16. Hadiah sepesial

2 1 0
                                    

Valerie mengikuti langkah wanita paruh baya itu. Lirikan matanya menganalisis disetiap sudut rumah Calvin. Meskipun ia pernah dibawa ke tempat ini, tetap masih asing baginya untuk dijelajahi.

"Kamu duduk dulu ya, Tante mau ambilin pesanan dari Calvin." Valerie mengangguk paham, dan membiarkan wanita itu pergi.

"Kira-kira apa yang dia kasih ke aku, ya?"

Saat memikirkan hal itu, seorang wanita tua memberikan Valerie jamuan. Sepertinya itu asisten rumah tangga keluarga Calvin. "Silahkan diminum dan dicicipi, Non," katanya.

Valerie tersenyum, lalu mengambil alih cangking dari tangan wanita tua itu. "Terima kasih, Mbok," ucapnya.

"Sama-sama, Mbok pamit ke dapur dulu ya," ucapnya.

Valerie mengangguk mantap. Usai kepergian mbok, gadis itu memainkan ponselnya. Ia ingin mengabari Calvin. Namun, panggilannya tidak dijawab.

"Ke mana sih, Calvin? Apa dia sibuk?"

Seperkian detik kemudian, suara ibunya Calvin terdengar. "Maaf lama ya, sayang. Nih kadonya." Wanita itu memberikan kotak yang lumayan besar pada Valerie.

"Em, Tante, tapi aku kan gak lagi ulang tahun. Kok dikasih kado segala?"

Wanita itu tersenyum lalu duduk di samping Valerie. "Kata Calvin, ini kado sepesial buat kamu. Nanti kalo udah sampai rumah, langsung dibuka ya," serunya.

Valerie tersenyum kikuk. "Iya, Tan. Nanti pasti langsung aku buka," balasnya.

Keduanya larut dalam obrolan, mereka seperti serasi. Sangat cocok bukan jika jadi menantu dan mertua.

Sudah terlalu lama mereka berbincang-bincang, sampai akhirnya Valerie izin pamit pulang. Takut jika kemalaman di jalan, mengingat jarak tempuh rumahnya dan Calvin lumayan jauh.

"Tante, aku pamit pulang dulu ya. Takut kemalaman di jalan," ucapnya.

"Oh, udah mau pulang ya? Yah, padahal kita ngobrolnya baru aja. Ya udah deh, nanti kapan-kapan ke sini lagi ya." Keduanya beranjak dari duduk mereka.

"Iya, Tan. Nanti kalo Calvin udah pulang ke sini, aku bakalan main lagi."

"Tante tunggu loh, nanti kita masak bareng ya," ajaknya antusias.

"Boleh Tante, kebetulan aku juga di rumah belajar masak sama bi Siti."

Mendengar kalimat Valerie, wanita itu seperti menemukan teman sehobi. "Beneran? Wah, bisa dong Tante nyicip masakan kamu nanti."

"Bisa banget. Ya udah ya, Tan. Aku pamit dulu." Gadis itu mencium punggung tangan ibunya Calvin. Wanita itu pun mengantarkan Valerie sampai depan.

"Kamu hati-hati ya, kalo udah sampai bilang sama Tante," saat berada di dekat ibunya Calvin. Valerie merasa menerima kasih sayang dari seorang ibu yang selalu menghawatirkan anaknya.

"Pasti Tan, tapi aku belum punya nomornya Tante."

"Oh, iya. Kita belum saling tukar nomor handphone ya."

Sebelum Valerie pergi, mereka pun saling bertukar nomor.

Di sepanjang jalan, Valerie terus memikirkan isi dari kota itu. Ia tidak sabar untuk sampai ke rumah. "Penasaran deh sama isinya. Kok dia romantis banget sih, pake kasih kado segala. Padahal kan, aku gak lagi ulang tahun," gumamnya.

Baru saja ia menginjakkan kaki, suara sang kakek sudah menyambut kepulangannya. "Kamu ke mana aja jam segini baru pulang?" Malik menatap cucunya dengan lekat, berharap gadis itu berkata jujur padanya.

"Aku ada urusan tadi, Kek. Oh, ya, aku yang paksa bi Siti untuk izinin aku bawa mobil. Dan ...."

"Kakek gak mempermasalahkan hal itu, Kakek cuman mau kamu jawab dengan jujur pertanyaan Kakek."

Jujur atau tidak, Valerie bingung. Ia takut kena marah dengan sang kakek. Tapi jika ia jujur akan ....

"Val, kamu dengar Kakek ngomong gak sih?"

"Ha? Iya, Kek. Aku ..., em, tadi ada keperluan mendesak Kek. Soal tugas kuliah, yah tugas kuliah," ucapnya gugup.

Malik memajukan sedikit wajahnya, menatap Valerie dari dekat. "Benar? Kamu gak lagi bohong kan?"

Valerie menelan ludahnya susha payah. "G-ak, Kek. Y-a, udah ya. Aku mau masuk dulu, istirahat, capek."

Gadis itu langsung masuk ke dalam, tak menghiraukan kakeknya lagi.

Dari balik jendela, bi Siti mengawasi mereka. Hingga Valerie datang mengejutkannya. "Hayo, ngintip aku kena omel kakek ya?" Kejutnya.

"Apaan sih kamu, gak ah. Orang Bibi lagi bersihin jendela nih," elaknya.

Tapi Valerie tidak percaya dengan itu, ia tahu bi Siti seperti apa. "Boong. Dah ah, mendingan aku ke kamar leha-leha dikasur," katanya sebelum pergi meninggalkan bi Siti.

Di dalam kamarnya, Valerie segera membuka kado spesial dari sang pacar. Ia tidak sabar ingin melihat isinya. "Buka ah, kira-kira isinya apa ya?" Dengan perlahan ia merobek keras kado itu, hingga terlihat kotak berwarna kecoklatan.

Ketika dibuka, isinya sebuah boneka beserta barang lainnya seperti; kanci, cermin mini, dan masih banyak lagi. Tak lupa secercah surat yang bertuliskan dengan kalimat-kalimat romantis.

To, Valerie tersayang

Semoga kamu suka sama hadiah yang aku kasih ya, maaf aku cuman bisa kirim kamu barang itu. Aku kasih itu ke Kamu, biar kamu gak bete pas gak ada aku. Jangan lupa, bonekanya peluk ya pas tidur, biar kamu ngerasa aku selalu ada di samping kamu, dan gak akan pernah ninggalin kamu.

Aku bukan laki-laki romantis yang banyak kamu temui di luar sana, aku hanya seorang Calvin Shaka yang mencintaimu secara tiba-tiba, waktu pertemuan pertama kita.

Gak banyak hal yang ingin aku sampaikan sama kamu, tapi dengan adanya surat ini cukup menyalurkan rasa rindu aku sama kamu yang jauh di sana. Meskipun kita berjauhan, hati kita selalu berdekatan. I love you cantiknya aku 🥰

Salam hangat, Calvin.

Setelah membaca surat itu, wajah Valerie dibuat merah. Ia tidak menyangka jika pacarnya seromantis ini. "Ya, ampun sayang. Kamu romantis banget sih, aaa kamu selalu punya cara buat aku bahagia deh," ucapnya seorang diri.

Ia segera merapikan barang-barang pemberian Calvin, meletakkan boneka beruang berwarna cokelat itu di samping tempat tidurnya. Lalu meletakkan barang lainnya di atas meja belajar. Berharap, jika ia sedang lelah dengan tugas kuliah, barang-barang itu bisa membuatnya semangat lagi. Mengingatkannya kepada sang kekasih yang jauh di sana.

Saat sedang terhanyut dalam ilusi, suara bi Siti membuyarkan imajinasinya tentang ia dan Calvin.

"Valerie, ayo makan. Ini udah malam loh, kamu belum keluar kamar juga untuk makan. Kamu ngapain si di dalam?"

Gelabakan, gadis situ segera membereskan sisa barang yang masih berantakan sambil menyahuti perkataan dari bi Siti. "Iya, Bi bentar. Aku lagi bersih-bersih nih," balasnya.

"Ya udah, cepetan ya. Kakek udah nungguin kamu di meja makan."

"Iya Bi."

Setelah selesai, ia cepat-cepat turun. Takut jika bi Siti kembali lagi ke kamarnya.

Di sana ia mendapati kakeknya tengah asik menyantap hidangan malamnya. Sedangkan bi Siti seperti biasa, sibuk dengan pekerjaannya.

Ditulis, 17  Oktober 2024
Dipublish, 17 Oktober 2024

Janji Palsu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang