Aroma Yorkshire pudding dan roast beef memenuhi ruang makan keluarga Kennedy. Adinda Sjarief, mantan Puteri Indonesia, terlihat mondar-mandir dari dapur, membawa hidangan terakhir—shepherd's pie yang masih mengepul—sementara Arthur menuangkan wine ke dalam gelas-gelas kristal yang sudah lama menjadi warisan keluarga.
"Jeff, sayang, duduklah di sebelah MJ," Adinda mengarahkan dengan senyum hangat. "Kamu masih suka shepherd's pie kan? Aku ingat dulu kamu selalu minta nambah kalau main ke sini."
Jeff tertawa, menarik kursi untuk MJ sebelum duduk di sampingnya. "Masih dong, Tante. Nggak ada yang ngalahin masakan Tante Adin."
"Ah, ini anak bisa aja," Adinda tersipu senang. "Arthur, inget nggak dulu Jeff, Michelle dan Oliver suka berebut pie?"
Arthur tertawa dari ujung meja. "Ya, dan MJ selalu ngalah. Padahal itu makanan favorit dia juga."
"Oh," Adinda tersenyum jahil. "Jeff, kamu harus lihat album foto lama kita. Ada foto kamu waktu umur lima tahun, pakai racing suit, pose di samping mobil Arthur."
"Mum!" MJ memprotes.
"What? It's cute! Jeff dari dulu memang sudah ditakdirkan jadi pembalap." Adinda mulai menata makanan di piring masing-masing. "Dan lihat sekarang, kalian berdua akhirnya bersama. Jujur aja, Papa dan Mama selalu berharap suatu hari ini akan terjadi."
MJ tersedak wine-nya, sementara Jeff dengan sigap menepuk punggungnya pelan.
"You okay?" bisik Jeff, tangannya masih di punggung MJ.
MJ mengangguk, merasakan kehangatan dari sentuhan Jeff yang entah sejak kapan terasa begitu familiar.
"Jadi, Jeff," Arthur memulai, mengalihkan pembicaraan. "Aku lihat performamu musim ini. Sangat konsisten. Your father must be proud."
Ada perubahan di wajah Jeff—ketegangan di raut wajahnya yang hanya bisa dilihat MJ karena dia duduk tepat di sampingnya.
"Thank you, Om," Jeff menjawab diplomatis. "I'm trying my best."
"Your best is remarkable," Arthur meneruskan. "The way you handled that last corner di Silverstone... itu teknik yang sangat mirip dengan yang Ferdinand sering gunakan dulu."
Jeff tersenyum tipis. "Yeah, well... like father like son, right?"
MJ bisa merasakan ada sesuatu dalam nada suara Jeff, sesuatu yang tidak sepenuhnya bahagia dengan perbandingan itu.
"Arthur, jangan bahas balapan terus," Adinda menyela. "Cerita dong, Jeff, gimana kamu sama Michelle akhirnya bisa bersama? Kalian dulu jarang ngobrol pas kecil."
Jeff melirik MJ sekilas sebelum tersenyum. "Well... it just happened naturally. Kita ketemu lagi pas MJ mau interview aku untuk Haute and... something clicked."
"Honestly," Jeff melanjutkan, tangannya meraih tangan MJ di bawah meja, "MJ berbeda dari yang aku ingat dulu. She's... stronger now. More determined."
Ada ketulusan dalam suara Jeff yang membuat jantung MJ berdebar. Dia tahu ini bagian dari akting mereka, tapi cara Jeff mengatakannya, cara dia meremas tangan MJ lembut... terasa terlalu nyata.
"And you, dear?" Adinda bertanya pada MJ. "Apa yang membuat kamu akhirnya membuka hati untuk Jeff?"
MJ menelan ludah. "I guess... dia beda dari yang orang-orang kira. Di balik image yang selama ini dia tunjukkan ke publik..." MJ menatap Jeff, "there's so much more to him."
Jeff balas menatapnya, ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat MJ lupa bahwa mereka sedang berakting.
"Ah, young love," Adinda menghela napas bahagia. "You know, Arthur? Mereka mengingatkan aku sama kita dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rule Number Five [TERBIT]
Romance[TELAH DITERBITKAN dan TERSEDIA DI GRAMEDIA] Michelle Jane Kennedy, seorang jurnalis fesyen, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis setelah ditugaskan mewawancarai Jeff Gautama, rekan setim adiknya di F1. Jeff, seorang pembalap berbaka...
![Rule Number Five [TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/377730712-64-k579776.jpg)