Love terbangun lebih cepat pagi ini. Tidurnya tidak nyenyak tadi malam. Perasaannya masih sedikit gundah, rasa iri dan cemburu masih melanda hatinya. Love mencoba mengangkat tubuhnya untuk bersandar, lalu menoleh ke sebelah kanan. Yang terlihat hanyalah tirai. Dia bergerak pelan untuk duduk di pinggir ranjang, menarik tirai tersebut agar bisa melihat apakah Pansa sudah bangun atau belum. Tentu saja, Pansa sudah bangun, karena terdengar dengan samar-samar suara air dari kamar mandi, tanda Pansa sedang mandi.
Love duduk sejenak sambil menunggu Pansa selesai mandi. Dia berniat untuk meminta maaf kepada perawatnya itu. Sikapnya kemarin pasti membuat suasana menjadi buruk, dan Love tidak menginginkannya. Semalam dia sudah memutuskan bahwa dia ingin mengakhiri hubungan mereka sebagai pasien dan perawat dengan baik, dengan meninggalkan sebanyak mungkin kenangan indah. Jadi, dia harus mengabaikan perasaannya, meskipun itu pasti akan terasa berat.
Tiba-tiba, Love mendengar suara ponsel Pansa bergetar berkali-kali. Dia melihat ke arah nakas tengah, di mana layar ponsel Pansa menyala, menandakan ada beberapa pesan masuk. Rasa penasaran Love pun membuncah. Meskipun tahu ini salah dan melanggar privasi perawatnya, rasa penasaran mengalahkan segalanya. Dengan was-was, dia meraih ponsel Pansa, menyalakan layar, dan menggeser notifikasi untuk membaca pesan yang masuk.
JuneJunie 06:15 am
Pagi, Pansakuuuu
Kamu udah bangun, Sa?
Jangan lupa nanti malam, jam 9 di Manhattan ya.
😘😘😘Rasa cemburu kembali melanda hati Love, terasa lebih pedih dan menyakitkan dari kemarin. Dia menyesal sudah membaca pesan itu. Sambil menyalahkan rasa penasarannya, Love meletakkan kembali ponsel Pansa. Sekarang, semuanya sudah jelas baginya. Kabar baiknya, Pansa juga menyukai sesama wanita. Sedangkan kabar buruknya, dia sudah punya pacar. Begitu pikir Love.
Love menutup tirai, lalu mencoba tidur kembali, namun kantuk tak kunjung datang. Sampai akhirnya, dia mendengar Pansa selesai mandi. Love pun berpura-pura tertidur. Ketika dia bangun, sapaan Pansa terdengar begitu kaku, di saat matahari baru terbit itu.
Pagi itu dimulai dengan keheningan yang janggal antara Love dan Pansa. Biasanya, suasana pagi terasa hangat dan penuh canda, tapi kali ini berbeda. Saat Pansa memasak dan menemani Love sarapan, tak ada percakapan yang mengalir. Pansa bertanya apakah Love tidur nyenyak, tapi Love hanya mengangguk singkat. Pansa berusaha mencairkan suasana dengan candaan ringan, namun Love tidak merespons, hanya diam dengan tatapan yang menghindar.
Siang hari semakin terasa canggung. Setelah sesi latihan berjalan, Love lebih memilih menyendiri, duduk di tepi jendela berpura-pura membaca buku atau mencoret-coret buku gambarnya dengan asal. Pansa yang biasanya selalu dekat dan membantu, kini juga tampak ragu untuk mendekat. Mereka saling diam, masing-masing tenggelam dalam pikiran. Love tidak bisa menahan rasa cemburunya yang semakin membesar. Dia merasa tidak adil. mengapa Pansa bisa begitu dekat dengan June, tapi tidak dengannya? Pansa, di sisi lain, merasa ada yang salah, tapi tidak tahu bagaimana memulainya. Candaan yang biasanya menjadi jembatan komunikasi mereka kini tak lagi berhasil.
Menjelang sore hingga malam, suasana di kamar semakin berat. Pansa duduk di kursi penunggu dengan wajah lelah, memperhatikan Love yang terus menghindar. Mereka hanya berbicara jika diperlukan, dan saat Pansa berusaha mengajak Love berbicara, Love hanya memberi jawaban singkat. Pansa mulai merasa tidak nyaman dengan keheningan yang aneh ini, sementara Love semakin terhimpit oleh kecemburuan dan rasa takutnya. Dia ingin menjelaskan semuanya kepada Pansa, namun takut akan jawaban yang didapat. Malam tiba dengan keheningan di antara mereka, dan saat Pansa pamit, tak ada kata yang terucap dari mulut Love.
***
“Astaga, Love! Kamu tau itu ngelanggar privasi dia, kan!?” omel Tu, yang sedang menemani Love di ruangannya. Tu mengomel sambil berdiri, sementara Love duduk di sofa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga-Bunga Kecil
FanfictionSahabat masa kecil yang terpisah akhirnya bertemu kembali saat remaja. Namun, bukannya menjadi akrab kembali, yang satu malah menjadi pelaku pem-buli-an, sedangkan yang satunya lagi menjadi korbannya. Setelah berpisah lagi selama sepuluh tahun, kedu...