Rule Number Five [TERBIT]

9: Wimbledon

Matahari bersinar cerah di atas lapangan hijau Wimbledon yang megah, suasana dipenuhi oleh kerumunan orang-orang yang mulai memenuhi tempat duduk untuk menyaksikan pertandingan. MJ menyesuaikan topi lebar yang dikenakannya, melindungi matanya dari panas matahari sementara dia dan Jeff berjalan menuju kursi mereka. Gaun putih sederhana yang dikenakan MJ melambai lembut tertiup angin, membuatnya terlihat elegan tapi tetap kasual di acara besar ini. Jeff, yang berjalan di sampingnya, tampak begitu memesona dalam blazer biru navy yang rapi, dipadukan dengan kemeja putih dan celana menyerupai blazernya. Kehadirannya selalu menarik perhatian ke mana pun mereka pergi.

Mereka tidak datang sendiri. Jacob dan Gemma berjalan bersama mereka, penampilan mereka pun tak kalah memukau. Jacob dengan setelan jas yang klasik dan rapi, semua orang yang melihat Jacob sekarang bisa langsung tahu bahwa dia berkebangsaan Inggris, dia terlihat seperti seorang pangeran dari kerajaan Inggris. Sementara Gemma tampak bersinar dalam gaun biru muda, terlihat seperti seseorang yang muncul dari sampul majalah.

Kedatangan mereka tak luput memicu banyak perhatian penonton. Kepala-kepala mulai berbalik ketika mereka berjalan melalui area tempat duduk eksklusif, menarik tatapan penasaran dari para tamu. Bukan hanya karena mereka adalah figur terkenal—MJ bisa merasakan bahwa dirinya dan Jeff tengah menjadi perbincangan para tamu, terlebih dengan munculnya MJ di garasi Jeff dan foto-foto mereka di Monaco kemarin.

Saat mereka duduk, tangan Jeff dengan santai mendarat di punggung bawah MJ, menuntunnya ke kursinya dengan senyum menggoda.

"Comfortable?" tanyanya dengan nada santai namun hangat.

MJ memutar matanya dengan main-main. "Gue bakal lebih nyaman kalau lo berhenti ngerasa gue ini kayak boneka rapuh."

Jeff tersenyum kecil, sama sekali tidak berniat melepaskan tangannya. "Boyfriend duty, Jellybean. Lo nggak kelihatan rapuh kok hari ini—you look really pretty today."

Detak jantung MJ seketika meningkat mendengar kata-katanya. What? Jellybean? tapi dia memaksa dirinya untuk tetap tenang, menyesuaikan posisi kacamata hitamnya. "You really working hard today,"

Jeff sedikit membungkuk, bibirnya nyaris menyentuh telinganya saat dia berbisik, "I'm always comitted. Tapi, gue nggak bohong, gue bilang itu karena gue lihat lo emang cantik."

Napas MJ tertahan dan dia bisa merasakan hangat menyebar di pipinya. Dia benci bagaimana Jeff bisa dengan mudah membuatnya gugup hanya dengan beberapa kata, tapi yang lebih buruk lagi, dia benci betapa dia diam-diam menyukainya. Ya, bayangkan saja, digombali laki-laki dengan tinggi 184cm dan tercatat sebagai pembalap yang susah untuk dikalahkan, ditambah dengan parasnya yang menawan. Sebelum dia bisa menjawab, suara Gemma memecah keheningan.

"Pertandingan ini seru banget, kan?" Gemma berseri-seri, mencondongkan tubuh ke MJ. "Gue belum pernah ke Wimbledon sebelumnya."

"Oh ya? Gue kira lo pernah nonton, Gems." jawab MJ, merasa lega atas interupsinya itu, ia langsung melirik ke arah lapangan. "Seru sih, tapi jujur aja, gue nggak ngerti banget soal tenis."

Jacob tertawa, bersandar di kursinya. "Ini sama kompetitifnya kayak Formula 1. The way these players strategize each point is insane."

"Speaking of insane," Jeff menyela, tangannya masih santai di punggung MJ seolah memang itu adalah tempat yang seharusnya. "Lo pada liat pertandingan tahun lalu nggak? Tiebreak-nya lama banget. Mereka hampir merangkak keluar lapangan di akhir pertandingan."

Mata Gemma membesar, antusias terpancar dari wajahnya. "Oh my God, yes! Itu gila, sih! Stamina mereka luar biasa banget,"

Jacob mengangguk setuju, menunjuk ke arah lapangan. "It's all about mental toughness. Begitu lo kehilangan fokus, bahkan cuma sedetik, selesai sudah."