Bab 10 : Patah

42 10 0
                                    

Tiada hari tanpa update!
Ramaikan yaw 😖🤏🏻

"Daksaku mungkin terlihat tangguh di bumi, tapi hatiku sejatinya sudah lama mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Daksaku mungkin terlihat tangguh di bumi, tapi hatiku sejatinya sudah lama mati." — Davi Kavindra Martha

***

Setelah kelas pagi berakhir, dengan pergerakan tergesa-gesa Zay melampirkan tasnya ke pundak kanan. Melangkahkan kaki meninggalkan kelas, lelaki itu berjalan menyusuri koridor kampus seraya mengedarkan netra mencari Asa yang katanya akan menyusul masuk tapi tidak ditemukan didalam kelas.

Banyaknya mahasiswa berlalu lalang membuat Zay sedikit kesusahan. Ia memilih berhenti pada satu titik, mencoba meghubungi Asa kembali. Namun niatya urung ketika mendengar keributan dari sisi kiri seberang koridor dari tempatnya berdiri saat ini.

Zay melirik singkat sebelum menoleh mantap. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali mencoba memastikan. Ternyata dia tak salah lihat. Itu benar Asa yang sedang berlari dari kerumunan para ukhty. Zay terperangah.

“Eh buset, itu orang apa zombie? Rame bener!” ucapnya menggeleng tak percaya.

Sementara di sisi lain, Asa sudah hampir mati kehabisan nafas berlari dari ujung ke pangkal. Lelaki itu tak menemukan jalan keluar. Tak terhitung berapa kali ia menyeka pelipisnya yang dipenuhi keringat dingin.

“Baru juga di tinggal 10 tahun Indo udah seserem ini penghuninya,” ujarnya bermonolog namun terus berlari tanpa tahu tempat berhenti.

Sampai ketika seseorang menariknya. Hal yang membuat lelaki itu kehilangan keseimbangan dan terhuyung ke samping kanan.

Asa menutup matanya rapat, tak berani melihat. Ntah lah, dia berasumsi bahwa orang yang menariknya tadi adalah bagian dari beberapa manusia yang mengejarnya mati-matian. Asa benar-benar pasrah kali ini.

“Woi buka mata lo,” kata lelaki itu sedikit berbisik agar tak didengar oleh orang luar.

Asa di buat ambigu. Suaranya begitu familiar di telinga. Dengan setengah keberanian dia mengerjapkan matanya, kemudian menghela nafas lega kala mendapati presensi Zay yang berada di depannya saat ini.

“Ternyata lo Zay. Thanks udah mau bantuin tadi,” ujar Asa berterimakasih.

Lelaki itu tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi jika Zay tidak datang untuk menolong.

Asa menjatuhkan tubuhnya ke lantai, mengambil posisi duduk dengan kaki yang berselonjor dan punggung bersender pada dinding.

Zay melongokan kepalanya ke arah luar jendela, memastikan bahwa keadaan sudah aman sebelum pergerakan Asa di ikuti olehnya.

“Lo habis nyuri apaan sih, Sa, sampe di kejer masal gitu?” tanya Zat penasaran.

Asa memejamkan mata sebentar sebagai bentuk relaksasi dari lelahnya berlari. Lelaki itu menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Zay barusan.

ATMA Seluas SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang