4

17 2 0
                                    

"Kau tidak mengajak Minjeong pulang bersama, Jaemin-ah?" tanya Jihoon yang melihat Jaemin langsung keluar kelas saat bel pulang berbunyi meninggalkan Minjeong yang masih merapikan alat tulisnya.

"Tidak." jawabnya singkat, "Aku ada urusan." setelah mengatakan itu dia berlalu keluar kelas tanpa menoleh ke belakang lagi.

"Begitu dia bilang suka?" bisik Jihoon pada Yoshi, teman sebangkunya, "Kalau aku ada urusan, aku pasti menyempatkan diri untuk mengantar Hyunsuk Hyung pulang atau minimal memesankan taksi."

"Tapi kau kan memang pacar Hyunsuk Hyung, Jaemin dan Minjeong tidak berpacaran."

Wajah Jihoon yang awalnya 'rumpi abis' seketika berubah datar, "Aku tahu harusnya aku membicarakan hal semacam ini dengan Haruto saja." lepas itu dia pergi meninggalkan Yoshi yang kebingungan.

"Jaemin-ah, kau mau kemana?" Jaemin menoleh saat mendengar suara Ryujin yang bertanya di belakangnya. Gadis itu bersama Haechan dan Renjun.

"Ke ruang klub." jawabnya singkat. Sekarang mereka berjalan beriringan disusul Yeji yang baru keluar dari kelasnya.

"Kenapa tidak pulang?"

"Aku ada janji dengan Mingyu Hyung tapi harus menunggu seseorang dulu sebelum kesana."

"Siapa?"

Jaemin melirik Haechan yang bertanya dengan wajah berbinar, " Bukan urusan kalian."

Haechan mendengus karena tidak mendapat jawaban yang ia inginkan tapi dia tahu Jaemin akan marah kalau dia cerewet, jadi dia tidak mengatakan apapun lagi selain terus berjalan sambil sesekali bergosip dengan Yeji dan Ryujin.

"Aku sebenarnya ingin terus mengabaikan ini tapi ternyata tidak bisa. Dari tadi aku bertanya-tanya ada urusan apa sampai kalian mengikutiku kemari?" Jaemin mengatakan ini pada siswa yang berjejer di bangku pemain dengan memasang wajah sok lugu seolah tidak berdosa.

"Jangan kesal begitu, kami kan bermaksud baik ingin menemanimu latihan." bela Yeji dengan senyuman yang sengaja dibuat manis tapi dimata Jaemin itu terlihat sangat menyebalkan.

"Tidak butuh. Pulang sana! Mengganggu konsentrasiku saja." Jaemin mulai berdiri di tempat yang disediakan dan memasang anak panah bersiap untuk membidik sasaran.

Kesal dengan reaksi Jaemin yang menyebalkan, Haechan akhirnya meledak, "Kau sendiri yang diam-diam ingin pergi dengan si Tampan tanpa mengajak kami! Pengkhianat! Aaa... Maaf, Jaemin-ah!!" Haechan bergidik dan spontan berteriak panik saat Jaemin berbalik ke arahnya dengan posisi siap memanah.

"Jangan bicara sembarangan! Kami hanya partner bisnis, jangan samakan aku dengan kalian!" Jaemin kembali berbalik dan melepaskan anak panahnya tepat mengenai sasaran, Haechan meringis melihat itu, "Lebih baik kalian pulang, aku benar-benar kesal sekarang."

Mendengar pengakuan itu dibarengi dengan nada yang terdengar benar-benar marah, mereka akhirnya menyerah dan memilih pulang. Jaemin yang marah benar-benar tidak untuk diuji, bisa-bisa mereka ditempel di papan bulat itu untuk dijadikan sasaran panah oleh Jaemin.

Selepas kepergian teman-temannya, Jaemin akhirnya menghembuskan nafas lega. Dia tahu sejak awal teman-temannya memang aneh dan menguji kesabaran, tapi mereka semakin menjadi-jadi sejak mengenal Jeno yang mereka panggil si tampan.

Setelah bermain kurang lebih satu jam, Jaemin memutuskan untuk beristirahat. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya untuk memeriksa ada atau tidak pesan masuk dari orang yang ia tunggu dan ternyata ada. Di pesan itu Jeno menuliskan kalau kegiatan klubnya selesai pukul tujuh jadi dia baru bisa menyusul paling cepat jam delapan. Jaemin melihat jam yang menunjukkan pukul 06.12 memutuskan untuk menyudahi latihannya dan membersihkan diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blackthorn (NoMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang