33: The Dinner

6.4K 608 103
                                        

❤️‍🔥350 votes, 100 comments for next❤️‍🔥

Michelle Jane: Nggak, gue nggak mau dateng.

MJ menatap layar ponselnya dengan jengah. Di layar berkedip tiga pesan dari Arlo dalam satu jam terakhir, mengundangnya—atau lebih tepatnya memaksanya—untuk makan malam bersama Eleanor di Nobu London. Restoran mewah itu menjadi saksi banyak momen penting dalam hidupnya dulu: ulang tahun pertamanya dengan Arlo, perayaan promosi Eleanor di kantornya dulu, dan sekarang... entah drama apa lagi yang akan terjadi di sana.

Arlo Ramirez: Ayolah Chellie

Arlo mengiriminya pesan lagi, menggunakan panggilan yang dulu selalu membuat hatinya berdesir tapi kini terasa seperti luka yang digarami.

Arlo Ramirez: For old time's sake. Bring Jeff too.

MJ hampir melempar ponselnya ketika pesan berikutnya masuk.

Arlo Ramirez: Kecuali... kamu takut?

Jari MJ membeku di atas layar. Di sebelahnya, Jeff yang sedang serius membaca data telemetri untuk debrief besok, mendongak mendengar decakan kesal MJ.

"Kenapa?" tanyanya, alis terangkat melihat ekspresi MJ yang jelas-jelas terganggu.

"Bukan apa-apa," MJ menggeleng, tapi terlambat—Jeff sudah melirik notifikasi yang muncul di layar ponselnya.

"Ah," Jeff tersenyum dingin membaca nama Arlo. Senyum yang MJ kenal—senyum yang muncul setiap kali nama Arlo disebut, campuran antara jengkel dan sesuatu yang lebih dalam. "Your ex being charming as usual?"

"He's just..." MJ menghela napas panjang. "Trying to get under my skin. Like always."

Jeff mengulurkan tangan, gesture halun meminta izin untuk melihat ponsel MJ. MJ menyerahkannya, mengamati bagaimana rahang Jeff mengeras membaca deretan pesan Arlo. "Kecuali kamu takut? Seriously? That's his game?"

"Jeff—"

"Terima ajakannya."

MJ mengerjap. "Apa?"

"Bilang kita akan datang," Jeff mengembalikan ponsel MJ, senyum berbahaya terukir di wajahnya. Ada sesuatu dalam tatapannya—kilat kompetitif yang biasa muncul sebelum balapan penting. "Let's show him exactly what he lost."

Dan begitulah mereka berakhir di Nobu London malam itu. Aroma masakan Jepang fusion yang khas bercampur dengan wangi parfum mahal para tamu. MJ memilih gaun hitam yang simple tapi elegan—potongan off-shoulder yang membuat lehernya terlihat jenjang, dengan slit di paha yang tidak terlalu heboh tapi mampu membuat semua mata memandangnya ketika dia berjalan. Jeff di sampingnya terlihat menawan seperti biasa dalam kemeja biru dongker yang dipotong sempurna untuk posturnya, lengan digulung sampai siku menampakkan jam Patek Philippe yang berkilau redup di bawah pencahayaan restoran.

Tapi ada sesuatu yang berbeda malam ini. Ketegangan yang tak terkatakan sejak pembicaraan mereka di hotel minggu lalu membuat setiap gerakan terasa terkalkulasi. Setiap sentuhan yang biasanya natural kini terasa seperti koreografi yang terlalu dipikirkan.

"MJ!" Eleanor bangkit menyambut, gaun merah gelapnya berkilau lembut di bawah lampu klasik restoran. Dia masih secantik dulu—anggun dalam balutan barang bermerek yang menjadi khas-nya. "Dateng juga kamu!"

Arlo tersenyum dari kursinya, tatapannya beralih antara MJ dan Jeff dengan intensitas yang membuat tidak nyaman. "Dan kamu membuat sang juara ke meja ini. Perfect."

Rule Number Five [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang