.
° ° °
Di atap gedung di kediaman Erden yang tenang itu, Aliya duduk dengan santai, menikmati pemandangan langit malam yang bertabur bintang.
Angin meniup lembut rambutnya, sementara pikiran-pikirannya mengembara, jauh dari kekacauan dunia.
Keheningan yang menenangkan itu tiba-tiba terpecah saat pintu atap terbuka, memunculkan sosok pria. Kakinya berhenti sejenak saat melihat Aliya.
Adam tampak hendak berbalik, namun Aliya, tanpa menoleh, berbicara dengan suara lembut namun penuh ketegasan. "Tetaplah di sini."
Seketika langkah Adam terhenti.
"Malam ini terlalu indah untuk dilewatkan sendirian," lanjut Aliya.
Adam ragu sejenak, merasa kikuk berada di situ, namun akhirnya memutuskan untuk mendekat. Dia berjalan perlahan dan berdiri di sana.
Keheningan kembali menyelimuti mereka, tetapi ada sesuatu yang berbeda, sebuah ikatan yang halus namun kuat, seolah-olah keduanya berbagi rahasia yang tak terucapkan.
"Kenapa kamu di sini?" tanya Adam, suaranya rendah.
Aliya mengangkat bahunya, tersenyum tipis, dan menjawab dengan nada yang hampir acuh tak acuh, "Terkadang, kita hanya perlu ruang untuk berpikir... atau mungkin tidak berpikir sama sekali."
Adam hanya melirik sekilas, lalu mengalihkan pandangannya ke langit. Meski tidak ada kata-kata yang terucap, keduanya diam-diam menyadari bahwa mereka berbagi sesuatu yang lebih dari sekedar kebersamaan.
Hubungan mereka tidak hangat, bahkan terkesan dingin dan penuh jarak. Namun di baliknya terdapat yang tersembunyi, di dalam hati mereka yang keras, ada perasaan yang perlahan menyusup. Rasa yang sama namun tak pernah diungkapkan.
Aliya tetap terdiam, membiarkan momen itu mengalir di antara mereka.
Adam, yang biasanya tegar dan tak terpengaruh, kini terlihat lebih tenang dari biasanya.
Udara malam membawa aroma yang samar. Sebuah keheningan yang dalam, namun menenangkan, seolah malam itu hanya milik mereka berdua.
"Apa disini menyenangkan?" tanya Adam tiba-tiba, suaranya nyaris berbisik. Pandangannya masih terpaku pada langit, namun kali ini matanya terlihat lebih lunak, seolah memikirkan sesuatu yang jauh di luar cakrawala.
Aliya melirik sekilas ke arahnya, menyadari ada yang berubah dalam nada bicara Adam. Ia menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian sebelum berkata, "Mm. Aku butuh tempat untuk menyendiri... sama seperti kamu."
Aliya menatap Adam, menunggu respon, tetapi pria itu hanya menatap langit, seolah-olah ia tidak mendengar apa yang baru saja diucapkan.
Dingin seperti biasanya, ekspresi Adam tidak berubah sedikit pun. Ia tampak seperti pria yang tidak mudah dirayu, bahkan dalam momen seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
EISER
AksiEiser adalah seorang tentara dari pasukan khusus. Namun karena insiden yang menimpanya, ia meninggalkan pekerjaannya dan memilih menjalani kehidupan yang biasa-biasa. Suatu hari Eiser bertemu dengan Elina, sang pewaris yang berusaha kabur dari orang...