16

148 16 3
                                    

...

Setelah keluar dari rumah sakit, Hyunsuk merasa sedikit gugup sekaligus lega. Di satu sisi, dia senang akhirnya bisa kembali ke rumah, tetapi di sisi lain, sebagai orang tua newbie, banyak hal yang harus dia pelajari dan persiapkan. Namun, Jihoon selalu ada di sisinya, memberikan dukungan tanpa henti.

Sesampainya di rumah, Jihoon sudah mempersiapkan segala kebutuhan untuk Hyunsuk dan baby Junghwan. Ruangan bayi tertata rapi, lengkap dengan perlengkapan yang dibutuhkan. Jihoon bahkan memasang dekorasi kecil yang membuat ruangan tampak hangat dan nyaman.

"Terima kasih, Jihoon," ucap Hyunsuk sambil tersenyum lemah, masih terlihat sedikit lelah.

"Ini sudah tugasku, Hyunsuk. Aku akan selalu ada di sini untuk kalian berdua," jawab Jihoon sambil menggenggam tangan Hyunsuk dengan lembut. "apakah kau menginginkan sesuatu?"

Hyunsuk menatap Jihoon dengan mata yang penuh rasa terima kasih. Meski masih merasa lelah setelah hari-hari yang panjang di rumah sakit, keberadaan Jihoon membuat semuanya terasa lebih ringan. "Aku rasa aku butuh tidur sejenak... Tapi lebih dari itu, Jihoon, aku merasa sangat beruntung memiliki seseorang sepertimu di sampingku. Kamu banyak membantu, lebih dari yang aku bisa katakan."

Jihoon tersenyum lembut, matanya penuh perhatian. "Kamu nggak perlu bilang terima kasih, Hyunsuk. Ini bukan cuma tentang membantu, ini tentang kita bersama-sama, kan? Aku ada di sini untukmu, kapan pun kamu butuh."

Hyunsuk mengangguk, merasa nyaman dengan kehadiran Jihoon. Meski dunia luar tampak penuh tantangan, setidaknya dia tahu bahwa dia tidak sendirian.

"Bagaimana dengan Junghwan?" tanya Jihoon, mengganti topik. "Apakah dia sudah tidur dengan tenang?"

Hyunsuk menghela napas ringan. "Iya, dia tidur nyenyak. Tadi malam agak rewel karena perubahan suasana, tapi sekarang dia kelihatan lebih tenang. Aku masih harus terbiasa dengan semuanya, terutama dengan tidur yang terpotong-potong seperti ini."

Jihoon mengangguk penuh pengertian. "Itu normal, kok. Ini perjalanan baru untukmu, dan setiap orang tua pasti merasakannya. Tapi percayalah, Hyunsuk, kamu akan terbiasa. Kita akan belajar bersama."

Hyunsuk tersenyum dengan rasa syukur, matanya berkaca-kaca. "Aku nggak tahu harus mulai dari mana. Tapi dengan kamu di sini, aku merasa lebih kuat."

Jihoon menepuk pundak Hyunsuk dengan lembut. "Kita hadapi semuanya bersama. Jangan khawatir. Kalau kamu butuh istirahat atau bantuan, bilang saja. Aku akan ada untukmu."

Hyunsuk menghela napas lega dan mengangguk. "Aku tahu, Jihoon. Terima kasih."

Jihoon hanya tersenyum, lalu berdiri dan berjalan ke box bayi yang berada tak jauh dari sana. Dia memeriksa Junghwan sejenak, memastikan bayinya tidur dengan nyaman. Ketika dia kembali, dia melihat Hyunsuk sudah merebahkan diri di ranjang, sedikit kelelahan tapi dengan senyum hangat di wajahnya.

"Jika kamu ingin tidur, aku bisa menjaga Junghwan sebentar," kata Jihoon lembut.

Hyunsuk menatap Jihoon, rasa terima kasih lagi-lagi menyelimuti hatinya. "Terima kasih, Jihoon. Aku yakin Junghwan dalam tangan yang tepat."

Dengan itu, Jihoon duduk di sebelahnya dan menjaga bayi Junghwan, sementara Hyunsuk akhirnya bisa beristirahat dengan tenang, ia sangat merasa bersalah karena semalam meninggalkan Hyunsuk demi pekerjaannya hingga membuat istrinya itu sangat kelelahan mengurus bayinya yang sangat rewel saat malam hari.

