06

63 8 0
                                    

...

S

emenjak pertemuan beberapa waktu yang lalu, Jihoon dan Hyunsuk terlihat lebih dekat dari sebelumnya. Bahkan Jihoon tak jarang menemui hyunsuk untuk mengetahui keadaan bayinya dan juga ibunya.

Jihoon semakin menunjukkan rasa sayangnya pada hyunsuk hingga membuatnya sedikit goyah, apakah ia harus menerima jihoon?

Mereka belum memberi tahu siapapun sampai saat ini karena hyunsuk tahu, jika ia mengatakan semuanya saat ini pasti orang tuanya itu akan menyuruhnya untuk segera menikah.

Hyunsuk belum siap untuk menikah..

"lusa apakah kamu sibuk?" tanya Jihoon.

"sepertinya tidak, memangnya kenapa?"

"aku rasa kita tidak bisa menutupi semuanya seperti ini terus, Hyunsuk. Kita harus memberi tahu orang tua kita"

Hyunsuk terdiam, merenungkan kata-kata Jihoon yang tiba-tiba dan langsung. Selama ini, ia mencoba menunda momen ini, berpikir mungkin ia bisa menghadapi semuanya nanti, setelah ia benar-benar siap. Tapi sekarang, dengan Jihoon di hadapannya, wajahnya penuh dengan ketulusan dan kesungguhan, ia merasa tak punya pilihan selain memikirkannya dengan serius.

“Jihoon… aku belum siap,” jawab Hyunsuk akhirnya, suaranya lirih dan ragu. “Kalau mereka tahu, mereka pasti akan menyuruhku untuk menikah secepatnya. Dan… aku takut.”

Jihoon menghela napas dalam-dalam, mengerti kekhawatiran Hyunsuk. Namun, ia tahu bahwa mereka tidak bisa terus bersembunyi. Dengan lembut, ia menatap mata Hyunsuk dan menggenggam tangannya erat. “Aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi kita tidak bisa terus seperti ini, Hyunsuk. Orang tua kita harus tahu. Kita juga tidak tahu apa yang mereka pikirkan sampai kita benar-benar berbicara dengan mereka.”

Hyunsuk mengalihkan pandangannya, hatinya diliputi kecemasan. Selama ini ia hanya membayangkan skenario terburuk, tapi belum pernah membicarakan dengan Jihoon tentang kemungkinan yang sebenarnya. “Aku takut, Jihoon… kalau mereka tidak bisa menerima kita apa adanya. Apalagi… aku belum siap dengan komitmen sebesar itu.”

Jihoon tersenyum, menenangkan Hyunsuk dengan tatapannya. “Tidak ada yang akan memaksamu untuk siap secepat itu, Hyunsuk. Jika kamu butuh waktu, aku akan menghormatinya. Tapi aku juga ingin mereka tahu bahwa aku bertanggung jawab, bahwa aku ada di sini untukmu dan bayi kita.”

Mendengar kata-kata Jihoon, hati Hyunsuk sedikit tenang. Jihoon memang selalu bisa membuatnya merasa aman, meskipun dalam situasi yang sulit sekalipun. Setelah beberapa saat dalam keheningan, Hyunsuk mengangguk pelan, mencoba menerima kenyataan bahwa mungkin inilah saatnya.

“Baiklah,” jawabnya akhirnya, suaranya nyaris berbisik. “Kalau begitu, kita akan memberi tahu mereka… bersama-sama.”

Jihoon tersenyum, wajahnya tampak lega sekaligus bahagia. “Terima kasih, Hyunsuk. Kamu tidak akan menyesali ini. Kita akan menghadapi semuanya bersama.”

Malam itu, mereka berdua menghabiskan waktu berbicara panjang lebar tentang rencana mereka. Jihoon meyakinkan Hyunsuk bahwa ia tidak akan pernah meninggalkannya, apa pun yang terjadi. Hyunsuk, meskipun masih merasa ragu, mulai merasakan ketenangan dan kenyamanan yang selama ini sulit ia dapatkan. Perlahan, ia mulai membuka hatinya pada kemungkinan masa depan yang selama ini ia hindari.

..
























Hari yang ditentukan akhirnya tiba. Jihoon menjemput Hyunsuk di rumahnya, dan bersama-sama mereka menuju rumah orang tua Jihoon. Di dalam mobil, tangan Jihoon tak henti-hentinya menggenggam tangan Hyunsuk, memberi ketenangan sekaligus kekuatan.

Married by Accident - HoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang