Mobil melaju tenang melewati jalanan kota London, lampu-lampu jalan berkilauan melalui jendela yang agak berembun. Di dalam mobil yang terasa hangat, MJ dan Jeff duduk dalam hening, hanya ditemani suara jazz lembut yang mengalun dari speaker. MJ tersenyum kecil, merasakan sedikit ketenangan saat alunan piano dan saxophone mengisi ruangan.
Ketika lagu All The Way dari Frank Sinatra mulai diputar, MJ tanpa sadar menutup matanya, membiarkan musik membawa pikirannya melayang. Tentu saja, ini adalah lagu yang selalu ada di daftar putar favoritnya—sebuah lagu yang ingin ia mainkan di hari pernikahannya nanti, sebuah lagu yang penuh hangat dan romantis. Di sampingnya, Jeff juga mulai bersenandung, mengikuti setiap lirik dengan suara rendah dan santai, seakan-akan dia sudah sering mendengarnya.
MJ terkejut, lalu menoleh, melihat Jeff masih fokus menyetir.
"Wait, lo tahu lagu ini?" tanyanya dengan heran, nada suaranya agak penasaran.
Jeff hanya tersenyum tipis, matanya lurus ke depan. "Of course. It's Sinatra, who doesn't know All The Way?"
MJ tertawa kecil. "I didn't think you'd be the type to listen to Sinatra, to be honest."
Jeff menoleh sebentar, tersenyum dengan sedikit godaan di matanya. "Oh, jadi gue tipe yang gimana?"
MJ berpikir sebentar, mencoba memilih kata-katanya. "I don't know, more... upbeat?Gue selalu ngira lo bakal suka musik-musik EDM,"
Jeff tertawa pendek. "Well, don't judge a book by its cover. Jazz... it's like an escape, you know? Makes things feel calmer. Lo juga suka Sinatra?"
MJ mengangguk, tatapannya beralih kembali ke jendela. "Iya, suka. Romantis aja setiap dengerin lagu dia."
"Oke coba kita main tebak-tebakan, tebak siapa penyanyi jazz favorit gue?" Jeff tersenyum tipis, mencoba mengalihkan pembicaraan.
MJ mengerutkan dahi, berpura-pura berpikir keras. "Hmm... Miles Davis?"
Jeff menggeleng, tertawa. "Good guess. Tapi bukan."
MJ terus menebak, MJ berusaha menyebut nama-nama yang familiar. Billie Holiday, Duke Ellington, sampai akhirnya dia menyerah dan kembali menatap Jeff. "Oke, gue nyerah. Kasih tau gue siapa?"
"Chet Baker,"
"Chet Baker? Seriously?" MJ tersenyum, agak tak percaya. "You're a man full of surprises, Jeff Gautama."
Jeff hanya mengangkat bahu lagi, seperti biasa. "Kadang yang kita pikirkan tentang seseorang bisa jauh dari kenyataan, kan? Gue suka karena bawa vibes yang beda dari gue biasanya. Chet Baker—he's like... full of soul but kinda rough around the edges."
MJ mengangguk pelan, merasa lebih nyaman berbicara dengannya. Sisi Jeff yang tidak pernah ia lihat sebelumnya ternyata lumayan menyenangkan. "Well, that's true. Lo tau nggak, All The Way ini lagu favorit gue?"
"I know. It's a classic," jawab Jeff tanpa ragu, lalu menoleh dengan ekspresi puas. "Lo banget lagunya."
MJ tersenyum kecil, menatapnya lebih lama dari seharusnya. "Kayaknya kalau gue nikah, gue mau lagu ini ada di pernikahan gue."
Jeff terdiam sebentar, pandangannya masih fokus pada jalan di depan, tapi ekspresinya sedikit berubah.
"Lucky guy," gumamnya pelan, hampir tak terdengar. "So, siapa yang ngenalin lo dengerin Sinatra?"
MJ tersenyum tipis, tahu ke mana arah pembicaraan ini. "Arlo," jawabnya jujur. "He loved Sinatra. Bahkan dulu waktu kita pacaran, kita sering banget muter lagu Sinatra sambil ngobrol tentang apa aja. Gue ngerasa nyaman banget waktu itu, tapi..."
MJ terdiam, suaranya menghilang ketika memori dia bersama Arlo melintas. Jeff menunggu MJ kembali berbicara. "Kadang gue suka mikir, kalau perasaan nyaman itu ternyata bukan tanda dia 'the one'. Sekarang, gue baru ngerti, there's more to it."
Jeff terdiam sejenak, pandangannya masih lurus ke depan, tapi suaranya berubah lebih serius saat ia berkata, "Maybe some things aren't meant to last forever. And that's okay."
Kata-katanya menggema di pikiran MJ, membuatnya menoleh. MJ tidak pernah menduga Jeff akan berkata seperti itu, seolah Jeff memahami rasa yang selama ini hanya ia simpan untuk dirinya sendiri.
"Gue tau, tapi gue pikir waktu itu kita berdua benar-benar cocok. Kita punya banyak kesamaan, bahkan cara kita melihat hidup juga nggak jauh beda," ujar MJ, suaranya bergetar sedikit saat membicarakan kenangan itu.
Jeff tersenyum tipis, sorot matanya penuh pemahaman. "Kadang yang kita pikir cocok belum tentu bener-bener buat kita, Michelle Jane. Terkadang, orang yang kelihatan sempurna justru nggak bisa bertahan lama dalam hidup kita. Mungkin mereka cuma ada untuk waktu tertentu, buat ngajarin kita sesuatu."
"Lo pernah ngerasain hal yang sama?"
Jeff tertawa kecil, memalingkan pandangannya. "You could say so. Gue pernah pacaran sama seseorang, but things just... didn't work out. It felt right at that moment, tapi akhirnya gue sadar kalau gue butuh sesuatu yang lebih dari sekadar itu."
MJ mengangguk pelan. "Mungkin lo bener. Gue juga ngerasa seperti itu. Dan sekarang, rasanya... gue lebih ngerti apa yang sebenernya gue cari."
Jeff tersenyum lembut, meliriknya sesaat. "That's the thing about life. Kadang lo harus ngelewatin yang nggak cocok dulu buat ngerti apa yang bener-bener lo butuhin."
----
a/n:
man that loves jazz: green flag! you got class, man. HAHAHA, eh kalau kalian disuruh describe Jeff dari lagu, kalian describe dia kayak lagu apa? atau some of you all di sini udah ada yang buat playlist Jeff? huehehe let me knoww xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Rule Number Five [TERBIT]
Romansa[TELAH DITERBITKAN dan TERSEDIA DI GRAMEDIA] Michelle Jane Kennedy, seorang jurnalis fesyen, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis setelah ditugaskan mewawancarai Jeff Gautama, rekan setim adiknya di F1. Jeff, seorang pembalap berbaka...
![Rule Number Five [TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/377730712-64-k579776.jpg)