Dibantu vote dan komennya, teman-teman, terima kasih!
Here we go, part 4! Semoga pada suka.
______________________________________________Seorang gadis sekolah berpakaian putih biru sedang berjalan cepat di trotoar pinggir laut, rambutnya yang terurai sedikit terangkat oleh angin sore. Langkahnya terhenti tiba-tiba saat matanya menangkap sosok gadis lain, yang berseragam sama dengannya, tengah duduk termenung di tangga beton menuju pantai. Senyum cerah langsung mengembang di wajahnya, memperlihatkan lesung pipi yang manis, dan rasa hangat memenuhi dadanya ketika dia melihat gadis itu di sana. Dia berjalan pelan mendekat ke arah tangga sambil terus memperhatikan gadis itu. Setelah agak dekat, dia langsung berjalan cepat-cepat melewati tangga, ketika menyadari gadis tersebut mulai beranjak dari sana. Beberapa saat kemudian, dia membalikkan tubuhnya, melihat gadis itu berjalan ke arah yang berlawanan dengannya, berlatar belakang langit jingga yang mulai menggelap.
***
Menurut Pansa, June adalah manusia paling unik yang pernah dia kenal. Dalam keadaan normal, June bisa bersikap seperti anak umur lima tahun. Namun, ketika Pansa memiliki masalah, June selalu bisa diandalkan untuk bercerita. Pansa merasa June lebih baik daripada psikolog yang pernah ditemuinya, karena June tidak pernah menghakiminya. Dia adalah pendengar dan pemberi saran yang baik, kecuali dalam hal percintaan. Jangan pernah meminta sarannya, karena hubungannya dengan View saja tidak menunjukkan kemajuan setelah empat tahun.
Di depan pintu ruangan Love, Pansa meletakkan kepalan tangan kanannya di depan dada, memejamkan mata, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya pelan.
Jangan takut, Sa. Ingat, dia juga pernah nyelamatin hidup kamu.
Pansa membuka matanya, lalu dengan ragu dia menempelkan kartu akses dan mendorong pintu hingga terbuka. Kini, dia dapat melihat Love dengan lebih jelas, seorang gadis secantik bunga, sedang duduk bersandar di ranjang, dan menatapnya dengan tatapan rapuh.
“Selamat pagi, Nona,” sapa Pansa dengan nada lebih ringan pagi itu, sambil tersenyum lembut.
Love langsung tertegun dan jantungnya mulai berdebar.
Pansa melihat bibir pucat Love bergerak pelan. Meski tidak bisa mendengar apa yang diucapkannya, dia tahu Love membalas sapaannya. Dengan hati-hati, Pansa mendekat ke ranjang. Love tak pernah mengalihkan pandangannya dari wajah Pansa, tetapi begitu Pansa menatapnya, Love buru-buru menundukkan kepala.
“Tidur Nona nyenyak tadi malam?” tanya Pansa, sambil menyiapkan sarapan, semangkuk cream soup, pisang, dan segelas susu coklat hangat. Coklat adalah favorit Love, dan Pansa sudah tahu itu sejak kecil.
Love menggelengkan kepala.
“Kenapa?” tanya Pansa sambil menyusun meja lipat di atas ranjang. Kedekatannya membuat Love merasa hangat.
Karna kamu bersikap dingin sama aku kemarin.
“Di–dingin,” jawab Love pelan, suaranya hampir tak terdengar.
“Astaga! Sepertinya saya lupa mengatur suhu AC ruangan tadi malam. Maaf kalau begitu, Nona.” Pansa membungkukkan badan, lalu meletakkan sarapan di atas meja.
Love panik mendengar Pansa. Dia tidak ingin Pansa mengira dia menyalahkannya, apalagi kalau Pansa mengira dia masih sama seperti dulu. “Bu—bukan begitu maksud saya. Tadi malam saya buka selimut sebentar, tapi ketiduran. Jadi bukan AC-nya yang terlalu dingin. Itu salah saya, bu–bukan salah kamu…” Love menjelaskan dengan suara tinggi karena panik, lalu semakin pelan di akhir karena malu.
Dia menundukkan kepala, melirik Pansa yang tampak terkejut. “Ka–kamu enggak salah…” ucap Love lagi, semakin malu. Untuk pertama kalinya, dia berbicara panjang kepada Pansa, tetapi malah menjelaskan masalah AC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga-Bunga Kecil
FanfictionSahabat masa kecil yang terpisah akhirnya bertemu kembali saat remaja. Namun, bukannya menjadi akrab kembali, yang satu malah menjadi pelaku pem-buli-an, sedangkan yang satunya lagi menjadi korbannya. Setelah berpisah lagi selama sepuluh tahun, kedu...