Bab 19 : Sneaky care

20 4 3
                                    

Bismillah 🤍

"Takdir punya kehendaknya sendiri, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Takdir punya kehendaknya sendiri, ya. Disaat aku meminta untuk di kasih pertemuan saja, semesta malah memberiku lebih, yaitu sebuah amanah." — Asa Ravelion

***

Usai membeli makanan hangat dan minuman, lelaki itu kembali menyusuri koridor rumah sakit dan terhenti didepan ruang inap milik Rafa. Sebelah tangannya terulur membuka knop pintu dan perlahan masuk kedalam.

Tak membuang waktu, ia langsung berjalan ke arah sofa ruangan tanpa mampir ke brankar Rafa. Namun aneh, presensi Hawa tak lagi terlihat ada disana. Asa mengernyit bingung, matanya melirik benda bulat yg melingkar di tangan.

Perasaan dia pergi tak begitu lama. Lalu beralih mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, tetap saja tidak ketemu.

Ting!

Asa merogoh ponselnya yg berdenting dari saku celana. Menyalakannya, kemudian membaca pesan terbaru.

Kak Vee : Sa, gue duluan naik taksi. Papa nelpon suruh pulang. Kunci mobil ada di nakas samping brankar, sengaja gue tinggal. Sorry

Lelaki itu menghela nafas seraya memasukkan kembali ponselnya kedalam saku usai menerima pesan terakhir dari Xaveera.

“Hawa udah pulang barusan, mau ganti pakaian katanya. Kalau mau kasih perhatian jangan sembunyi-sembunyi. Mumpung belum terlambat, sini gue restuin.”

Itu adalah suara Rafa. Nyatanya lelaki itu tidak tidur sejak tadi. Dia hanya pura-pura tak melihat dan terus memperhatikan pergerakan Asa tanpa bicara.

Asa sontak memutar badan, matanya langsung bersirobok dengan Rafa yg juga menatapnya dari jauh. Lelaki itu mengulas senyum tipis kemudian berjalan kecil menghampiri. Ada perasaan kikuk dalam dirinya apalagi tertangkap basah menebar perhatian dalam diam.

“Xaveera ngasih tau gue kalau dia dateng nggak sendiri. Dia bawa sepupu. Ternyata lo saudaranya?“ tanya Rafa di balas anggukan oleh Asa.

Sebelum pergi, Xaveera memang sempat memberitahu kalau dia datang bersama orang lain dan wanita itu menyebut namanya juga.

Lalu di rasa kalau nama mereka sama, Rafa langsung menyuruh Xaveera untuk tidak mengajak lelaki itu pulang bersama. Tidak ada maksud lain, Rafa hanya sekedar ingin memastikan dan berbincang sebentar jika memang dia orangnya.

“Dunia emang sempit.“ Rafa terkekeh sejenak sedetik sebelum kembali terdiam. Arah matanya naik menatap Asa yg saat ini berdiri di samping kanan brankar.

Tangannya tergerak memberikan sebuah palaroid kepada lelaki itu kemudian bergumam lirih. “Ini alasan gue percaya sama lo, Sa. lo orangnya.”

Flashback on

ATMA Seluas SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang