03

244 34 1
                                    

...


Dua bulan telah berlalu sejak malam yang membingungkan dan tak terduga itu. Hyunsuk masih ingat jelas bagaimana ia bertemu dengan seorang lelaki asing di sebuah acara yang awalnya terasa biasa saja. Mereka bertukar pandang di tengah keramaian, dan entah bagaimana, ketertarikan di antara mereka tumbuh begitu cepat. Malam itu berakhir dengan cara yang tidak pernah ia rencanakan. Hubungan singkat dan penuh gairah terjadi tanpa banyak kata-kata. Hanya ada momen-momen impulsif, saat mereka tenggelam dalam keintiman tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.

Setelah malam itu, Hyunsuk tidak pernah lagi melihat Jihoon. Mereka tidak bertukar nomor, tidak ada janji untuk bertemu lagi. Baginya, itu adalah pertemuan yang singkat dan asing, seperti dua orang yang kebetulan bertemu di persimpangan jalan, hanya untuk berpisah kembali dan melanjutkan kehidupan masing-masing. Lelaki itu hanyalah sosok yang sesaat hadir dalam hidupnya, seseorang yang kini terasa seperti bayangan samar di ingatannya.

Namun, setelah dua bulan berlalu segala sesuatunya mulai berubah. Hyunsuk merasakan tubuhnya memberikan sinyal yang tidak biasa—mual yang sering datang di pagi hari, kelelahan yang tak kunjung reda, dan perubahan emosional yang membuatnya sulit mengendalikan perasaannya.

Awalnya, ia berpikir mungkin ini hanya akibat dari stres atau kelelahan kerja. Tetapi ketika gejala-gejala itu tak juga menghilang, ia mulai merasakan ketakutan yang samar, perasaan bahwa mungkin ada sesuatu yang lebih dari sekadar kelelahan fisik.

"hyunnie, are you okay?" Tanya sang mami khawatir saat melihat sang anak yang terlihat sangat pucat seperti orang sakit.

"I'm oke, mam"  bohong!

Nyatanya Hyunsuk tak merasa baik-baik saja, tubuhnya sangat lemas karena ia terus memuntahkan cairan bening sedari pagi.

Hyunsuk tak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya, ia mencoba berpositif thinking, dan menganggap bahwa dirinya hanyalah kelelahan.

"astaga, Choi!" pekik sang mami saat melihat Hyunsuk terjatuh ke lantai sembari memegangi kepalanya.

"mam, maaf ya kalo aku banyak salah sama mami dan juga papi. Aku udah gak kuat mam, rasanya kaya mau mati" ucapnya tiba-tiba.

"mulutmu mami jahit ya, Choi! Sembarangan aja kalo ngomong" omelnya, kemudian membantu Hyunsuk untung bangun, dan membawanya menuju sofa.

"jangan kaya gini dong Hyun, mami khawatir jadinya. Kita periksa ke dokter ya?" bujuk sang mami dengan wajah memelas.

Tak mau membantah dan berakhir menjadi Hyunsuk Kundang, akhirnya ia pun menyetujui bujukan sang mami untuk pergi di periksa ke dokter.

Lebih baik diobati, dari pada di diemin. Nanti makin sakit, gak enak.

***

Hyunsuk terbangun, ia tertidur setelah diberikan obat oleh dokter. Namun, saat mata sipitnya terbuka ia melihat sang mami yang menampakkan raut wajah kecewa, matanya memerah seperti sehabis menangis.

"mam, ken—"

"siapa?"

Pertanyaan yang keluar dari bibir sang mami membuat Hyunsuk sedikit kebingungan. Baru saja bangun dari tidurnya, tiba-tiba saja ditanya seperti itu.

"Siapa orangnya? siapa ayah yang ada di kandungan kamu saat ini, Choi Hyunsuk?!"

Hyunsuk merasa bumi seperti berhenti berputar sejenak. Hatinya dipenuhi dengan perasaan tak menentu. Kebingungan, takut, panik bercampur menjadi satu. Tapi di atas segalanya, ada rasa syok yang mendalam.

Married by Accident - HoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang