Monza, Italy.
"Jeff! Selamat atas kemenangannya!" seorang reporter Sky Sports F1 mengangkat mikrofonnya. "Bagaimana rasanya menang di Monza?"
Jeff tersenyum lebar, masih dipenuhi euforia kemenangan. "Nggak ada yang bisa ngalahin rasanya menang di sini. Monza itu spesial—cavalieri, atmosfernya, sejarahnya. Mobilnya sempurna hari ini, tim mengeksekusi strategi dengan brilian. Ini kemenangan buat semua orang di Cavallino."
"Ada rencana khusus buat merayakan kemenangan ini?"
"Pasti dong," Jeff mengangguk, matanya berbinar. "Ada reservasi dinner yang sudah diatur. Ada banyak restoran-restoran terbaik di Italia dan kebetulan ada yang jadi favorit Michelle Jane. Jadi ya... mungkin malam ini bakal spesial."
"Soal Arlo Ramirez–" reporter lain menyela, "dia sempat berkomentar kalau kemenanganmu hari ini kurang pantas karena insiden di lap pertama. Ada tanggapan?"
Senyum Jeff berubah sedikit lebih tajam. "Menarik ya, dengar komentar seperti itu dari seseorang yang bahkan tidak finish di top 5. Look at the data—I'm leading the championship, tiga kali World Champion, dan hari ini menang dengan gap 14 detik. Saya rasa angka-angka itu yang bicara, bukan komentar dari midfield driver yang sedang frustrasi."
"Tapi soal insiden di lap pertama–"
"Yang sudah diinvestigasi steward dan dinyatakan racing incident?" Jeff memotong dengan tenang. "In Formula 1, we all know sometimes you're the hammer, sometimes you're the nail. Today, clearly, we know who's who."
"Berarti tidak ada ketegangan pribadi sama Arlo?"
Jeff tertawa ringan. "Saya di sini buat balapan, buat menang kejuaraan. Buat saya, trek yang bicara. Kalau ada yang tidak senang sama cara saya balapan, mereka bisa coba catch up dulu di championship standings. Untuk sekarang..." dia tersenyum, "saya mau fokus rayain kemenangan ini sama orang-orang yang penting buat saya."
"Dengan MJ maksudnya?" reporter lain menggoda.
"Maybe," Jeff menyeringai. "But seriously, today is perfect. Winning in Monza, in front of cavalieri, extend championship lead... what more could I ask for?"
"Thanks Jeff, sekali lagi selamat—"
"Jeff! Satu pertanyaan lagi!" seorang reporter mengangkat tangannya. "Soal ciuman di garasi tadi–"
"Well," Jeff memotong dengan senyum jenaka, "Kalau punya pacar secantik MJ sudah menunggu, masa tidak disambut spesial?"
Tawa pecah di media pen. Jeff melambaikan tangan terakhir kali sebelum berjalan pergi, masih dengan senyum kemenangan yang tak luntur dari wajahnya.
—
AN: YAAAA!! berantem lg ini dua Jeff-Arlo... untung ya mereka udah beda team. dulu waktu Arlo masih di Cavallino senggol bacok tiap race ada kali ya😰
menurut kalian jeff tuh gimana? confident and know his worth atau malah ngelihatnya sombong? kalo aku sih demen ya cowok cowok tengil begini HAHA apalagi emang puny achievement luar biasah
tenang ya pemirsa, masih adem ayem kok Jeff-MJ makin sweet malah🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Rule Number Five [TERBIT]
Romance[TELAH DITERBITKAN dan TERSEDIA DI GRAMEDIA] Michelle Jane Kennedy, seorang jurnalis fesyen, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis setelah ditugaskan mewawancarai Jeff Gautama, rekan setim adiknya di F1. Jeff, seorang pembalap berbaka...
![Rule Number Five [TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/377730712-64-k579776.jpg)