...
Seiring berjalannya waktu, Hyunsuk semakin merasakan perubahan di dalam dirinya, baik secara fisik maupun emosional. Memasuki bulan ke-9 kehamilannya, tubuhnya terasa lebih berat, dan setiap langkah menjadi sedikit lebih lambat. Namun, di setiap detik yang berlalu, ia juga semakin dekat dengan keajaiban yang ditunggu-tunggu—kelahiran anak pertama mereka. Jihoon selalu ada di sisinya, dengan sabar menemani dan memberikan dukungan yang membuat Hyunsuk merasa begitu berharga.
Malam-malam di rumah mereka diwarnai oleh keintiman yang dalam dan penuh kasih. Jihoon tak pernah segan memberikan perhatian dan selalu memastikan Hyunsuk nyaman. Ia memijat lembut punggung Hyunsuk ketika ia merasa pegal, menyediakan makanan yang diinginkannya, bahkan menyiapkan kamar bayi dengan penuh antusias. Setiap malam, sebelum tidur, Jihoon akan berbicara kepada bayi di dalam perut Hyunsuk, bercerita tentang masa depan indah yang mereka impikan untuk keluarga mereka. Suara lembutnya selalu membuat Hyunsuk tersenyum, merasa tenang, dan terlindungi.
Pada suatu malam yang tenang, setelah makan malam yang sederhana namun penuh kehangatan, Jihoon membantu Hyunsuk duduk di sofa, lalu duduk di sampingnya. Ia memegang tangan Hyunsuk dengan lembut dan merasakan sentuhan hangat dari perutnya yang kini semakin besar. Jihoon berbicara pelan kepada bayi mereka, seakan mereka sudah terikat begitu kuat meski bayi itu belum lahir.
"Hei, Nak, ini Papa. Kami tidak sabar menantimu datang ke dunia," bisik Jihoon dengan penuh kasih sambil mengusap lembut perut Hyunsuk. Ia melanjutkan, "Kami akan selalu ada untukmu, dan kami sudah menunggu lama untuk bertemu denganmu. Jadi, cepatlah datang, ya."
Hyunsuk tersenyum mendengar kata-kata Jihoon. Baginya, dukungan dan cinta yang diberikan Jihoon selama ini adalah kekuatan yang membuatnya semakin yakin menjalani perjalanan sebagai calon ibu. Walau ini adalah pengalaman baru baginya, Hyunsuk merasa beruntung karena memiliki Jihoon yang begitu peduli dan penuh perhatian. Dalam beberapa bulan terakhir, hubungan mereka semakin dalam. Jihoon telah menjadi bukan hanya pasangan hidup, tetapi juga sahabat, tempat berbagi suka dan duka, serta sosok yang selalu bisa diandalkan.
Selain memberikan perhatian fisik, Jihoon juga menjadi sandaran emosional bagi Hyunsuk. Kehamilan, meski dipenuhi dengan kegembiraan, juga tak lepas dari kecemasan dan ketakutan. Ada malam-malam ketika Hyunsuk merasa khawatir akan bagaimana nanti menjadi seorang ibu, apakah ia akan bisa memberikan yang terbaik untuk bayinya, atau bagaimana perubahan ini akan mempengaruhi hidup mereka berdua. Jihoon selalu mendengarkan dengan sabar, membiarkan Hyunsuk menumpahkan segala rasa cemasnya, dan selalu menenangkannya dengan kata-kata yang penuh keyakinan.
"Kamu akan menjadi Mama yang hebat, Hyunsuk. Kamu sudah menunjukkan begitu banyak cinta dan perhatian sejak awal. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan," ucap Jihoon sambil mengusap lembut rambut Hyunsuk.
Dalam keheningan malam, ketika mereka hanya ditemani suara detak jam dinding dan gemerisik angin dari luar jendela, Hyunsuk dan Jihoon sering kali berbagi impian. Mereka membayangkan momen-momen indah yang akan mereka lalui bersama sebagai keluarga kecil, dari mengajarkan anak mereka berjalan, mendengar kata pertamanya, hingga mendampinginya tumbuh dewasa.
Hyunsuk merasakan tendangan kuat dari bayi di dalam perutnya, yang membuatnya tersenyum kecil. "Sepertinya dia juga tidak sabar untuk bertemu dengan kita, Jihoon," katanya sambil tertawa pelan.
Jihoon membalas dengan senyuman hangat, menundukkan kepalanya untuk mendengarkan lebih dekat. "Apa kamu mendengar itu, Nak? Kami juga sangat menantikanmu. Papa dan mama sudah siap untuk menjalani kehidupan ini bersama."
Malam-malam seperti ini membuat keduanya semakin menyadari betapa besarnya cinta yang mereka miliki satu sama lain. Kebersamaan mereka kini tidak hanya tentang menjadi sepasang kekasih, tapi juga menjadi sebuah tim yang saling mendukung untuk menghadapi segala tantangan. Jihoon tak pernah ragu menunjukkan rasa sayangnya kepada Hyunsuk, entah itu dengan cara kecil seperti menyiapkan secangkir teh hangat atau sekadar mengusap lembut pundaknya ketika ia merasa lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident - Hoonsuk
RomansaDi sebuah klub malam, dua orang asing bertemu di bawah lampu gemerlap dan musik yang menggema. Terlalu mabuk untuk berpikir jernih, mereka terbawa suasana, alkohol, dan hasrat sesaat. Tanpa mengenal satu sama lain, mereka tenggelam dalam hubungan si...