***

Tak lama setelah Hyunsuk memejamkan mata dan berusaha untuk tidur sejenak, terdengar suara bel rumahnya berbunyi . Jihoon yang sedang duduk di samping box bayi, mengangkat alis dan berdiri untuk membuka pintu.

Saat pintu terbuka, Asahi, Ryujin, dan Yeji berdiri di depan, masing-masing membawa beberapa tas besar yang terlihat penuh dengan barang-barang.

"Halo, kami datang!" seru Asahi dengan senyum lebar, sementara Ryujin dan Yeji mengikuti dengan ekspresi ceria. Mereka tampak sangat bersemangat.

Jihoon tersenyum dan mempersilakan mereka masuk. "Ayo masuk, kalian datang tepat waktu. Hyunsuk baru saja mencoba tidur."

Asahi, Ryujin, dan Yeji melangkah masuk dengan hati-hati, tak ingin mengganggu Hyunsuk yang sedang beristirahat. Namun, kehadiran mereka tetap membawa energi positif ke dalam rumah.

"Kami bawa banyak hadiah untuk Junghwan!" kata Ryujin, membuka salah satu tas dan mengeluarkan beberapa barang lucu, seperti pakaian bayi, mainan, dan selimut lembut. "Dia pasti membutuhkan ini," tambahnya sambil tersenyum.

Yeji mengangguk sambil menunjukkan tas lain yang dibawanya. "Dan ini beberapa makanan ringan buat kalian berdua. Kami tahu kalian pasti butuh banyak energi."

Jihoon tersenyum menerima perhatian mereka. "Kalian benar-benar baik hati, terima kasih banyak. Hyunsuk pasti senang melihatnya."

Mereka semua berjalan ke ruangan bayi, di mana Junghwan tidur nyenyak. Ryujin berbisik lembut, "Dia tampak seperti malaikat, tampan sekali."

Hyunsuk yang mendengar suara mereka sedikit terbangun, matanya masih setengah tertutup. Melihat teman-temannya datang dengan begitu banyak perhatian membuat hatinya terasa lebih ringan. "Terima kasih sudah datang," ucapnya dengan suara serak, namun penuh rasa terima kasih.

Asahi duduk di dekat Hyunsuk, mengangkat sebuah boneka kecil yang dibawanya. "Kami ingin melihat Junghwan sebentar, tapi juga ingin memastikan kamu tahu bahwa kamu tidak sendirian, Hyunsuk. Kalau butuh sesuatu, kasih tahu saja."

Hyunsuk tersenyum lemah. "Aku tahu, Asahi. Terima kasih. Ini memang perjalanan yang baru dan cukup berat, tapi dengan kalian semua di sini, aku merasa lebih kuat."

Ryujin dan Yeji mulai merapikan beberapa perlengkapan bayi yang mereka bawa. Mereka meletakkan semuanya dengan hati-hati di atas meja dekat tempat tidur bayi, memastikan semuanya siap digunakan.

Jihoon mengangguk kepada Hyunsuk, mengerti bahwa meskipun dia merasa lelah, dia tidak sendirian. Kehadiran teman-temannya memberi energi baru baginya. "Kalian membawa keceriaan, benar-benar membantu kami merasa lebih baik," kata Hyunsuk, bersyukur.

"Mau apa lagi yang kami bantu,  Kak Hyunsuk?" tanya Yeji, menatapnya dengan perhatian. "Kamu pasti banyak yang harus disiapkan untuk hari-hari ke depan."

Hyunsuk tersenyum, merasa dihargai. "Sejujurnya, aku merasa lebih baik sekarang. Semua yang kalian bawa, dukungan kalian, itu sudah sangat membantu. Aku akan berusaha yang terbaik."

Asahi menyentuh bahu Hyunsuk dengan lembut. "Kami di sini untukmu, Hyunsuk. Jangan ragu kalau kamu butuh bantuan, kita semua bisa saling mendukung."

Setelah beberapa saat mengobrol dan menikmati kebersamaan, mereka kembali duduk di ruang tamu, sambil menikmati camilan yang dibawa Yeji. Obrolan penuh tawa pun kembali mengalir, suasana yang hangat dan nyaman mengisi rumah Hyunsuk. Meskipun tantangan sebagai orang tua baru masih terasa berat, dengan dukungan dari teman-temannya, Hyunsuk tahu dia bisa melewatinya.

.

.


ngeliat komen kalian lucu², aku jadi gak tega mau nambahin konflik:(

tapi, kalo ga ada konflik tuh kurang seruuu..

Jadi kayakny bkl ttp ada konflik, tp tipis-tipis aja.

Married by Accident - HoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang