21. Camping

3 1 0
                                    

Semakin hari sikap Calvin terlihat cuek pada Valerie. Apalagi dengan cara bicaranya yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Ada apa dengan laki-laki itu?

Seperti hari ini, Valerie ngajakin jalan, tapi ditolak olehnya. Terdengar dari suaranya, seperti orang yang malas melakukan apa pun.

"Sayang, kita jalan yok."

"Maaf sayang, aku gak bisa. Lain kali aja ya, aku sibuk banget sama kerjaan akhir-akhir ini."

Jika saja lagi bersama, sudah pasti Valerie memasang wajah cemberutnya. Tapi mereka sedang bicara lewat panggilan video call.

Terdengar suara helaian napas berat, menandakan bahwa gadis itu sedang bad mood .

"Oke deh, gak papa. Mungkin kerjaan kamu lebih penting, it's oke, no problem."

Gadis itu memperlihatkan senyumnya, lalu langsung mematikan panggilan video itu. Ia menatap ke arah luar jendela kamarnya, melemparkan ponselnya sembarangan.

"Apa yang dibilang sama bi Siti waktu itu, gini ya rasanya? Simpel, tapi sesakit ini?" gumamnya.

Lagi-lagi ia menghelaikan napas berat. Awalnya ia tidak pernah menyangka bahwa hubungan percintaannya serumit ini, terlebih ini pertama kalinya ia menjalani sebuah hubungan. Tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Gadis itu memutuskan untuk jalan-jalan sendiri.

Akan tetapi rencana awal gagal, karena saat ia hendak pergi bi Siti memoergoki dirinya. "Wih, mau ke mana nih? Tumben nyetel banget, bisanya juga cuman pake levis sama baju kaos," kata bi Siti.

"Sesekali gak papa lah, Bi. Mumpung masih muda, jadi nikmatin aja," balasnya.

Valerie kembali sibuk merapikan barang-barangnya. Rencananya ia ingin camping, untuk meredakan rasa kesalnya. Mungkin alam semesta menjadi tempat yang tepat untuk menghilangkan penat.

"Val, ini kamu mau ke mana? Banyak banget bawaannya. Ini juga apaan coba?" Tanya wanita paruh baya itu sambil mengambil alat-alat camping yang udah Valerie siapkan.

Valerie mengambil alih kursi camping dari tangan bi Siti. "Bi, ini namanya kursi lipat. Ini biasa dipake sama anak-anak yang suka mendaki gunung Bi, atau pas lagi traveling ke alam bebas," jelas Valerie.

"Oh, gitu. Berarti ini kamu mau pergi camping?" Valerie mengangguk mantap.

"Ya udah, kalo gitu aku pamit dulu ya, Bi."

Baru saja ingin melangkah pergi, tapi suara bi Siti menghentikan aksi Valerie. "Eh, Val. Tunggu dulu! Bibi ikut dong, bosen tau di rumah sendirian. Kakek sama pak Ferdi, kan lagi pergi ke luar kota."

Memang akhir-akhir ini Malik sering bolak-balik pergi ke luar kota, untuk suatu pekerjaan.

"Kasian juga liat bi Siti sendirian di rumah, lagipula gak ada ruginya ngajak dia. Malah bakalan nambah seru, daripada aku di sana sendirian," ucapnya dalam hati.

"Oke, Bibi boleh ikut. Siap-siap gih, aku tunggu di depan ya."

Senyuman bahagia terpancar jelas dari raut wajah bi Siti. Wanita paruh baya itu lekas pergi bersiap diri.

Sembari menunggu bi Siti siap-siap, Valerie menyibukkan diri dengan menatap bunga-bunga yang ditanam di dekat halaman rumahnya. Sesekali ia memotret bunga itu, tak lupa juga dengan dirinya. 

Cantik, benar-benar cantik. Warna-warni dari bunga itu membuat kesan rumah yang bernuansa serba putih itu jadi hidup karena warna dari bunga yang beragam. Saat sedang asik foto-foto, bi Siti keluar dengan baju andalannya. Wanita itu seperti kembali muda lagi.

"Widih, cakep amat. Mau ke mana, Bu?" tanya Valerie sambari bercanda.

"Kepo aja urusan anak muda," jawab bi Siti tak kalah lucu.

Mereka berdua memang seseru itu jika disatukan.

Tak butuh waktu lama lagi, keduanya pun melanjutkan perjalanan mereka. Ketika sedang menyetir suara deru ponsel Valerie berdering. Gadis itu melihatnya sekilas ke arah ponselnya, tertera nama Calvin di sana. Namun, Valerie enggan mengangkatnya, ia tidak ingin diganggu dulu. Mungkin ia butuh waktu sendiri tanpa ada notifikasi dari siapapun.

Bi Siti yang berada di sebelah Valerie, menatap gadis itu lalu bertanya. "Kok gak diangkat?"

Valerie hanya tersenyum dan kembali fokus pada jalan.

Sekian lama berjalan, akhirnya mereka sampai juga. Valerie langsung mengeluarkan barang-barang bawaannya, tak lupa dengan bi Siti yang membantunya membawa barang-barang itu.
"Val, Bibi baru pertama kali tau jalan-jalan ke tempat kayak gini," ucap bi Siti ketika sunyi melanda mereka berdua.

"Benaran? Aku sih sering Bi ke sini, itu pun kalo lagi ...," gadis itu tidak lagi melanjutkan kalimatnya.

"Val, kalo apa?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Bukan apa-apa. Bi, mendingan kita rapiin ini yok. Aku gak sabar pengen bakar-bakar," katanya tak sabaran.

Tak banyak tanya lagi, bi Siti pun membantu Valerie. Sedari tadi ponsel gadis itu terus berdering. Beberapa panggilan tak terjawab tertera di layar ponselnya, begitu pun pesan yang dikirimkan. Karena tidak ingin diganggu, Valerie mematikan ponselnya.

Hembusan angin sejuk, serta air danau yang terlihat tenang menjadi tempat yang tepat untuk menghilangkan lelah dan menyejukkan pikiran.

Valerie benar-benar menikmati perjalanannya, sesekali bi Siti membuat lulocon yang membuat gadis itu tertawa terbahak-bahak.

Tak hanya Valerie dan bi Siti yang datang ke sana, beberapa orang pun ada yang sedang berlibur. Mereka seperti segerombolan kelompok gitu. 

Semakin sore pemandangan di sana semakin indah, Valerie menyiapkan kamera yang ia bawa. Sayang jika momen seperti ini tidak diabadikan, sebanyak mungkin ia memotret langit jingga di atas sana. Ia pun meminta bi Siti berpose di pinggir danau, dan ia akan mengambil gambar wanita itu.

"Bi, coba Bibi berdiri dekat pinggir danau itu. Nanti Valerie ambil foto Bibi," serunya.

Wanita paruh baya itu mengikuti apa kata Valerie, ia berdiri di sana. Tak lupa dengan gaya andalannya yaitu; dua jari yang membentuk huruf V.

"Bibi udah siap nih," ucapnya.

Valerie menaikan jempolnya ke atas, lalu mundur sedikit ke belakang. Hal itu ia lakukan agar gambar yang ia potret nanti maksimal.

"Gimana? Bagus gak, Val?" Gadis itu mengangguk sambil berjalan menuju arah di mana bi Siti berdiri.

"Bagus, Bi. Ceilah, keliatan muda lagi nih ya," candanya.

"Ah, kamu bisa aja deh," balas wanita itu malu-malu.

Ketika sedang asik, ponsel bi Siti berdiri. Wanita itu segera merongah tasnya, memakai kaca mata bacanya. "Kakek nelpon, Val." Katanya memberitahu Valerie yang sibuk melihat-lihat gambar.

"Tumben, emang ada apa, Bi?"

Wanita itu mengedikan bahunya. Segera ia angkat panggilan itu sebelum mati.

"Hallo Tuan, ada apa?"

"Bi, kalian ke mana? Kok rumah kosong?" Meskipun bi Siti pergi, Malik memegang kunci cadangan rumahnya. Maka tidak heran kalau ia bisa masuk.

"Oh, itu, saya sama Valerie lagi jalan-jalan. Kita lagi di tempat wisata camping," balasnya memberitahu.

"Oh gitu, kok gak ngabarin saya dulu?"

"Perginya mendadak."

Ditulis, 23 Oktober 2024
Dipublish, 23 Oktober 2024

Janji Palsu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang