...
Pagi itu, seperti biasa, Hyunsuk memulai hari dengan melakukan berbagai aktivitas rumah tangga, meskipun kini terasa lebih berat. Usia kandungannya sudah memasuki bulan kesembilan, dan dalam beberapa hari lagi, ia akan bertemu dengan buah hati yang dinantikannya bersama sang suami, Jihoon. Perutnya yang semakin besar membuat langkahnya melambat, dan setiap gerakan yang ia lakukan harus penuh kehati-hatian. Meskipun kini lebih sulit, ia tetap menikmati setiap momen ini, karena ia tahu bahwa sebentar lagi kehidupannya akan berubah dengan kehadiran seorang bayi yang sudah lama mereka dambakan.
Di dapur, Hyunsuk mulai menyiapkan sarapan sederhana. Tangannya yang dulu lincah kini bergerak dengan pelan, karena harus berhati-hati menjaga keseimbangan. Tiba-tiba, ia merasa sedikit kelelahan, lalu memutuskan untuk duduk sebentar sambil mengelus perutnya yang semakin membesar. Di dalam sana, bayi yang aktif bergerak seolah memberi isyarat bahwa hari kelahirannya semakin dekat. Hyunsuk tersenyum, meski ada rasa gugup bercampur bahagia dalam hatinya. Ia membayangkan bagaimana rasanya nanti ketika bisa melihat wajah kecil bayinya dan mendekapnya untuk pertama kali.
Tak lama kemudian, Jihoon, suaminya, turun dari kamar dan menuju ke dapur. Melihat Hyunsuk yang tampak kelelahan, ia segera menghampiri dan bertanya dengan penuh perhatian, "Bagaimana perasaanmu pagi ini? Apa kamu baik-baik saja?" Jihoon selalu mendampingi Hyunsuk dengan penuh kesabaran dan kasih sayang selama kehamilannya. Ia tahu bahwa akhir-akhir ini Hyunsuk membutuhkan lebih banyak istirahat.
Hyunsuk tersenyum lembut, meski ada sedikit kelelahan di matanya. "Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah," jawabnya. Jihoon memandangnya dengan penuh perhatian dan tanpa ragu mengambil alih pekerjaan dapur, menyuruhnya untuk duduk dan beristirahat. "Biar aku yang urus semuanya. Kamu sudah bekerja keras setiap hari. Sekarang saatnya kamu beristirahat," katanya dengan nada lembut.
Hyunsuk merasa terharu melihat perhatian Jihoon yang begitu besar. Ia menyadari betapa suaminya selalu ada di sisinya, mendukungnya dalam setiap tahap kehamilan ini. Mereka sudah menyiapkan segalanya bersama, mulai dari perlengkapan bayi hingga rencana persalinan di rumah sakit. Meskipun ada kekhawatiran yang tak terelakkan, Jihoon selalu memberikan ketenangan, membuat Hyunsuk merasa aman dan dicintai.
Sambil duduk di sofa, Hyunsuk menikmati pemandangan pagi dari jendela ruang tamu. Ia teringat akan semua hal yang telah mereka lalui bersama, dari masa awal kehamilan hingga kini, di bulan terakhir sebelum ia melahirkan. Banyak perubahan yang mereka alami, baik secara fisik maupun emosional. Dari minggu ke minggu, perasaan mereka semakin penuh dengan cinta dan harapan untuk menyambut kehidupan baru yang akan segera hadir di tengah keluarga kecil mereka.
Setelah menyiapkan sarapan, Jihoon duduk di samping Hyunsuk dan meraih tangannya. Mereka berbincang-bincang tentang hari-hari ke depan dan bagaimana mereka akan menjalani peran sebagai orang tua. "Aku sedikit gugup," kata Hyunsuk dengan nada pelan.
"Aku juga," jawab Jihoon sambil tersenyum, "tapi aku yakin kita akan bisa melakukannya dengan baik. Kita akan saling mendukung."
Setelah sarapan, Jihoon membantu Hyunsuk untuk membereskan rumah, memastikan segala sesuatu rapi dan siap untuk menyambut kedatangan bayi mereka. Mereka mulai memeriksa kembali perlengkapan bayi, memastikan semuanya sudah siap. Dari pakaian bayi, selimut, hingga perlengkapan untuk persalinan, semua disusun rapi di dalam tas yang siap dibawa ke rumah sakit.
Hyunsuk, yang selama ini selalu aktif, merasa agak kesulitan harus lebih banyak beristirahat. Namun, setiap kali ia merasa lelah, ia selalu mengingat bahwa semua ini adalah bagian dari perjalanan menjadi seorang ibu. Jihoon juga selalu mengingatkannya bahwa kesehatan dan kenyamanannya adalah prioritas utama. Meskipun sulit untuk tidak mengerjakan apa pun, Hyunsuk belajar untuk menerima bahwa tubuhnya membutuhkan istirahat, dan itu adalah cara terbaik untuk mempersiapkan diri menghadapi persalinan yang semakin dekat.
Hyunsuk merasa campuran antara gugup dan antusias, menyadari bahwa besok adalah hari besar yang telah lama mereka nantikan. Jadwal operasi persalinannya telah ditentukan sejak beberapa minggu lalu, setelah dokter menyarankan bahwa persalinan secara caesar akan menjadi pilihan terbaik. Keputusan itu memang membuatnya sedikit cemas, tetapi ia percaya pada dokter dan tentu saja pada dukungan penuh dari Jihoon, yang selalu ada di sisinya.
Kini Hyunsuk dan Jihoon duduk bersama di ruang tamu, menikmati waktu tenang sebelum kehidupan mereka berubah selamanya. Jihoon meraih tangan Hyunsuk, menggenggamnya erat sambil berkata dengan penuh keyakinan, “Besok kita akan bertemu dengan anak kita, Hyunsuk. Aku tahu kamu mungkin merasa khawatir, tapi percayalah, semuanya akan baik-baik saja. Kita sudah melalui begitu banyak bersama, dan aku akan tetap berada di sisimu.”
Hyunsuk mengangguk, air mata haru mulai menggenang di sudut matanya. Ia merasa sangat beruntung memiliki Jihoon, seorang suami yang begitu pengertian dan penuh kasih sayang. “Aku sangat berterima kasih karena kamu selalu ada, Jihoon. Semua ini tidak akan terasa begitu indah tanpamu,” ujarnya pelan. Jihoon tersenyum, lalu memeluknya dengan hangat.
Setelah berbincang sejenak tentang harapan-harapan mereka untuk masa depan, Jihoon memastikan bahwa semua persiapan untuk besok sudah selesai. Ia memeriksa kembali tas yang telah disiapkan, memastikan tidak ada yang tertinggal, termasuk dokumen penting, pakaian, dan perlengkapan bayi yang akan mereka bawa ke rumah sakit. Keduanya pun sepakat untuk tidur lebih awal agar mereka bisa beristirahat dengan cukup sebelum hari besar itu tiba.
..
kayakny book ini bakal panjang bgt deh..
tadinya aku mau nyelesain smpai tuyul mereka lahir aja, tp setelah dipikir lagi kaya aneh aja gitu kalo ceritanya gitu doang, ditambah lg kan blm ada konflik yg muncul 😆✌🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident - Hoonsuk
RomanceDi sebuah klub malam, dua orang asing bertemu di bawah lampu gemerlap dan musik yang menggema. Terlalu mabuk untuk berpikir jernih, mereka terbawa suasana, alkohol, dan hasrat sesaat. Tanpa mengenal satu sama lain, mereka tenggelam dalam hubungan si...