Bab 4
Di kediaman Brahma, aura kuat dari kedua Tuan Brahma terasa begitu mendominasi, membuat udara di sekitarnya dipenuhi ketegangan. Namun, Andera tidak terpengaruh sedikit pun. Langkahnya tetap mantap, tanpa ragu.
Tatapan tajam dari orang-orang di sekelilingnya diabaikan begitu saja. Wajahnya tetap datar, tidak menampilkan emosi apa pun. Berbeda saat bersama Leon dan Lana, di mana ekspresinya lebih santai dan terbuka.
Perbedaan ini menegaskan bahwa Andera memiliki dua sisi yang kontras sisi keras yang tak tergoyahkan dan sisi lembut yang hanya muncul di hadapan orang-orang yang dipercayainya.
Rumah ini bukanlah tempat yang nyaman baginya. Bagi Andera, kediaman Brahma adalah penjara yang menyiksa jiwa, penuh dengan kenangan pahit dan kesulitan yang tak terkatakan. Meski demikian, dia tidak menunjukkan rasa takut atau kelemahan. Dengan kepala tegak, ia terus melangkah, siap menghadapi apa pun yang menantinya.
Sejujurnya, Andera sudah merasa tercekik dalam kehidupan di rumah ini. Jika dia bisa, dia akan pergi sejauh mungkin, meninggalkan semua luka dan kenangan buruk di belakangnya. Berbeda dari teman-temannya yang, meskipun hanya sedikit, masih merasakan kehangatan kasih sayang orang tua, Andera tidak pernah mendapatkannya.
Dia seperti bunga layu, kekurangan cahaya dan air yang dibutuhkan untuk tumbuh. Dia merindukan kasih sayang yang seharusnya dia terima, tetapi yang ada hanyalah kesulitan demi kesulitan.
Andera merasa tak memiliki tempat di sini. Tidak ada seorang pun yang benar-benar peduli padanya. Karena itulah, dia berpikir akan lebih baik jika dia pergi. Namun, dia tahu bahwa itu tidak semudah yang dibayangkan. Banyak hal yang mengikatnya di sini, membuat kebebasan terasa seperti ilusi yang mustahil digapai.
"Andera."
Suara berat dan berwibawa memanggil namanya. Salah satu orang di dalam ruangan itu berbicara. Tanpa sedikit pun menunjukkan rasa hormat atau takut, Andera melangkah masuk tanpa menoleh, tanpa memperdulikan mereka.
Dia tahu bahwa ayahnya, Radja Brahma, adalah mafia paling ditakuti di Asia, tapi itu tidak membuatnya takut atau berniat memenuhi keinginan ayahnya. Andera telah terbiasa dengan kehidupan yang keras dan penuh tekanan, sehingga ancaman atau intimidasi tak mampu menggoyahkannya.
Namun, di balik ketegarannya, Andera masih menyimpan luka yang tak pernah bisa sembuh. Dia merindukan kasih sayang dan perhatian yang seharusnya dia terima dari orang tuanya, namun harapan itu tak pernah menjadi kenyataan.
Andera memiliki keinginannya sendiri, dan dia tidak akan membiarkan siapa pun, bahkan ayahnya sendiri, menghalangi jalannya.
"ANDERA!!" suara Radja bergemuruh, penuh kemarahan.
Andera memutar tubuhnya dengan malas, menatap dingin ayahnya dengan sorot mata yang tak menunjukkan sedikit pun rasa takut atau hormat.
"Tidak punya sopan santun!" bentak Radja, sebelum tangannya melayang menampar keras wajah Andera, membuatnya terjatuh ke lantai.
"AYAH!" Teriak Elena, suaranya dipenuhi kekhawatiran dan kesedihan saat melihat putra tirinya terjatuh.
Elena Brahma, ibu sambung Andera, memiliki paras cantik dan lembut, namun hal itu tidak membuat Andera luluh. Luka lama yang ditorehkan wanita itu masih membekas dalam hatinya.
Sejak kecil, Andera tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus dari Elena. Sebaliknya, seiring waktu berlalu, perlakuan buruk yang diterimanya semakin menjadi. Elena hanya terobsesi pada Radja dan hartanya. Sekarang, di hati Andera, hanya ada kebencian dan dendam yang terus membara.
Dia tidak pernah bisa mempercayai Elena. Wanita itu awalnya tampak penuh perhatian, namun semuanya hanyalah sandiwara. Begitu mendapatkan apa yang diinginkannya, wajah aslinya pun muncul. Andera hanya dianggap sebagai beban, tanpa pernah dipedulikan perasaan dan kebutuhannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Menjadi Ayah BL : S1 - S2.
Random"Selamat membaca! Sebelum komentar, mohon baca dari awal hingga akhir. Cerita ini merupakan karya asli saya. 'This is BL!' - Sebuah kisah tentang Davi, yang hidup tanpa keluarga. Meskipun demikian, dia tidak pernah putus asa. Namun, kehidupannya ber...