2. Senyuman manis

38 8 7
                                        

Sambil mengendarai mobil menuju rumahnya, Valerie terus tersenyum. Hatinya seakan-akan dipenuhi oleh banyak bunga. "Kalo tadi gak ada dia, mungkin aku masih diam di toko kelontong. Beruntung banget deh bisa ketemu sama dia," gumamnya.

Ketika sedang menyetir, deru ponsel Valerie berdering, tertera nomor yang tidak ia kenali. "Siapa sih itu?" Valerie mengambil earphone, lalu meletakkannya ditelinga, gadis itu langsung menekan tombol hijau.

"Hallo, ini siapa ya?"

Belum ada jawaban dari sebrang sana, hingga Valerie kembali bersuara. "Hallo, ini siapa ya?" tanyanya lagi.

"Hai, ini aku Calvin. Kamu udah sampai rumah?"

"Oh kamu, belum nih, ini aku masih di jalan."

"Ya udah, nanti kalo kamu udah sampai kabarin aku ya."

Mendengar kalimat yang Calvin ucapkan membuat pipi Valerie merah merona.

"Val, kamu masih di sana?" Suara itu menyadarkan Valerie yang tengah tersenyum di seberang sana.

"Ah, iya aku masih di sini kok. Oke, nanti aku bakal kabarin kamu. Udah dulu ya, aku lagi nyetir nih."

"Oke, hati-hati ya kamu."

"Iya."

Panggilan pun berakhir, Valerie benar-benar tidak bisa mengontrol rasa bahagianya. Karena sebelumnya, ia tidak pernah diperlakukan sehangat ini oleh laki-laki selain kakeknya.

"Aaa, jadi pengen cepat pulang deh," katanya.

Tak ingin membuang waktu lama, Valerie langsung menancapkan gas mobilnya menuju rumah.

Dengan menempuh perjalanan sekitar 15 menit, akhirnya ia sudah sampai disebuah rumah bernuansa putih.

Melihat mobil Valerie tiba, bi Siti langsung membukakan pagar untuk nona muda dari keluarga besar Haidar.

Bi Siti—wanita paruh baya itu sudah seperti ibu bagi Valerie. Setelah kedua orang tua Valerie meninggal dunia 10 tahun silam, Valerie dirawat oleh bi Siti, hal itu membuat keduanya memiliki ikatan batin yang kuat, selayaknya ibu dan anak. Terlebih jika ada apa-apa Valerie selalu memberitahu bi Siti.

"Selamat sore Non Valerie," sapa bi Siti .

"Sore juga, Bi. Bi Siti, abis Valerie parkirin mobil kita ngobrol ya," pinta Valerie.

"Soal apa Non?"

"Ada deh, bi Siti masuk aja dulu. Nanti Valerie susul," ucapnya.

Bi Siti pun menuruti perkataan Valerie, wanita itu pergi ke dapur menyiapkan makan sore Valerie. Hal itu sudah menjadi kebiasaan untuk gadis itu, ketika baru pulang dari mana pun, ia selalu makan lebih dulu daripada menganti pakaiannya.

"Bi Siti di mana?" Suara Valerie menggelegar dirumah yang sangat besar itu.

"Bibi di dapur, Non," balas bi Siti.

Valerie melemparkan tasnya ke sembarang tempat, lalu berjalan menuju dapur. "Bi Siti masak apa?"

"Masak ayam goreng, sayur kangkung, sama kentang goreng kesukaan kamu," jelas bi Siti.

Valerie mengangguk paham, gadis itu terus berjalan, sampai ia tiba di meja makan. Sembari menunggu bi Siti selesai masak, gadis itu terus berceloteh soal dirinya yang baru saja bertemu dengan seorang laki-laki tampan dan baik hati.

"Bi Siti tau gak, hari ini Valerie bahagia banget." Katanya sembari tersenyum manis.

Bi Siti yang sibuk masak pun masih bisa menanggapi celotehan Valerie. "Oh, ya? Bahagia kenapa?"

Janji Palsu  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang