Sejauh ini, gimana sih cerita ini dan karakternya? Soalnya komennya sedikit banget jadi aku gak bisa dapat feedback nih huhu~ Ini sebenernya di luar genre yang biasa aku tulis jadi masih perlu banyak insight T-T
Jangan lupa vote dan comment nya yaa~
Siapa tau besok-besok double hehe
----------------------------
Ceklek!
Mata Regan membesar ketika pintu itu bisa dibukanya. Tidak terkunci.
"Poppy?" panggil Regan pelan sambil melangkah masuk. Ini adalah kali pertamanya ia masuk ke kamar wanita itu.
Seperti kamar wanita pada umumnya, kamar Poppy sangat rapi dan tertata. Ruangannya didominasi warna peach, dengan sentuhan pastel. Ada rak berisi penuh buku di salah satu sudut ruangan, sebuah lemari pakaian, meja rias, kasur dengan seprai merah muda, dan....
Poppy yang tertidur di atas meja belajar.
Wanita itu sudah mengganti pakaiannya dengan kaus oblong dan celana pendek. Sepertinya dia juga sudah mandi. Poppy merebahkan kepalanya di atas meja, dan menjadikan satu lengannya sebagai bantal. Laptop di depannya masih menyala, dan ada satu buku terbuka berisi tulisan tangannya.
Regan menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Poppy. Mulut wanita itu sedikit terbuka. Jika dilihat dari air liur itu, sepertinya memang Poppy sudah terlelap dalam.
Regan mendengkus geli. "Baru beberapa menit yang lalu kamu buat aku takut."
Mata Regan kemudian tertarik pada tulisan di catatan Poppy. Sebuah senyum tipis terbit di bibirnya.
Tulisan "tanya Kak Regan" tertulis dengan tinta merah dan dilingkari. Sepertinya, sumber terpenting dalam tulisan wanita itu berdasarkan ucapan Regan.
Regan menundukkan kepala sambil menyelipkan rambut Poppy ke belakang telinga. "Les privat ini bayarannya sangat mahal. Be ready, Sweetheart."
Satu kecupan diberikan Regan di pelipis wanita itu. Setelahnya, Regan mengangkat tubuh Poppy dengan hati-hati dan memindahkannya ke kasur. Wanita itu begitu pulas sampai tidak terbangun sedetik pun. Ia hanya melenguh sedikit ketika Regan membaringkan di kasur tadi.
"Good night, Sweetheart."
***
"Huh?!"
Poppy seperti orang linglung begitu membuka mata. Kamarnya sudah gelap, hanya lampu tidurnya yang menyala. Terlebih... ia berada di atas kasur, dengan selimut menutupi tubuh bagian bawahnya.
Apa dia tidur sambil berjalan? Kenapa tiba-tiba sudah berada di atas kasur? Dan lagi, sejak kapan lampu kamarnya mati?
Poppy meraba-raba kasur untuk mencari ponselnya. Biasanya, ia pasti meletakkan ponsel di dekatnya sebagai alarm. Namun, Poppy tidak bisa menemukan benda itu kali ini, sehingga ia terpaksa turun dari kasur. Pada saat itulah ia melihat benda itu ada di atas meja belajarnya.
"Ah... iya juga. Tadi, kan, aku lagi ngetik...," ucap Poppy begitu melihat laptop dan buku catatannya yang terbuka.
Setelah kejadian di depan pintu dengan Regan itu, inspirasi seperti mengalir deras di kepala Poppy. Segera ia membersihkan make-up, mandi, berganti pakaian, lalu duduk di depan laptopnya. Sebanyak lebih dari tiga ribu kata bisa Poppy ketik dalam waktu dua jam, sebelum matanya itu menjadi berat dan tanpa sadar tertidur di sana.
Poppy menyalakan ponselnya, sudah pukul 11 malam ternyata. Ada beberapa pesan dari Dante dan editornya yang belum terbaca. Kakaknya itu juga sempat menelepon tadi.
Untuk membuatnya tidak khawatir, Poppy membalas pesan-pesan dari Dante. Ia meminta maaf karena tidak mengangkat telepon karena sedang tidur. Mungkin, karena Dante juga sudah terlelap, pesan itu tidak langsung dibaca.
Sekarang masalahnya adalah Poppy kelaparan. Ia terakhir makan saat makan siang tadi, dan hanya menyemili beberapa cookies sebelum pulang kerja. Waktu makan malamnya sudah lama terlewat, pantas saja perutnya sudah berdendang.
Saat keluar dari kamar, rumahnya juga sudah tampak sunyi dan temaram. Sepertinya Regan juga sudah masuk ke kamarnya. Sebuah kesempatan baik. Poppy tidak tahu harus bagaimana jika bertemu Regan seka—
"Udah bangun?"
—rang.
REGAN?!
Saking terkejutnya, Poppy sampai terlonjak ke belakang saat melihat Regan duduk santai di meja makan dengan secangkir minuman panas. Ada tablet yang menyala di atas meja. Entah apa yang sedang pria itu lakukan tengah malam begini, di tengah suasana sunyi dan temaram dapur rumahnya.
"K-KAK REGAN NGAPAIN?!" tanpa sadar, Poppy menaikan suaranya.
"Kamu sendiri kenapa bangun?"
"A-aku lapar." Poppy sedikit meringis karena malu. Makan lewat dari jam 8 malam adalah suatu yang di luar kebiasaannya.
"Aku beli soto tadi. Punya kamu aku taruh di kulkas," ucap Regan kemudian, dan matanya kembali berfokus pada layar tabletnya.
Poppy sepertinya harus bersyukur karena ia tidak harus masak mi instan malam-malam. Bukan karena malas, tapi makan mi tengah malam pasti akan membuat wajahnya bengkak besok pagi. Kalau sangat sangat sangat tidak terpaksa, Poppy tidak akan mau makan mi tengah malam.
Benar kata Regan, ada sebungkus soto daging di kulkas, lengkap dengan nasinya. Di bungkus yang lain, ada potongan tomat dan sambal yang banyak. Baru dua bulanan tinggal bersama, sepertinya Regan sudah hafal betul selera Poppy. Wanita itu memang suka makanan pedas.
Setelah memindahkan soto ke mangkuk, Poppy menghangatkannya di microwave bersama dengan nasi itu. Sambil menunggu, ia melirik Regan yang anteng duduk di meja makan. Pria itu tidak bergerak, seperti batu prasasti yang kokoh. Matanya hanya berfokus pada layar tablet itu.
Nonton apa, sih? Serius banget, hati Poppy bertanya karena penasaran.
Ting!
Dentingan dari microwave pun menyadarkan Poppy. Aroma kuah soto langsung menyebar di dapur, membuat perut Poppy semakin keroncongan. Setelah mencampurkan dengan potongan tomat dan sambal, wanita itu pun membawa mangkuk dan piring itu ke meja makan.
Ia melihat Regan menoleh sekilas ketika Poppy meletakkan mangkuknya, tapi tak berkomentar apa pun. Entah kenapa Poppy jadi kesal sendiri. Apa yang membuat pria itu mengabaikannya seperti ini? Apa tontonan di tabletnya itu lebih seru daripada dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Lesson
Romance"Aku bisa ngajarin kamu lebih jauh. Gimana?" Di tengah keruwetan otaknya untuk menulis cerita dewasa, Poppy mendapat tawaran menarik dari Regan. Ini mungkin kesempatan emas, mengingat Regan katanya memiliki banyak pengalaman saat berkuliah di Amerik...