"ESHAL!" Alia berlari kearah Eshal, dengan wajah penuh kasihan.
"Sorry, aku ingatkan kau masih outstation so aku sumpah tak tahu-menahu yang kau balik malam tu."
Eshal hanya memandang wajah Alia dengan pandangan kosong. Tidak tahu ingin beri reaksi apa.
"Aku tahu ni pun sebab—"
"Sebab lelaki tu?" Eshal menyoal perlahan sambil menjuih mulut ke arah Eidlan.
Alia menggeleng. "Tak. Afiq, sepupu aku yang beritahu."
Eidlan masih berdiri disebelah kerusi pelawat, membiarkan Alia berbicara terlebih dahulu. Lagipula Eidlan bukan siapa-siapa bagi Eshal.
"Ah! By the way, Afiq tu kawan kepada lelaki tu. Eidlan. Afiq call aku, dia cakap ada kes ragut di D'Laurent. Aku tanyalah, rupanya kau.."
Entah kenapa hati Eshal berasa lega.
_
HAMPIR 30 minit Eshal dan Alia berbual.
"Ya Allah, lupa pula ada orang lain dalam ni." Alia bingkas bangun dari kerusi.
Eshal melihat ke arah Eidlan yang setia menunggu dari tadi.
"Pst, aku rasa kan mamat tu syok dekat kau lah!" Alia berbisik sambil mengekek sebelum berlalu.
Eshal menjegil matanya kearah Alia. Mengarutlah.
"Dipersilakan, tuan." Alia entah mengusik atau hormat.
Eidlan berdiri di sisi katil Eshal, memegang sejambak mawar putih yang harum.
"Assalamualaiki, Eshal," kata Eidlan lembut, suaranya meluncur seperti angin sepoi-sepoi yang menenangkan hati Eshal.
Eshal hanya memandangnya, terperangkap dalam keindahan matanya yang dalam, tanpa mampu menjawab salam itu. Akhirnya, soalan pertama meluncur keluar dari bibirnya, penuh rasa ingin tahu.
"Kenapa mawar putih?"
"Nama awak," jawab Eidlan dengan senyuman yang menawan, sambil mengangkat sejambak mawar putih dengan lembut.
"Nama say— Oh, bunga syurga," Eshal terhenti, hatinya bergetar saat menyedari maksud di sebalik pemberian itu. Dia terkejut dan terharu.
"Exactly,
كل وردة لها جمالها الخاص، وكذلك أنتِ."("Mawar memiliki keindahannya tersendiri, begitu juga denganmu.")
Balas Eidlan, seolah dia dapat merasai getaran jiwa Eshal.
"Mawar putih ini bukan sekadar cantik. Ia simbol untuk banyak perkara. Sebagai lambang keromantisan, ia melambangkan kemurnian dan kesucian. Sebab itu ia jadi pilihan waktu pernikahan— tanda ketulusan dan cinta."
Eshal mendengar setiap kata-katanya, terpesona oleh makna mendalam di sebalik bunga itu. "Jadi, ada maksud lain?" tanyanya, masih keliru namun ingin tahu lebih.
"Mawar putih ini juga lambang perpisahan," sambung Eidlan, suara tenangnya menggugah rasa di hati Eshal.
"Saat kita harus berpisah dengan orang yang kita sayang, bunga ini boleh jadi tanda penghormatan— untuk perpisahan yang penuh kasih."
Hati Eshal bergetar mendengar kata-katanya, seolah dia merasai setiap detik perpisahan itu. "Mungkin ada juga maksud lain..." bisik hatinya.
"Ya," jawab Eidlan, matanya lembut menatap Eshal, menyalakan harapan di dalam jiwa.
YOU ARE READING
Al-Asraar : His Flower from Paradise
Romance"Al-Asraar: His Flower from Paradise" mengisahkan Inspektor Ezzan Eidlan yang terperangkap dalam jalinan misteri pembunuhan yang membingungkan, di mana seorang pembunuh yang dikenali sebagai "Secret" mengancam untuk mengungkap rahsia gelap yang tela...