Chapter 55 - 56

17 2 1
                                    

Chapter 55 : Bintang yang Jatuh

"Sudahlah, aku juga sudah lelah. Hari ini kau bisa pulang dulu. Nanti Kasim Lu akan memberikanmu izin keluar istana," ujar Kaisar Longjia, dengan sedikit kelelahan di wajahnya, tetapi tetap tersenyum penuh kasih kepada Chu Jian. Dengan suara lembut, dia berkata, "Lukisan-lukisan itu mungkin tidak bisa menarik perhatianmu, tapi siapa tahu, orang-orang aslinya mungkin lebih mengesankan. Nanti setelah kau bertemu, kita bicarakan lagi."

Chu Jian mengangguk asal dan segera berlari keluar.

Dia sama sekali tidak berniat menikah di zaman kuno ini! Jika nanti Profesor Lin berhasil menghubunginya, bagaimana mungkin dia bisa kembali dengan membawa pasangan dan keluarga? Lagipula, dia bukan bagian dari zaman ini. Jika dia melakukan sesuatu yang aneh dan mengubah sejarah, itu akan menjadi bencana.

Kembali ke kamarnya, dengan pikiran yang tak tenang, Chu Jian menggambar beberapa sketsa, lalu menyerahkannya kepada Hongjin agar mengirimkannya ke Biro Dalam Istana untuk membuat mahjong. Chu Jian hanya duduk di kursi santai selama berjam-jam, melamun.

Sudah lebih dari sebulan sejak dia tiba di Yongyuan, tetapi dia merasa belum mencapai apa pun. Meskipun dia sudah lebih dekat dengan makam permaisuri, dia masih belum mendapatkan informasi yang pasti. Selain itu, ada perasaan samar yang mengganggunya, seolah ada sesuatu yang salah. Istana ini tampak tenang tanpa banyak perselisihan. Sang permaisuri sudah meninggal, kaisar juga tidak menikahi permaisuri baru, bahkan tidak terlihat ada selir yang terlalu diistimewakan.

Ji Guifei yang dulu sering muncul kini sudah lama tidak terlihat. Jika ternyata wanita di makam Permaisuri Yongzhen adalah dia, Chu Jian hanya bisa menganggapnya sebagai kejahatan aneh. Bagaimana mungkin wanita seperti itu dimakamkan di makam permaisuri dan menjadi topik populer ratusan tahun kemudian?

Hari-hari berlalu dengan damai. Chu Jian akhirnya menerima izin keluar dari istana dan berencana mencari Liang Chen dan yang lainnya untuk menjadi pemandu wisata gratis. Tapi setelah bertanya-tanya, dia baru tahu bahwa Liang Chen dan Mu Qing pergi ke Tianqi bersama Pangeran Ketiga.

Chu Jian cemberut, sambil mengelus mahjong yang sudah jadi di atas meja, tiba-tiba dia merasa sedikit kesepian.

...

Di Tianqi, di kaki Gunung Tianshan.

Helian Junyao melihat anak muda berbaju merah yang telah bertambah tinggi, dan tersenyum sambil berkata, "Nanqing, baru beberapa tahun saja, kau sudah tidak bisa lagi menggendong Nuo'er."

Seorang remaja berusia sekitar sepuluh tahun berdiri di sana dengan pakaian serba merah, menggendong seorang anak kecil berusia dua atau tiga tahun. Wajahnya yang cantik dan angkuh menunjukkan sedikit kebanggaan. "Kalau kau hanya datang untuk bicara omong kosong, aku tidak akan lama-lama di sini."

(*oke bentar berarti ini settingnya sebelum esktra si Nuo'er udah jadi kaisar/ dia udah gede. Junyao bilang setahun ga liat Liang Yue, tapi kalo di ekstra 269, tiga tahun setelahnya, yang bener yang mana?. Pokoknya ini tepat setelah seri 1)

Helian Junyao tertawa ringan, turun dari kuda, berjalan mendekati Nanqing, dan berkata, "Bukankah kau pernah bilang, ramalan dari murid Sekte Tiansuan tidak pernah salah?"

Nanqing memandangnya dengan tatapan aneh, mendengus dingin, "Benar, satu-satunya ramalan yang salah adalah karena ulahmu."

"Ya, aku ingin kau meramal untuk seseorang," Helian Junyao mengangguk, wajahnya menjadi lebih serius.

Nanqing melihat dua orang di atas kuda di belakang Helian Junyao, bergumam, "Berikan aku tanggal lahir dan delapan karakter (shēng chén bā zì) orang itu."

[2]The Deep Palace : Love and Calamity of the Phoenix/Qing Luan Jie (深宫情鸾劫)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang