Bab 3. Don't hurt her

68 13 4
                                    

Up lagi nih!
Ramaikan yaw 🤍

-
"Sebentar, tapi berkesan."
-

Hawa pun berjalan menuju lokasi yang diberitahu Nura padanya tadi sebelum gadis itu berpamitan pergi ke toilet. Gedung utama kampus, tempat akses menuju parkiran depan. Hawa menangkap sosok lelaki yang sedang mondar mandir di jalur masuk gedung sembari melihat handphone di tangannya.

"Bang Rafa!" Hawa berseru ketika langkahnya kian mendekat.

Rafa menoleh, terlihat siluet gadis yang ia cari sejak tadi kini datang menghampirinya.

"Hawa kemana aja? di cariin juga," Rafa menyentuh kedua lengan gadis itu. Tampak dari matanya terpancar kekhawatiran yang nyata.

"Tadi Hawa-

"Ayo pulang," potong Rafa cepat, tangannya beralih posisi. Mengenggam pergelangan tangan Hawa. Menariknya pelan agar mengikuti langkahnya.

"Kok pulang? Kegiatannya kan belum selesai abang," Gadis itu membawa tangannya mundur. Merasa bingung dengan keputusan Rafa yang tiba-tiba saja mengajak pulang.

Lelaki itu memutar tubuhnya ke belakang. Menatap Hawa. "Ngga usah ikut lagi, bang Rafa mau kita pulang."

"Tapi bang-

"Ngga boleh bantah, peraturannya kan?"

Mendegar itu Hawa tak mampu berbuat apa-apa. Ia memilih ikut dengan lisan kaku tak bersuara. Mengekori Rafa dari belakang menuju parkiran depan.

Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk tiba di rumah. Rafa yang masih memegangi pergelangan tangan Hawa hingga di pintu depan rumah, kini harus terhenti sampai di situ saja, tidak ikut masuk.

"Hawa masuk dulu, diem di rumah sampai bang Rafa pulang lagi ya," ucap Rafa.

"Bang RAfa mau kemana? kenapa ngga ikut masuk?'

"Bang Rafa mau pergi bentar."

Hawa bergeming, antara ingin memberikan izin atau tidak, namun Rafa tampak buru-buru hingga ia tak sempat melarangnya pergi.

"Yaudah, cepet pulang. Hawa tungguin"

"Iyaa siap," tutup Rafa kemudian berlari ke motornya kembali. tak memakan waktu, lelaki itu langsung menancapkan gas dan berlalu meninggalkan Hawa yang masih berdiri menatapnya.

o0o

Bughh

"Kalau lo ngga becus jadi ketua BEM, ngga usah dudukin jabatan itu, Vi. Cara lo pengecut banget," maki lekaki itu dengan sorot mata tajam, menatap lawannya yang sudah ambruk ke lantai aspal dengan sudut bibir yang berdarah.

Davi Kavindra Martha, lelaki yang menjabat sebagai ketau BEM dikampusnya. memiliki wajah yang tak kalah memukau, dengan postur tubuh yang ideal.

Davi menyeringai lalu kembali bangun. Kali ini dialah yang memberikan pukulan telak pada lelaki yang mengahajarnya tadi.

Bughh

"Maksud lo apa ha, Raf?" tanya Davi bingung. Lelaki itu tak paham dengan Rafa yang tiba-tiba saja memukulnya secara mendadak ketika kerah bajunya di tarik dari belakang. Davi belum sempat mempersiapkan diri tadi.

Rafa Zefan Shabiru, adalah seorang lelaki yang memiliki tinggi kurang lebih 180 cm, rambut hitam pekat yang sedikit urakan, alis yang cukup tebal, pointed nose dan bibir kecil yang terukir.

"Seharunya gue yang marah karena lo yang udah obrak-abrik ruang BEM sampe ancur begitu," kata davi kemudian. sorot matanya menatap tak kalah nyalang.

Iya, Davi yang izin tidak bisa memimpin kegiatan PPKMB hari ini dikarenakan sakit, tiba-tiba saja mendapat kabar dari salah satu anggotanya bahwa ruangan BEM mengalami kerusakan yang parah. Semua barang berhamburan ntah kemana dan beberapa miniature sengaja di hancurkan begitu saja. Tak hanya itu, mereka juga menyebutkan bahwa Rafa lah yang memulai keributan.

ATMA Seluas SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang