Entah kenapa jantung Raina berdegup kencang, Raina menatap Agatha menunggu sahabatnya itu berbicara.
"Sebenarnya--"
"Hai ayang.." Agatha tidak bisa melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba saja Juan datang dan duduk di samping Agatha.
"Ehh.. H-hai juga ayang.." Balas Agatha, cukup terkejut memang karena dirinya ingin membicarakan sesuatu yang hanya untuk di beritahukan pada Raina.
Raina yang semakin penasaran apa yang ingin di katakan Agatha, terkadang Raina ingin sekali mengutuk tunangannya Agatha ini yang selalu datang di waktu yang tidak tepat.
"Ehh ada Raina." Ucap Juan yang menatap Raina di kursi sebrang.
Raina memutar matanya malas.
Basa-basi banget.
Padahal Raina tau jika Juan sudah melihatnya dari kejauhan, bahkan Juan juga sering cemburu pada Raina.
Aneh bukan?
Baru kali ini denger cowoknya cemburu sama sahabat cewek, yang ada tuh cewek yg selalu cemburu sama temen-temen akrab si cowok.
Raina mengusap wajahnya, menghela nafas pelan.
"Raina!" Tiba-tiba saja ada yang memanggilnya sangat kencang.
Tentu Raina langsung menoleh mencari siapa yang memanggilnya.
Ohh, Langit Antariksa satu angkat dengan Raina.
Mantan presma kampus.
Unik memang namanya, dan itu salah satu ketertarikan para mahasiswi pada langit. Namun tidak dengan Raina, hati Raina masih tidak bisa dibuka oleh orang lain.Raina melambaikan tangannya, Langit pun berjalan menghampiri Raina.
"Gue kira gak akan ke kampus." Ucap Langit lalu duduk di sebelah Raina.
"Lo juga tumben." Ini bukan Raina yang bicara, tapi Agatha.
Agatha heran dengan Langit yang selalu berusaha untuk bisa mendapatkan hati Raina, tapi Agatha juga terkadang kesal dengan sahabatnya ini yang masih menunggu seseorang dimasa lalu.
Kenapa gak lihat ke depan saja??
Kenapa harus nunggu orang yang di masa lalu?
Belum tentu kan orang yang di masa lalu masih ingat? Atau belum tentu juga memiliki perasaan yang sama??
"Iya habis ketemu sama anak-anak BEM, katanya mereka ngadain kemcer gitu (kemping ceria)." Jawab Langit.
"Ohh udah mau ngadain kemping ya? Fakultas mana aja?" Tanya Raina.
"Iya, mereka bilang Teknik, Bisnis, Olahraga.. Tiga fakultas aja." Jawab Langit. "Oh ya, lo ke kampus ada apa??" Lanjutnya.
"Sebenarnya gak mau ke kampus sih, tapi noh.. Si Agha nyuruh gue ke kampus." Jawab Raina.
"Ya kan gue mau ketemu lo.." Sahut Agatha.
"Dihh, yang ada ketemu sama tunangan lo kali.. Kalau mu merried tuh kudu di pingit tau Ju, lo harusnya gak usah sering ketemu Agatha.. Biar dia bareng gue aja."
"Lahh.. Gak bisa gitu lah, gue nya yang mau ketemu sama Agatha.. Lagian kalian gak bosen apa dari masa SMP bareng terus sampe sekarang?" Sahut Juan.
"B aja sih.. Haha.." Jawab Raina yang mendapat pukulan ringan di telapak tangannya lagi dari Agatha.
Langit sedari tadi menyimak pembicaraan mereka, dan sesekali menyahut jika dirinya di ajak bicara oleh Raina.
"Kak Langit." Tiba-tiba saja ada yang memanggil Langit dan menyuruhnya untuk datang menghampiri orang yang memanggilnya.
"Gue ke sana dulu ya.." Pamit langit, "Raina, kapan-kapan kita ngobrol lagi ya.." Ucap Langit sebelum dirinya beranjak lalu menghampiri junior tadi.
Raina hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.
"Lo deket lagi sama Langit?" Tanya Juan.
"Engga, emang kenapa?"
"Gak kenapa-kenapa.. Kirain aja gitu.. Ohh iya, gue ke perpustakaan dulu bentar deh mumpung inget.. Ayang nanti kabarin aku kalau udah mau pulang.." Ucap Juan, lalu teringat ada revisian di Bab terakhir nya.
"Iya, nanti aku hubungin kamu.. Bye ayang.." Jawab Agatha.
"Okee sayang.." Juan mengusap pelan kepala Agatha lalu meninggalkan mereka berdua.
Raina diam memperhatikan interaksi dua insan yang di mabuk cinta.
Sempat terbayang sedikit oleh Raina, bagaimana tingkah dirinya jika memiliki kekasih? Akankah sama dengan Agatha.
"Raina.." Raina menoleh menatap Agatha, "kenapa lo?" Tanya Agatha.
"Gak kenapa-kenapa.. Ohh iya, tadi lo mau bilang apa??" Sebenarnya Raina masih penasaran dengan apa yang ingin di katakan Agatha.
Karena sebelumnya ada Juan dan Langit yang tiba-tiba saja datang, membuat percakapan mereka terganggu.
"Ohh iya gue hampir lupa.." Sahut Agatha, dan sekarang mimik Agatha menjadi serius.
"Kemarin kakak gue sama Kak Hilda reunian alumni kampus, mereka kan satu kampus.. Nah, mereka juga kan satu kampus sama Alvaro."
*Hilda kakak iparnya Agatha.
Deg.
Saat Agatha menyebutkan nama Alvaro, hati Raina seolah ada yang mencubitnya.
"K-kenapa tiba-tiba lo ngomongin dia?" Tanya Raina yang sekarang menatap ke arah lain.
"Heii liat gue dulu.. Dengerin dulu, sesudah dari reuni, Kakak gue sama Kak Hilda mampir ke rumah.. Dan gue gak sengaja denger obrolan mereka tentang Kak Alvaro.." Lanjut Agatha.
Raina merasa bingung, entah harus senang atau sedih mendengar tentang Alvaro lagi.
"Kalau gak salah kata Kakak gue, Kak Alvaro bakal tunangan-"
"Uhuk.. Uhuk.."
"Rain, Raina.. Lo gak papa?" Tanya Agatha panik.
Raina tiba-tiba saja tersedak saat sedang minum, mendengar kabar jika Alvaro akan bertunangan.
Sial.
Hatinya terasa sakit dan sesak sekarang.
Mata Raina mengeluarkan cairan bening, entah itu menangis atau karena tersedak tadi.
"Rain, ini minun air putih dulu.. Untung gue bawa botol minum dari rumah." Ucap Agatha membuka tutup tumbler nya dan menyuruh Raina minum.
Raina menerima dan meminumnya.
"Uhuk.." Raina masih terbatuk pelan, namun air matanya seakan tidak ingin berhenti.
Agatha semakin panik, dan sekarang berpindah duduk menjadi di samping Raina lalu memeluk Raina.
Raina menangis.
Rasanya seolah di hantam dari ketinggian.
Setelah sekian lamanya menyimpan perasaan untuk Alvaro, tapi tiba-tiba harus dipaksa menerima kenyataan.
"Saran gue.. Lo harus ketemu sama Alvaro. Rain." Ucap Agatha pelan, melepas pelukan nya.
"Ini nomor Alvaro.. Udah gue kirim ke lo.. Nanti gue bantu pertemuan lo sama dia.." Lanjut Agatha.
Raina menggelengkan kepalanya.
"Gak Rain, gue gak mau liat lo luka selama ini.. Mau sampai mana lo kaya gini?? Lebih baik lo ketemu dan lo tanya sama hati lo, setelah lo ketemu sama dia." Ucap Agatha menggengam kedua tangan Raina.
Raina menundukan kepalanya.
Takdir dan kenyataan yang luar biasa.
.
.
.
. Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Rahasia(SLOW UP)
Teen Fiction10 tahun. Sudah selama itu memendam perasaan pada seorang pria yang bahkan entah merasakan perasaan yang sama atau tidak. Jatuh cinta pada pandang pertama itu memang nyata. Meski baru usia 14tahun, yang terkadang mereka bilang bahwa itu adalah han...