Bab 123 | kesayangan buna

1.6K 72 0
                                    

"Cacaa!"

"Hmm?" Salma mengalihkan atensinya ke arah rony. Di mana cowok itu tengah berjalan ke ranjang menghampiri salma.

Rony menaiki ranjang, mengambil posisi duduk di sebelah salma, bagian tengah ranjang. "Caca..."

"Iyaa suamik? Kenapa sih? Maen legonya udahan ?" Salma bertanya seraya mengusap dahi rony yang terdapat setitik keringat.

Memang sejak tadi, tepatnya setelah makan siang, rony anteng di sofa kamar bermain lego. Sementara salma sendiri berbaring malas di ranjang sembari bermain ponsel. Sesekali dia menatap rony, mengawasi apa yang bocah priuk itu lakukan.

Rony mengangguk. "Udah."

Salma menaikkan satu alisnya menatap rony. "Terus? Kenapa manggil? Udah ngantuk? Mau bobo yaa ?"

Rony menggeleng, tangannya menyentuh perut salma, mengusap bagian yang agak sedikit menonjol itu perlahan. "Dede bayi kapan lahir ?"

Salma menggigit bibir nya menahan gemas kala melihat tatapan serius rony ke perutnya yang sekilas terlihat masih datar itu.

"Baru juga dua minggu, gimana mau lahir coba."

Kemarin setelah mengetahui kehamilan salma. Mamak yati memang langsung heboh memberitahu orang rumah. Semua memberikan salma selamat, bahkan papa aron langsung memberikan hadiah. Tak tanggung- tanggung, papa aron memberikan 30% saham perusahaan pada calon cucu nya. Aditama kecil itu benar- benar mendapat kasih sayang yang melimpah dari semua keluarga.

Mamak yati juga mengantar salma langsung ke rumah sakit untuk bertemu dokter kandungan terbaik kenalannya. Semua kembali bersyukur saat tahu, kehamilan salma menginjak dua minggu.

Rony mencebik. "Lahirnya lama lagi?"

Salma usap kepala rony, mencubit gemas pipi suaminya. "Iyaa papa."

Rony merebahkan dirinya dengan cemberut di sebelah salma, kepalanya sejajar dengan perut salma.

"Ngadep sini." Rengek rony.

Salma menurut, memiringkan tubuhnya ke arah rony. Tangan kanan salma mengusap surai rony yang kian panjang. Malahan sedikit menutupi mata sipit rony.

"Adek bayik..." rony menyingkap piyama longgar salma, lalu memainkan jari- jarinya di atas permukaan perut mulus istrinya. Gerakan jari- jari rony membentuk pola abstrak tak karuan.

"Iyaa papa?" Sahut salma jahil, dia bahkan terkekeh sendiri setelahnya.

"Napa lama- lama? Keluar ayok, maen sepeda, maen lego, maen bola sama papaa." Ujar rony dengan bibir yang masih mencebik manyun.

Salma tertawa. "Engga maen boneka papa?"

Rony menggeleng, tanda tidak. Wajahnya tak berjarak dengan perut salma. Saat dia menggeleng, hidung rony menggesek sedikit kulit perut salma.

"Anak cowok ga maen bonekaa."

Salma menaikkan alisnya. "Lah, emang anaknya cowok?"

Rony mengangguk cepat. "Iyaa." Rony mengetuk dua kali perut salma dengan jari telunjuknya secara perlahan. Tuk tuk. "Ini jagoann. Jagoan papa rony."

Salma tertawa, tak lagi bisa menahannya saat mendengar celetukan polos rony. "Tau an banget, kalo cewek gimana ?"

Rony menggeleng lagi. "Ni, ini cowok. Adek bayik tok tok tok. Cowok kan, dek?" Ujar rony dengan randomnya lalu mengangguk sendiri. "Tuh, cowok katanya buna."

Salma terkekeh, memeluk kepala rony dengan gemas. "Lucuu banget sih calon papa satu ini. Gemes deh buna..."

Rony menarik piyama salma, mendongak menatap salma dengan senyum polosnya. "Cacaa, mimiik."

Teman tapi Menikah 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang