cuma minta Vote komen ini kok,
Nggak lebih 😖🤏🏻***
“Baik, cukup sekian materi kita pada pagi ini. Sampai jumpa di jam berikutnya dengan matkul yang sama. Wassalamualaikum,” tutup pak Angga selaku dosen yang mengajar pada hari ini lalu beranjak meninggalkan kelas.
Semua mahasiswa sudah bersiap-siap untuk pulang. Namun suasana mendadak berubah saat dua orang berpakaian almet BEM masuk kedalam kelas. Itu adalah Davi dan teman perempuannya.
Beberapa pasang mata menatap lelaki itu kagum. Ada yang memuji berlebihan, ada yang langsung berangan pakek adat apa, dan ada juga yang bersikap biasa-biasa saja.
Hawa termasuk dari kalangan yang bersikap biasa saja. Ia hanya menundukan kepala. Bukan karena takut, tapi itu adalah bentuk hormatnya kepada senior.
Sementara Davi menatapnya sedikit lamat. Ini yang dia cari, wanita itu duduk di kursi paling depan. Jadi tak perlu repot mengedarkan pandangan ke sekeliling kelas.
“Hai, Hawa!"
Pandangan Hawa terangkat, menoleh ke samping kiri dan mendapati presensi seorang gadis yang menyakitinya kemarin sekarang malah merangkul lengannya tiba-tiba.
Hawa sedikit kaget dan bingung saat Xaveera justru terus tersenyum ke arahnya. Respon apa yang harus ia tunjukkan?
“Kalian semua boleh pergi, kecuali lo.” Davi menunjuk gadis didepannya dan Hawa menyadari bahwa dirinyalah yang di maksud.
Semua anak dikelas itupun perlahan beranjak satu persatu menuju pintu keluar, menyisakan Hawa dan Nura didalam.
Davi mendekatkan posisinya ke arah Nura. “Gue cuman minta satu orang buat tinggal,” ujarnya masih dengan nada santai.
“Gue nggak mau ninggalin dia sendiri, apalagi bareng orang jahat kayak lo berdua,” balas Nura berani. Gadis itu benar-benar tidak mengenal takut.
Padahal di sisi lain dia juga ketar-ketir memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan jika Rafa bertanya nanti kepadanya mengenai Hawa. Ancamannya akan lebih parah dari ini, Nura bisa di geprek kalau sampai Rafa tahu adiknya berurusan lagi sama anak BEM.
“Hawa nggak bakal kita apa-apain kok, lo nggak perlu khawatir.” Xaveera meyakinkan. tangannya beralih merangkul Hawa kian dekat.
Nura menggeleng cepat. “Wa, ayo pulang,” Ajaknya seraya menggenggam pergelangan tangan Hawa.
Sementara Hawa hanya diam saja dari tadi. Hingga di detuk berikutnya dia mengangkat kepala menatap Xaveera. “Sebenarnya kalian mau apa dari aku?”
“Lo bakal tau kalau ikut dan biarin temen lo pulang duluan.” Xaveera tersenyum tulus.
Hawa menghela afas pendek lalu beralih menatap Nura di samping kanannya. “Ra, pulang duluan ya. Ntar aku nyusul.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ATMA Seluas Semesta
Teen FictionMenjadi suatu kemuliaan bagi seorang Aeraina Hawa ketika di cintai oleh lelaki yang sangat tahu caranya menepati janji. Di jaga selayaknya mahkota paling tinggi oleh keluarga besar. Namun untuk sampai di titik bahagia yang sesungguhnya. Seringkali...