik ke arah suara tersebut, dan untuk pertama kalinya, ada sedikit keraguan di wajahnya. “Ayah?” tanyanya, bingung dan terkejut.

“Ya, aku di sini. Aku… aku melihat semuanya,” Arkan menjawab, mencoba mengendalikan emosinya. “Aku tidak bisa… tidak bisa melindungimu saat itu, tapi aku ingin bersamamu sekarang. Mungkin aku tidak bisa berbicara dengan hantu, tetapi aku ingin membantumu dari sini.”

Sheina menatapnya dengan bingung, ada campuran antara harapan dan keraguan di matanya. Liam dan Raka pun memperhatikan dengan penuh perhatian, merasakan ketegangan yang mengalir di antara mereka.

“Kenapa sekarang? Kenapa tidak dari dulu?” tanya Sheina, emosinya teraduk antara kebingungan dan rasa sakit.

“Aku… aku tahu aku membuat kesalahan. Tapi aku berusaha untuk memperbaikinya. Aku ingin menjadi ayah yang seharusnya aku jadi untukmu,” Arkan berkata, berharap bahwa kata-katanya bisa menyentuh hati Sheina.

Sheina terdiam, mencoba mencerna semua yang baru saja diucapkan ayahnya. Di dalam hatinya, dia merasa ada sebuah kerinduan yang sangat dalam, namun juga rasa sakit yang tak terhapuskan. Liam memperhatikan, memberikan ruang bagi Sheina untuk berpikir, sambil berusaha menunjukkan bahwa ia akan selalu ada untuknya.

“Ini tidak akan mudah,” kata Raka, menambah suasana dengan ketegasan. “Tapi mungkin, kamu bisa memberi dia kesempatan.”

Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa lama, Sheina mengangguk pelan. “Baiklah, aku akan mencoba. Tapi kamu harus membuktikan bahwa kamu bisa diandalkan, Ayah,” ucapnya dengan suara tegas meskipun ada kesedihan yang menyertainya.

Arkan merasakan beban yang terangkat dari pundaknya. Dia tahu ini hanyalah langkah pertama, tetapi langkah ini adalah awal dari harapan baru.

Ketika mereka melanjutkan perjalanan kembali ke rumah, Arkan merasa seolah-olah sebuah jembatan mulai terbangun di antara dia dan Sheina. Liam berjalan di samping mereka, memberikan dukungan yang tenang, sementara Raka tetap bersemangat mengalihkan perhatian Sheina dari ketegangan yang baru saja mereka alami.

 I Find My Home [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang