Part 5

347 76 11
                                    

Terima kasih untuk yang sudah bantu vote ya, teman-teman 😊.
Here we go, part 5. Semoga kalian suka.
______________________________________________

Merupakan sebuah kebahagiaan ketika terbangun dan orang pertama yang kita lihat adalah seseorang yang kita cintai. Apalagi orang itu sudah kita cari selama bertahun-tahun, tidak pernah menemukannya, tapi tiba-tiba muncul di hadapan kita. Itulah yang dirasakan Love saat membuka mata pagi ini. Sebelumnya, yang terlihat hanyalah langit-langit putih, tiang infus di sebelah kiri ranjang, dan jendela yang tertutup tirai krem. Namun pagi ini, saat membuka mata, wanita itu menyambutnya dengan senyuman.

“Selamat pagi, Nona,” sapa Pansa, suaranya terdengar merdu dan lembut di telinga Love.

“Pagi, Sus,” balas Love dengan suara serak.

Love mencoba mengangkat tubuhnya untuk bersandar di ranjang, dan Pansa sigap membantu. Sentuhan tangan hangat Pansa di leher Love membuatnya merinding. Setelah Love bersandar, Pansa mengambil segelas air yang sudah disiapkan dan memberikannya kepada Love.

“Tidur Nona nyenyak tadi malam?” tanya Pansa sambil mengatur kecepatan tetesan infus.

“Nyenyak banget, Sus,” jawab Love sambil merenggangkan tubuh dan mengucek mata.

“Pantas saja Nona mendengkur tadi,” goda Pansa.

“Serius, Sus!?” Love terkejut.

Pansa tersenyum dan terkikih. “Saya hanya bercanda, Nona. Tidur Nona tenang sekali, seperti… umm… Putri Tidur.”

“Kenapa kamu suka banget godain saya, Sus!?” Love merengek kesal.

“Tidak tahu, Nona. Mungkin karena reaksi Nona terlihat lucu?” Pansa menjawab sambil merapikan selimut Love.

“Di sini tidak ada CCTV, kan, Sus?” Love berpura-pura was-was.

“Tentu saja tidak ada. Bahkan, ruangan ini kedap suara,” jawab Pansa.

“Sekedap apa, Sus?”

“Kedap sekali, suara teriakan saja tidak akan terdengar di luar,” terang Pansa.

“Wow! Benar-benar privasi, ya.”

“Harus, Nona. Ini kan ruangan VVIP.”

Love ingin menanyakan satu hal lagi, tapi merasa aneh. “Pintunya bisa dikunci dari dalam, Sus?” tanyanya tiba-tiba, lalu memarahi dirinya sendiri di dalam hati.

Pansa mengambil handuk kecil dari lemari. “Tidak bisa, Nona. Itu tidak diperbolehkan, agar petugas bisa segera masuk saat darurat.”

Love mengangguk lega.

“Nona mau pakai air hangat atau dingin?” tanya Pansa.

“Untuk apa, Sus?”

“Membasuh wajah Nona.”

“Oh! Hangat aja, Sus.”

Pansa mempersiapkan air hangat dan handuk, lalu membawanya ke dekat ranjang Love. Dia mengelus wajah Love dengan lembut. “Apakah terlalu hangat, Nona?”

“Enggak, Sus,” jawab Love.

“Mengenai pintu ruangan ini, Nona tenang saja. Tidak akan ada yang bisa sembarangan masuk karena membutuhkan kartu akses,” lanjut Pansa.

“I–iya, Sus,” balas Love malu-malu mendengar kepolosan perawatnya. Seandainya dia tahu apa yang Love bayangkan.

Setelah memastikan wajah Love bersih, Pansa mulai mengeringkannya. “Selesai,” ucapnya.

Bunga-Bunga Kecil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang