Bab 6 : Investor board

50 11 6
                                    

Double update ga tuh!
Happy reading all 🤏🏻

***

Kurang dua puluh lima menit pukul delapan pagi. Hari ini merupakan hari pertama perkulihaan bagi maba yang telah melaksanakan PKKMB beberapa hari lalu.

Bukannya bersemangat, lelaki ini malah merutuki nasibnya yang harus berjalan beberapa KM lagi untuk sampai ke kampus. Mobilnya terpaksa dia tinggalkan di bengkel dikarenakan tiba-tiba saja bocor di persimpangan jalan. Di tambah rasa nyeri di area perut usai memakan batagor kelewat pedas tadi malam. Lengkap sudah kesialannya pagi ini.

Tak berselang lama, suara dentuman motor sport terdengar begitu dekat di telinganya. Asa melirik sedikit ke samping kanan dan mendapati seseorang pengendara yang memelankan gas nya disana. Sempat bingung, namun ia terus saja jalan tanpa mempedulikan siapa orang itu. Toh, dia juga tidak kenal, jadi tak perlu sok akrab bertanya.

"Zavier Asa Ravelion, maba fakultas seni," sahut lelaki itu sontak membuat Asa menghentikan langkahnya. Menoleh ke arah dimana lelaki itu berada.

Dari mana orang ini tahu namanya bahkan fakultas yang ia ambil. Jangan-jangan lelaki itu juga tahu siapa nama orang tuanya, makan dan minuman kesukaannya atau bahkan yang lebih ekstrem, nomor rekening misalnya.

Please, masih pagi jangan overthinking dong, Sa.

Melihat raut wajah Asa yang tampak kebingungan, lelaki itu terkekeh kecil seraya membuka kaca helm full face miliknya.

"Kenalin gue Zaykanra Madanie, panggil aja Zay. Gue maba fakultas seni. Kita sefakultas btw," ujarnya memperkenalkan diri.

Tidak menyahut, Asa malah melirik laki-laki itu dari ujung kaki hingga kepala sembari Mengingat-ingat apakah mereka pernah bertemu sebelumya. Setelah di pikir-pikir dia memang belum memiliki kenalan sejak pindah ke negeri tropis ini. Lalu lelaki ini siapa?

"Nggak usah liatin gue begitu. Buruan naik, ntar lo telat, " tawar Zay semakin membut Asa kebingungan.

Kebaikan lelaki itu malah mengundang kecurigaan pada diri Asa. Sebab tak mudah mempercayai orang yang tiba-tiba saja bersikap baik di zaman ini. Bisa jadi dia adalah psikopat berkedok sokab. Pagi ini Asa benar-benar berfikir terlalu jauh dan teliti. Su'udzon pula.

Namun sekarang bukanlah waktunya untuk menyimpan curiga. Asa sudah beberapa kali memandangi rolex yang melekat pada tangannya dimana menunjukkan bahwa dia sedang di buru waktu. Ingin menolak, namun perutnya menginstruksi untuk ikut saja. Berjalan dalam kondisi seperti ini akan memperburuk keadaannya nanti.

Tidak ada pilihan lain, tanpa pikir panjang Asa pun menaiki jok belakang motor milik Zay tanpa berbicara.

"Gue kira ngga mau naik karena takut di culik," ledek Zay. Lelaki itu terkekeh singkat sebelum menancapkan gas dan mengendarai motornya dengan kecepatan standar membelah jalanan ibukota yang pada saat itu lumayan padat dan ramai.

o0o

"Wah, gue nggak nyangka kak Davi bakal gitu."

"Kalau gue sih udah ngira dari awal, Davi emang ngga becus jadi ketua BEM."

"Gila, mana yang di serang anak investor di sini lagi. Salut gue berani banget tu si Davi."

ATMA Seluas SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang