Bab 8 : Kehormatan wanita

53 11 0
                                    

Aku update,
Kalian tinggal tekan vote dan koment.
Gampang kan? ☺

Happy reading semua 🤍

"Orang yang ingin mendekati tuan putri saya, harus memiliki nyali dan ilmu yang tinggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Orang yang ingin mendekati tuan putri saya, harus memiliki nyali dan ilmu yang tinggi. Sebab kedepannya bukan hanya soal lawan yang harus di hadapi, melainkan cara berfikirnya juga harus kamu latih." — Bumi Jauzan Shabiru

***

Setelah memastikan semua masalah selesai, Rafa mematikan wastafel usai membasahi wajah dan pangkal hidungnya. Tangan lelaki itu terjulur meraih tissue dan ketika hendak keluar dari toilet pria, sebelah tangan seseorang lagi-lagi terbentang dihadapannya.

Hal yang membuat Rafa terpaksa menghentikan langkah di ambang pintu. Ia melirik sekilas ke samping lalu memutar bola matanya malas.

“Hobi lo emang ngalangin jalan orang?” tanya Rafa datar.

“Iya, tapi jalan lo doang,” jeda Xaveera beberapa detik. “Ni minuman buat lo.” sebelah tangannya terulur, memberikan minuman kaleng.

Rafa menerimanya. “Thanks, kebetulan gue haus.” Lelaki itu membuka penutup minuman itu seraya berjalan mendahului.

Xaveera pantang menyerah, bergegas menyusul kemudian mensejajarkan posisi. Sekarang mereka berjalan berdampingan.

“Makasih, Raf udah mau bantuin gue tadi,” sahut Xaveera.

“Nggak usah kepedean, gue nyelamatin adek gue. Bukan lo apalagi si Davi."

Bukan hanya Davi dan Xaveera yang problematika di sini melainkan Hawa juga. Berperan sebagai korban dengan foto yang tersebar, meski di blurkan, Hawa tetap tidak akan menyukai hal itu. Jadi sebagai antisipasi, akan lebih baik Rafa bergerak lebih dulu sebelum Hawa mengetahuinya nanti.

“Iya deh iya, tapi gue boleh nanya?”

“Nggak boleh.”

“Ihhh, lo kok bisa kepikiran sama cukur rambut sih, Raf? dari sekian banyaknya cara buat ngebuka mulut tu anak, kenapa harus cukur rambut yang lo pilih?”

Rafa meneguk minuman kaleng itu habis sebelum menjelaskan panjang lebar alasannya memilih cara yang berbeda.

“Cara yag lain kurang estetik. Dari mulai pukul, gelitik, jemur di lapangan atau yang lainnya. itu semua nggak bakal buat dia takut.”

Lihat saja, sudah di geplak kasar oleh Xaveera dan tak sekali dua kali Davi menggertaknya dengan berbagai macam ancaman yang mutlak. Tetap saja, hening. Vano bersihkukuh tidak mau klarifikasi.

Untungnya Rafa tahu bahwa rambut adalah kelemahan bagi kaum lelaki termasuk dirinya sendiri. Ketika SMP dan SMA dulu, Rafa mati-matian mempertahankan rambutya ketika ada razia dadakan. Rela bolos sekolah hingga masa razia rambut itu usai.

ATMA Seluas SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang