Bab 6
"
Akhirnya, aku menemukanmu, sayang," ucap pria besar itu dengan suara dalam yang nyaris bergetar. Memegang segelas alkohol, matanya memerah karena pengaruh minuman itu. Wajahnya sulit diungkapkan dengan kata-kata, terlalu keras dan berkerut seakan telah menorehkan banyak luka dan penderitaan dalam hidupnya. Tangannya menggenggam sebuah foto, pandangannya tertuju penuh pada kenangan lama yang terpampang di sana. Ada aura misterius dan sedikit menyeramkan yang mengelilingi dirinya, menyisakan tanda tanya tentang kisah hidup yang tersembunyi di balik tatapan itu.
o0o
"Kalian nggak keluar?"
"Nggak, Yah. Kami mau tidur aja, nyaman di rumah Ayah," jawab Bara sambil memeluk gulingnya erat. Sejak Leon menerima mereka, Bara benar-benar menganggap rumah Leon sebagai rumahnya sendiri. Leon pun tak keberatan. Baginya, berbagi itu indah terutama soal kasih sayang. Dia merasa bahagia bisa memberikan tempat yang nyaman bagi anak-anaknya, seolah rumahnya kini lebih hangat dan penuh kebahagiaan.
"Ya udah, Ayah mau nganter pesanan dulu, sebentar aja."
"Devan aja, Yah," sahut Devan, bersiap bangun untuk menggantikan ayahnya.
Namun, Leon menggeleng. "Nggak usah. Kalian di rumah aja. Lagian, ini dekat, kok. Nggak jauh."
"Tapi, Ayah... hati-hati, ya," ucap salah satu anaknya dengan nada khawatir.
Leon tersenyum lembut. "Iya, tenang aja," katanya sebelum beranjak pergi.
---
"Sayang," panggil Andera dengan nada manis, matanya tertuju pada Lana.
"Malu, ih," sahut Lana, wajahnya merona saat menyadari banyak orang memperhatikan mereka.
Andera terkekeh. "Biarkan saja mereka. Anggap aja nggak ada," ujarnya menenangkan.
"Tetap aja, malu, ih!" Lana semakin merasa tak nyaman.
Andera tak bisa menahan senyum. Reaksi Lana selalu membuatnya gemas. Tanpa sadar, tangannya mencubit pipi pria imut itu.
"Ih! Kok pipi Lana dicubit? Sakit, tahu!" protes Lana, bibirnya maju beberapa senti, ekspresi kesalnya semakin jelas.
"Justru makin gemes," ujar Andera santai, nada suaranya terdengar menggoda.
"Ihhh!" Lana mendengus kesal lalu dengan cepat berbalik, hendak meninggalkan Andera.
"Sayang, tunggu!" Andera segera mengejarnya, tak ingin membiarkan Lana pergi begitu saja.
Tanpa mereka sadari, dari kejauhan, sepasang mata tajam tengah mengawasi mereka. Wajah orang itu serius, penuh misteri.
o0o
"Panas banget," gumam Leon sambil mengusap keringat di dahinya. Matahari begitu terik, membuatnya merasa seakan terbakar.
"Beli minum dulu, deh," lanjutnya, melangkah masuk ke dalam Alfamart.
Setelah memilih minuman, Leon menuju kasir. "Totalnya berapa, Mbak?" tanyanya santai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Menjadi Ayah BL : S1 - S2.
Random"Selamat membaca! Sebelum komentar, mohon baca dari awal hingga akhir. Cerita ini merupakan karya asli saya. 'This is BL!' - Sebuah kisah tentang Davi, yang hidup tanpa keluarga. Meskipun demikian, dia tidak pernah putus asa. Namun, kehidupannya ber...