Bab 13 : 😭
Lana terkejut dan shock dia begitu ketakutan sekarang, terutama ketika Andera menjalankan motor dengan kecepatan tinggi.
Dia memeluk erat pinggang Andera dengan tangan kecilnya, berharap bisa merasa lebih aman. Namun, jantungnya tetap berdetak sangat kencang, dan kakinya terasa lemas. Dia hanya bisa menangis dalam diam, tidak berdaya dan takut tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Lana semakin panik ia mencoba mengingatkan Andera agar mengurangi kecepatan. Dia memanggil namanya beberapa kali, tapi Andera tidak menanggapi. Lana kemudian mencoba menepuk-nepuk punggung Andera, berharap dia akan memahami isyaratnya. Namun, Andera tetap saja menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi, seolah-olah tidak mendengar atau merasakan apa yang Lana lakukan. Lana semakin takut dan tidak berdaya, tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menghentikan Andera.
Mereka semua berhenti di jalan yang biasa menjadi saksi pertarungan kecepatan mereka. Di depan, anggota Black Wolf sudah siap, menunggu mereka dengan mata tajam.
"Telat," Ucap Sean dengan nada yang menggoda, matanya menatap tajam ke arah lawannya.
"Andera!" panggil Arga, suaranya keras dan jelas. Andera segera turun dari motor, meninggalkan Lana yang terlihat cemas. Dia berjalan menuju Arga, siap menandatangani kertas perjanjian yang sudah disiapkan.
Tanpa pikir panjang, Andera langsung bersiap untuk balapan, meninggalkan Lana yang masih terdiam di atas motor dengan kaki yang lemas.
Suasana menjadi tegang, semua mata tertuju pada lintasan balapan. Anggota Red Lion dan Black Wolf berdiri di samping, masing-masing mendukung geng mereka sendiri.
"Gw tunggu," Ucap Sean dengan nada bosan.
Sean berjalan menjauh dari keramaian, mencari kesunyian yang bisa membantunya fokus. Dia berhenti di pinggir jalan, menatap ke kejauhan dengan mata yang tajam.
"Andera....hiksss..." Lana menangis dengan keras, tubuhnya lemas dan tergoyah. Dia tidak menyangka bahwa orang yang dia sayangi akan meninggalkannya sendirian seperti itu, tanpa peduli dengan perasaannya.
"Arga, Andera... hisss... kaki Lana lemas..." Lana berbicara dengan suara yang terputus-putus, ketakutan dan kehilangan kendali. Dia melihat sekeliling, tapi tidak ada siapa-siapa yang mendengarkannya. Semua orang telah meninggalkannya sendirian, dan kesunyian di sekitarnya membuatnya merasa semakin takut.
"Tolong!" Lana berteriak dengan suara yang keras dan putus asa, matanya terfokus pada sosok yang dia lihat di kejauhan. Dia berharap seseorang itu bisa mendengarnya dan datang untuk membantunya.
Langkah Sean terhenti sejenak, dia mendengar suara seseorang memanggil tolong. Dia menengok kan kepala ke arah tempat balapan, tapi tidak melihat apa-apa yang tidak biasa. Semua orang masih fokus pada balapan antar geng, tidak ada yang memperhatikan suara yang lemah itu. Sean ragu sejenak, apakah dia harus memeriksa lebih lanjut atau tidak.
"Tolong..." Suara itu terdengar lagi, lebih lemah dan putus asa. Dahi Sean mengkerut, dia tidak mengerti mengapa ada orang di area parkir, bukan di arena balap. Dia melihat ke arah suara itu, tapi hanya melihat siluet bayangan orang yang tidak jelas.
"Tolong, Lana... hiss..." Suara Lana terdengar lemah dan terputus-putus. Sean menghampiri Lana dengan langkah yang curiga, matanya mencoba memandang lebih jelas ke arahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Menjadi Ayah BL : S1 - S2.
Random"Selamat membaca! Sebelum komentar, mohon baca dari awal hingga akhir. Cerita ini merupakan karya asli saya. 'This is BL!' - Sebuah kisah tentang Davi, yang hidup tanpa keluarga. Meskipun demikian, dia tidak pernah putus asa. Namun, kehidupannya ber...