Chapter 10.

11.3K 447 11
                                    

Bab 10 🔞



Leon menggeliat merasakan sensasi yang tak pernah ia rasakan. desahan serta erangan begitu terdengar di telinga Edgar. Kepala nya mulai turun tersenyum melihat betapa kecilnya penis kecil milik Leon.

“Sama seperti dulu,” gumam Edgar dengan senyum menggoda.

Leon mengerutkan kening. “Maksudnya?” tanyanya, masih belum menangkap maksud ucapan Edgar.

Edgar terkekeh, matanya menelusuri sosok Leon dengan ekspresi yang sulit diartikan. “Tak bertambah sesenti pun,” ujarnya santai.

Leon semakin bingung, hingga akhirnya ia mengikuti arah pandangan Edgar. Saat ia menyadari ke mana fokus mata Edgar tertuju, wajahnya langsung memerah. “Hei! Kenapa kau menatapnya seperti itu?!” serunya, buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Edgar hanya tertawa kecil, menikmati reaksi Leon yang tampak begitu defensif. “Apa? Aku hanya mengamati,” balasnya dengan nada menggoda, matanya berkilat nakal.

Leon mendengus kesal, tetapi wajahnya masih memanas. “Dasar menyebalkan.”

Edgar terkekeh, lalu meraih Leon dalam pelukannya. “Aku menyukainya apa adanya, tak perlu merasa malu,” bisiknya lembut di telinga Leon, membuat pria itu semakin tak berdaya menghadapi pesona Edgar.

"Ihhh!" Leon buru-buru menutupinya, wajahnya memerah, dan bibirnya mengerucut kesal.

Edgar hanya tersenyum, menikmati pemandangan di depannya. Tatapannya dipenuhi rasa gemas saat melihat ekspresi Leon yang malu-malu. Dengan lembut, Edgar menarik tangan kecil Leon, memaksanya untuk menatapnya langsung.

"Jangan sembunyi," bisik Edgar, matanya menatap lekat wajah Leon yang kini merona.

Leon menggigit bibir, berusaha menahan rasa gugup yang semakin menghimpit dadanya. "Kau menyebalkan," gumamnya pelan, namun itu justru membuat Edgar semakin tertarik.

Edgar mencium Leon dengan penuh gairah dan kepemilikan, seolah tak ingin melepaskannya sedetik pun. Jemarinya dengan cekatan membuka satu per satu kancing baju Leon, sementara bibir mereka tetap menyatu dalam tautan yang panas.

Seperti biasa, Leon kehabisan napas. Tangannya yang kecil memukul pelan dada bidang Edgar, mencoba mencari celah untuk mengambil udara. Wajahnya semakin memerah, bukan hanya karena ciuman itu, tetapi juga karena perasaan gugup yang tak bisa ia kendalikan.

"Kenapa, hm?" tanya Edgar dengan suara dalam, matanya menatap penuh godaan.

Leon menggigit bibirnya, menolak untuk menatap Edgar. "Badanmu terlalu besar," gumamnya pelan, suaranya terdengar manja. Dengan cepat, ia memalingkan wajah ke samping, berusaha menghindari tatapan intens Edgar yang membuatnya semakin malu.

Edgar tertawa lepas, menikmati ekspresi gemas Leon. Tanpa peringatan, ia mengulurkan tangan dan mulai menggelitik perut pria itu.

"Ahahaha! Be-berhenti! Hahaha!" Leon tertawa terpingkal-pingkal, tubuhnya berusaha meloloskan diri dari tangan nakal Edgar.

Edgar semakin tergoda melihat Leon menggeliat dalam gelak tawa, tetapi setelah beberapa saat, ia akhirnya berhenti. Napas mereka masih tersengal, tersisa kehangatan dari momen menyenangkan itu.

Tatapan Edgar kemudian jatuh pada sebuah botol minyak telon di meja samping kasur. Ia mengernyit heran, tak menyangka Leon menyimpan benda semacam itu di kamarnya. Namun, ia hanya tersenyum kecil, membiarkan rasa penasarannya berlalu begitu saja.

Dengan penuh kelembutan, Edgar menuangkan minyak ke telapak tangannya, lalu mulai memijat bagian luar hole kecil milik Leon dengan gerakan perlahan dan penuh perhatian. Hangatnya minyak menyentuh kulit, membuat Leon menggeliat menikmati sensasi nyaman yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Transmigrasi Menjadi Ayah BL : S1 - S2.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang