Cafe itu sepi, hanya ada beberapa pengunjung yang sibuk dengan laptop mereka. Eleanor sudah menunggu di sudut, jemarinya memainkan kalung Cartier.
"You look good," Eleanor tersenyum canggung saat MJ duduk.
"Langsung aja," MJ memotong halus. "Ada apa, El?"
Eleanor menarik napas dalam. "Aku kangen kamu, MJ. Kangen sahabat aku. Orang yang selalu lihat aku lebih dari sekadar nama keluarga Kartatmodjo."
"Lo udah kehilangan itu," MJ menatap cangkir kopinya, "waktu lo milih dia."
"Aku tahu," Eleanor mengangguk, matanya mulai berkaca-kaca. "Dan aku menyesal setiap hari. Soal Arlo dan soal kehilangan sahabat aku? Itu kesalahan terbesar dalam hidup aku."
"Lucu ya," MJ tertawa pahit. "Lo baru sadar setelah empat tahun."
"Aku udah coba hubungin kamu berkali-kali, waktu itu, MJ," Eleanor mengaku. "Tapi kamu ganti nomor, pindah ke Jakarta... kamu kayak menghilang gitu aja."
"Ya karena aku harus gitu, El," MJ akhirnya menatap Eleanor. "Lo tahu nggak rasanya gimana? Tahu omongan seluruh dunia kalau sahabat lo—orang yang udah lo anggep saudara sendiri—tidur sama pacar lo?"
Eleanor mengernyit. "MJ, nggak gitu—"
"Terus gimana?" suara MJ bergetar. "Jelasin ke gue, El. Gimana ceritanya sahabat gue bisa 'tanpa sengaja' jadian sama pacar gue?"
"Itu... habis Spa," Eleanor berbisik. "Kamu lagi di Paris buat fashion week. Arlo frustrasi soal balapan, aku abis berantem sama Papa soal perusahaan..." dia menggeleng. "Kita mabuk dan..."
"Dan kalian mutusin buat terus backstreet berbulan-bulan?" MJ memotong.
"Aku mau cerita," air mata Eleanor akhirnya jatuh. "Setiap kali kita ngopi, setiap kali kita teleponan... rasa bersalahnya makan aku hidup-hidup. Tapi aku takut. Kamu satu-satunya teman yang aku punya, MJ. Yang nggak peduli sama nama keluarga atau uang aku."
"Itu yang bikin semua ini lebih sakit," MJ berbisik. "Karena lo tau persis artinya lo buat gue. Tapi lo tetap menghancurkan gue dengan memilih dia."
Keheningan menyelimuti mereka. Di luar, suara hujan di London mulai turun—pengingat kejam tentang dunia yang mempertemukan dan memisahkan mereka.
"Arlo... dia nggak pernah bener-bener sayang sama aku. Cuma kamu yang ada di pikiran dia, MJ. Aku tahu dan aku merasakan."
MJ merasakan tawa pahit keluar dari bibirnya. "Terus maksud lo apa bilang begitu sama gue? Gue nggak peduli, El. Mau Arlo nggak sayang sama lo bukan urusan gue. Hubungan lo dan Arlo memang nyakitin buat gue tapi hidup terus berjalan,"
"Ya," Eleanor tersenyum sedih. "Mungkin ini karma untuk aku." Dia menatap MJ lekat-lekat. "Tapi kamu... kamu udah nemuin orang yang bener-bener ngelihat kamu. Jeff—"
"Stop," MJ memperingatkan. "Kita nggak ngomongin Jeff di sini. Ini nggak ada hubungannya dengan dia. Kita udah nggak sedekat itu lagi untuk kamu mengomentari sesuatu tentang hidup aku."
"Kamu benar," Eleanor mengangguk. "Ini soal aku yang mau minta maaf. Karena udah mengkhianati kepercayaan kamu. Karena jadi pengecut. Karena..." dia menelan ludah, "karena buang persahabatan terbaik yang pernah aku punya."
MJ menatap wanita di hadapannya—Eleanor yang dulu dia kenal seperti saudara sendiri. Yang sekarang terlihat begitu asing namun familiar di saat yang sama.
"Gue maafin lo," MJ akhirnya berkata, membuat mata Eleanor melebar. "Bukan karena lo pantas dimaafin, tapi karena gue capek bawa dendam ini. Melelahkan, benci sama orang yang dulu begitu berarti."
"Jadi kita bisa—"
"Tapi," MJ memotong lembut, "gue nggak bisa jadi temen lo lagi, El. Ada hal yang kalau udah rusak, nggak bisa diperbaiki."
Air mata Eleanor jatuh lagi, tapi dia mengangguk paham. "Ya... aku ngerti, aku pantas dapat itu."
"Bukan soal pantas atau nggak," MJ tersenyum sedih. "Ini soal menjaga kedamaian gue sendiri. Gue udah bukan MJ yang lo kenal dulu, berubah terlalu jauh, buat balik jadi gue yang dulu."
Eleanor mengangguk lagi, mengusap air matanya. "Kamu tahu? Aku beneran seneng kamu nemuin Jeff. Dia sayang sama kamu dengan cara yang Arlo nggak pernah bisa—tulus, utuh."
MJ merasakan dadanya sesak mendengar nama Jeff. Tapi dia hanya tersenyum tipis, berdiri dari kursinya. "Good bye, El."
"MJ?" Eleanor memanggil saat MJ hampir mencapai pintu. "Aku bener-bener minta maaf. Untuk semuanya."
—
AN: MJ trying to be the bigger person here... kalo kalian jadi MJ bakal maafin Eleanor juga nggak?
Anyways, it's getting closer to the PO day.
Jangan lupa save tanggalnya ya, 30 Januari 2025! daaaan jangan lupa nabung😘🫵🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Rule Number Five [TERBIT]
Любовные романы[TELAH DITERBITKAN dan TERSEDIA DI GRAMEDIA] Michelle Jane Kennedy, seorang jurnalis fesyen, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis setelah ditugaskan mewawancarai Jeff Gautama, rekan setim adiknya di F1. Jeff, seorang pembalap berbaka...
![Rule Number Five [TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/377730712-64-k579776.jpg)