Poppy semakin tidak mengerti arah pembicaraan ini. Beberapa detik lalu, mereka masih membahas Dante, lalu tiba-tiba Regan berkata "ayo". Kalau artinya untuk menjemput Dante, bukankah pria itu yang bilang sendiri kalau Poppy tidak perlu khawatir?
Regan yang sudah berjalan untuk mengambil kunci mobilnya yang ada di meja dekat TV pun menyahut, "Aku antar kamu ke sekolah."
Poppy tidak bisa membantah apa pun karena Regan sudah berjalan lebih dulu menuju halaman depan. Seketika, ia menjadi panik. Ini sudah hari kedua Regan menawarkan diri untuk mengantar Poppy bekerja. Biasanya tidak pernah. Sekalipun berangkat bersama, pasti ada Dante di antara mereka.
Akhirnya, mau tidak mau Poppy menyelesaikan suapan terakhir nasi gorengnya dengan sedikit terburu-buru. Setelah meletakkan peralatan makannya ke tempat cuci piring, ia pun menyusul Regan yang sedang memanaskan mesin mobil.
Tidak seperti biasanya, Regan memakai pakaian santai karena ini hari libur. Pria yang sedang melap kaca depan mobilnya itu tetap sangat menarik meskipun hanya memakai kaus hitam dan celana jeans. Rambutnya yang biasa ditata rapi ke belakang, kini dibiarkan jatuh menutupi keningnya. Penampilannya sekarang sangat cocok disisipkan titel 'senior kampus idaman'.
"Udah?"
Suara Regan membuyarkan lamunan Poppy. Wanita itu pun mengangguk, sebelum berbalik untuk mengecek pintu rumahnya kembali. Sudah beres semua, pintu pun sudah terkunci rapat.
Pria itu membukakan pintu penumpang untuk Poppy, yang membuatnya sedikit tertegun untuk beberapa saat. Kemarin, Regan tidak sampai melakukan itu. Ia hanya menunggu Poppy di dalam mobil, lalu mengantarnya sampai sekolah. Hari ini, perlakuan Regan benar-benar di luar prediksi Poppy.
"Makasih, Kak." Karena tidak tahu harus merespons apa, Poppy hanya mengucapkan terima kasih. Regan hanya membalas dengan senyuman, lalu berjalan ke pintu pengemudi.
Tidak banyak pembicaraan saat perjalanan. Poppy sendiri masih kebingungan karena sikap Regan yang berbeda pagi ini. Jadi, ia hanya menjawab apa yang Regan tanyakan saja, tanpa berusaha membuka topik lain.
Setengah jam kemudian, mobil pun sampai di pelataran sekolah tempat Poppy mengajar. Poppy pun mengucapkan terima kasih sambil melepas sabuk pengamannya.
"Jam berapa kamu pulang?"
"Apa?"
"Kamu pulang jam berapa?" ulang Regan, masih dengan pertanyaan yang sama.
Alis Poppy bertaut. "Ya... kayak biasa?"
Niatnya, Poppy memang ingin izin pulang cepat untuk menjemput Dante. Namun, berhubung Regan bilang Dante meminta pria itu yang menjemput, jadi Poppy akan bekerja dalam jam yang normal. Ia tidak mengerti kenapa Regan harus menanyakan hal itu.
Regan pun mengangguk dan hanya menjawab, "Oke."
Jawaban yang singkat dan masih menyisakan tanya, tapi Poppy tidak tahu harus menanggapinya bagaimana. Jadi, ia mengangguk saja dan keluar dari mobil. Hari ini, Regantara Dashar benar-benar aneh.
***
"Harusnya lo suruh adek gue libur aja."
Itu adalah ucapan serupa yang ketiga kalinya dari Dante. Bukannya berterima kasih karena Regan mau repot-repot menjemputnya, ia malah terus menanyakan keberadaan sang adik. Belum lagi wajah tidak puas itu yang sangat menjengkelkan bagi Regan.
"Udah gue jawab berkali-kali, Poppy ada meeting penting, jadi gak bisa jemput lo," sahut Regan. Rasanya, ia ingin membanting tas berisi perlengkapan Dante itu tepat ke wajah temannya.
Entah dapat ide dari mana Regan jadi membohongi kakak-beradik itu. Antara ia tidak mau melihat kebucinan Dante kepada Poppy, atau benar-benar ingin Poppy merasa sedikit tenang. Sejak semalam, yang ada di kepala Regan adalah bagaimana cara mengurangi intensitas komunikasi Dante dengan Poppy. Sepertinya ia masih dendam dengan paket COD pria itu yang mengganggu waktunya dengan Poppy.
Regan meninggalkan Dante yang berjalan lambat di belakangnya. Ia juga tidak mau repot-repot memapah atau bahkan sekadar membukakan pintu mobil. Sudah cukup kebaikannya hanya dengan menukar hari liburnya untuk mengoperasi pria itu dan membawakan tasnya ini.
"Dia beneran meeting, kan?" Dante belum menyerah juga. Ia kembali bertanya setelah masuk ke mobil dan memasang sabuk pengaman.
Regan meliriknya. "Maksudnya?"
"Lo... emang gak pernah lihat gerak-gerik mencurigakan pas cuma berduaan di rumah sama adek gue?" tanya Regan dengan mata memicing.
"...Gak."
Dante mengusap dagunya sendiri, seolah sedang berpikir keras. "Belakangan ini, dia sering banget ngurung diri di kamar. Kalau disuruh makan pun gak langsung keluar. Udah gitu, nih, pas gue dirawat, dia jarang banget ngehubungin gue. Sekalinya gue yang chat atau telepon, jawabnya lamaaaa banget."
Diam-diam, Regan menelan air liurnya. Semua kecurigaan Dante terhadap Poppy berhubungan erat dengannya.
Tiba-tiba, Dante memutar kepalanya dengan cepat, sampai membuat Regan sedikit terkejut. Hampir saja ia salah menginjak pedal gas menjadi rem.
"Itu tanda-tanda abis diputusin gak, sih?" ucap Dante kemudian.
"Hah?"
"Gue yakin, adek gue baru putus," Dante menyimpulkan seenaknya. "Atau paling gak... baru ditolak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Lesson
Romance"Aku bisa ngajarin kamu lebih jauh. Gimana?" Di tengah keruwetan otaknya untuk menulis cerita dewasa, Poppy mendapat tawaran menarik dari Regan. Ini mungkin kesempatan emas, mengingat Regan katanya memiliki banyak pengalaman saat berkuliah di Amerik...