Chapter 12.

6.8K 346 3
                                    

Bab 12


Anak-anak Leon sudah pulang, kecuali Arga dan Andera. Keduanya masih tertidur nyenyak, seolah rumah Leon adalah rumah mereka sendiri.

"Sayang, kau tidak keberatan kalau aku tinggal semalam?" tanya Edgar sambil memeluk Leon dengan manja.

"Kau harus bekerja, untuk apa aku melarang?" jawab Leon, meski dalam hatinya ia sebenarnya tak rela Edgar pergi.

"Aku janji, besok aku akan kembali setelah semuanya beres."

"Iya, iya," ujar Leon, berusaha terdengar santai.

Edgar tersenyum sebelum mengecup bibir Leon. Ciuman singkat itu pun berubah menjadi lumatan yang lebih dalam, seakan ingin menyimpan kehangatan satu sama lain sebelum berpisah.

Dengan berat hati, Leon menatap punggung Edgar yang semakin menjauh. Hingga akhirnya, mobil Edgar menghilang dari pandangan.

"Jaga istriku," perintah Edgar kepada dua pengawal assassin miliknya.

Ia tak ingin mengambil risiko. Baginya, keselamatan Leon dan Lana adalah hal terpenting.

"Baik, Tuan."

Dalam sekejap, kedua penjaga itu menghilang bagai bayangan di tengah malam.

o0o

"Sepertinya kau tidak bisa membuatku tenang, Rad," ujar Edgar dengan nada datar.

"Waktu tak bisa diulang, Gar. Mereka bergerak lebih cepat!" balas Radja tegas.

Aura keduanya memenuhi ruangan dengan ketegangan yang semakin mencengkam, terlebih lagi tempat mereka sekarang berada di ruang bawah tanah yang sunyi dan gelap.

Radja Brahma dan Edgar Logan dua sahabat yang tak banyak orang tahu kedekatannya. Mereka telah saling membantu selama bertahun-tahun, menyingkirkan rintangan demi mencapai titik ini bersama.

"Itu mudah," ucap Edgar enteng, seolah masalah yang mereka hadapi bukanlah sesuatu yang berarti.

"Mereka punya pendukung di belakang mereka, Gar," Radja mengingatkan.

"Lalu?" Edgar tetap tenang.

"Kau selalu saja begitu, meremehkan lawan!" Radja mendengus kesal.

"Mereka hanya semut, Rad. Tak perlu dipikirkan terlalu dalam," Edgar menanggapi santai.

Radja menatapnya sejenak sebelum akhirnya mengangguk, seakan mengiyakan meski hatinya masih dipenuhi keraguan.

"Lebih baik kau pikirkan anakmu sekarang," lanjut Edgar.

"Andera?"

"Ya. Dia semakin berani terhadap anak dan istriku," ujar Edgar dengan nada tajam.

Radja mengernyit. "Maksudmu apa, Gar?"

"Besok ikut denganku. Malam ini kita susun rencana dulu," jawab Edgar singkat.

Radja menatap sahabatnya dengan perasaan tak menentu. Edgar selalu seperti ini membuatnya menggantung dengan banyak pertanyaan yang belum terjawab.

"Hm," gumamnya akhirnya, meski pikirannya masih dipenuhi tanda tanya.

o0o

"Kalian sedang apa, hmm?" Leon tiba-tiba muncul dan memergoki Lana serta Andera yang tengah berciuman.

"Ayah! Ihhh!" Lana buru-buru menyembunyikan wajahnya di dada Andera, pipinya merona malu.

Andera membeku di tempat. Ia bingung harus marah atau tidak, tapi di hadapannya sekarang adalah orang yang ia sayangi. Tidak mungkin ia berani bersikap kasar.

Transmigrasi Menjadi Ayah BL : S1 - S2.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang