BAB 28

110 22 11
                                    

Satu lagi yang aneh dengan tingkah aneh Regan hari ini. Setelah memarkir mobil di basemen mall, Regan terus menggenggam tangan Poppy dan membawanya masuk ke lobi. Tidak hanya itu, alih-alih langsung masuk ke toko perhiasan atau toko fesyen, Regan malah membawa Poppy ke sebuah restoran Jepang mewah yang meyajikan menu omakase di mall itu.

"Kakak gak sibuk?" tanya Poppy setelah duduk di meja yang ditunjukkan seorang pelayan.

"Tenang aja."

Jawaban itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan Poppy. Pria itu sudah sibuk menyapa chef yang bertanggung jawab melayani mereka. Melihat dari interaksi Regan dan chef itu, entah kenapa Poppy merasa kalau Regan memang sering datang ke sini.

Karena konsepnya omakase, Poppy jadi tidak perlu pusing ingin makan apa. Chef di depannya sangat terampil meyajikan sushi dan sashimi untuk Poppy. Sepanjang makan, chef tersebut sangat interaktif. Apalagi melihat keakrabannya dengan Regan, Poppy jadi tidak begitu canggung jadinya.

"Well, you have to bring her sooner, Reg. She's a lot of fun," ucap sang chef yang Poppy ketahui bernama David. "Dengan begitu, saya bisa mengenalnya lebih jauh."

Poppy yang tengah mengunyah sepotong sashimi pun dibuat tersipu oleh David. Walaupun terlihat lebih tua daripada Regan, David masih sangat menawan. Sudah pasti Poppy merasa tersanjung dipuji oleh orang hebat dan tampat seperti pria itu.

"Terima—"

"No, she's taken."

Sashimi di mulut Poppy belum tertelan sepenuhnya. Wanita itu memutar kepalanya dengan cepat ke arah Regan dengan alis bertaut, sementara David terkekeh sambil mengucap maaf di depannya. Apa maksud ucapan pria itu? Dan kenapa wajahnya terlihat tidak bersalah setelah berbohong di depan David?

Regan sepertinya menyadari tatapan penuh tuntutan Poppy tersebut. Ia pun menoleh, masih dengan wajah santai. Lalu, tiba-tiba pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga Poppy.

"Aku cuma gak mau kamu diamuk Dante gara-gara PDKT-an sama duda," bisik Regan.

Mulut Poppy kembali mengunyah dengan matanya melirik kembali ke arah David. Jadi pria itu sudah pernah menikah? Wajar saja dia terlihat lebih "matang" daripada Regan.

Pada akhirnya, Poppy menahan diri untuk tidak—terlalu—tersipu dengan ucapan David. Walaupun, tidak ada salahnya juga dengan seorang duda, toh pernikahan mereka sudah berakhir. Hanya saja, dengan Regan di sampingnya, ia tidak yakin kalau situasi ini tidak akan sampai ke telinga Dante. Jujur saja, menghadapi Dante yang tantrum jauh lebih melelahkan daripada anak-anak muridnya.

"Regan? Is that really you?"

Sebuah suara merdu mengalun dari arah belakang. Poppy dan Regan sama-sama menoleh. Langkah kaki berbalut heels itu menghentak lantai dengan cepat. Lalu, sebelum Poppy memahami situasi yang terjadi, tahu-tahu bibir seorang wanita berambut cokelat panjang itu sudah menempel di bibir Regan.

Poppy mengerjap. Ya Tuhan! Apa yang sedang terjadi di sini?!

"I really missed you!"

Setelah mengecup bibir Regan, wanita itu memeluk lehernya dengan erat. Posisi Regan masih duduk, sementara wanita itu berdiri di depannya. Wanita itu terlihat sangat ramping, dan dress hitam ketat itu memeluk tubuhnya dengan apik. Rambut cokelat madu yang tampak dicat itu pun jatuh dengan anggun di dada dan punggungnya. Walaupun wajah wanita itu tidak seperti bule, Poppy bisa mendengar aksen Amerika yang kental dalam ucapannya.

Poppy tanpa sadar melihat penampilannya sendiri. Ia hanya memakai blus sederhana dan rok—bahkan ada setitik noda kecap asin di blus putihnya itu. Kakinya terbalut sepatu kets putih, bukan heels setinggi tujuh senti yang membuat kakinya tampak jenjang. Terlebih, rambutnya yang sebahu itu membuat dirinya terlihat seperti bocah SMP daripada guru pre-school, terlepas dari setebal apa pun make-up yang Poppy pakai.

Kalau dipikir-pikir, wanita itulah yang lebih pantas makan omakase bersama Regan sekarang, bukan dirinya.

"Claudia?" Regan melepas paksa pelukan Claudia yang terasa menjerat tubuhnya. "Kamu balik ke Indo?"

"Loh, kamu lupa? Aku, kan, mulai kerja di Rumah Sakit Dashar minggu depan," jawabnya dengan senyum merekah di bibir merahnya.

Regan berdecak dalam hati. Ia melupakan fakta itu karena saking terkejutnya. Claudia adalah salah satu rekannya saat berkuliah di Amerika. Mereka sama-sama dari fakultas kedokteran, tetapi mengambil spesialis yang berbeda—Claudia adalah dokter gigi. Regan baru ingat kembali kalau Om Haris—pimpinan Rumah Sakit Dashar saat ini, sekaligus omnya—mengatakan kalau Claudia akan resmi praktek di sana mulai hari Senin.

Sebenarnya tidak hanya "rekan", hubungan mereka... bagaimana Regan mengatakannya? Harus Regan akui sendiri, hidupnya di masa lalu memang sangat berantakan, terutama jika berhubungan dengan wanita.

Claudia adalah salah satunya. Sebagai sesama mahasiswa Indonesia, hubungan Regan lebih dekat dengannya daripada wanita bule. Regan yang dulu mungkin tidak akan keberatan jika satu atau dua wanita sekaligus menempel kepadanya seperti ini, tetapi tidak untuk sekarang.

"Aku gak nyangka bisa ketemu kamu di sini...."

Saat Claudia membawa tangan Regan dan meletakkannya di pinggangnya sendiri, Regan buru-buru menariknya kembali. "Clau, please."

"Why... are you unfriend with PDA, Baby—oh?" Mata Claudia melirik ke arah Poppy, membuat Regan memejamkan mata dan merapalkan doa dalam hati.

Namun, bukannya berhenti, Claudia malah tersenyum lebar ke arah Poppy—dengan tangan masih merangkul lengan Regan. "Hello, Dear."

"Halo." Poppy mengangguk, membalas sapaan Claudia.

Dari sini, Regan tidak bisa membaca ekspresi Poppy. Wanita itu masih terlihat tenang, bahkan tersenyum tipis saat membalas sapaan itu. Sebuah respons yang seharusnya disyukuri Regan. Namun, entah kenapa sesuatu di dalam hati Regan justru berharap Poppy marah dan menjambak rambut Claudia.

Dia gak marah? Padahal dia lihat kita bercium—gak, Claudia yang cium gue. Kenapa dia diam aja? Dan kenapa malah gue yang uring-uringan?

"Aku kira kebiasaanmu bakal hilang pas pulang kampung. Ternyata makin jadi, ya." Claudia terkekeh. Dia tetap bersikeras merangkul lengan Regan, berapa kali pun pria itu tepis, sampai akhirnya Regan membiarkannya. "Kamu bahkan nge-date sama daun muda sekarang."

Secret LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang