Perang dingin

196 63 10
                                    

💐

"Aku nggak peduli ya, warga semua akhirnya gosipin keluargaku karena Raja sekarang tinggal di rumah. Cucuku harus di selamatkan dari Ibunya yang sak wudele dewe." Sambil menyuguhkan minuman, Gendis ngedumel ke ketiga temannya yang berkunjung.

"Jujur, Ndis, kamu jadi mertua emang saklek. Kalau udah A ya, A. Punya standarisasi sendiri demi semua berjalan seusai arahan." Yuni duduk memangku bantal sofa.

Hari itu mereka bisa bertemu karena waktu lowong bersamaan sekaligus Gendis mau membahas seragam untuk nikahan Raffa.

"Aku begini karena faktanya emang ngeselin, Yun."

"Terus sekarang, Yasmin gimana? Udah seminggu Raja di sini, kan?" Soraya membuka toples berisi kue kacang.

"Bener, kan. Nggak ada tanya-tanya tentang Raja. Dia katanya sibuk ngelamar kerja. Itu juga Daffa yang kasih tau aku kemarin." Gendis sebenarnya tak mau rumah tangga anaknya sampai ribet begini, tapi Yasmin memang kebangetan.

Sedangkan di rumah Daffa. Pria itu merapikan laptop yang tertinggal di kamar. Ia terpaksa pulang lagi untuk mengambilnya.

"Daf, kamu ke kantor lagi?" tegur Yasmin sambil berdiri di depan pintu kamar.

"Hm." Daffa berbalik badan. Terkejut melihat Yasmin berpose seperti menggodanya. Daffa berdecak, ia berjalan melewati Yasmin yang mengejar suaminya.

"Kamu kenapa, sih! Kita berdua di rumah! Kamu nggak pernah deket-deket aku lagi, Daf! Kamu marah?!" Suara Yasmin meninggi.

"Aku sibuk, Min. Semenjak pulang dari Bali, aku harus pelajarin banyak hal dan ada pendidikan yang harus aku ikuti mulai minggu depan! Aku mau pindah divisi dan karirku naik. Aku semakin sibuk! Pahami, dong!" ketus Daffa.

"Gaji kamu ... naik, dong?" Yasmin sumringah.

"Yang kamu pikirin sekarang cuma uang ya, Min. Aku nggak kenal kamu, kamu yang aku jadikan pacar sampai istri, semenjak menikah berubah. Maumu apa, Min?" Daffa sudah sangat gerah dengan sikap istrinya.

Yasmin pun diam. Ia memilih tak mau menjawab.

"Aku ke kantor lagi. Makan duluan aja. Aku pulang malam." Daffa berjalan cepat, ia sudah ditunggu ojek online.

"Ck!" Hanya itu respon Yasmin. Ia lanjut melamar pekerjaan melalui aplikasi lamaran kerja.

Ponselnya berbunyi, tiba-tiba teman lamanya meminta apakah bisa Yasmin untuk menjadi MUA acara lamaran. Yasmin memang berbakat soal merias wajah, segera ia menyanggupi. Uangnya pasti lumayan.

***

Lambat laun, Gendis menyadari hal yang tak beres dengan anak serta menantunya. Terlebih saat acara pernikahan Raffa yang digelar di rumah mempelai wanita.

Raja digendong Daffa saat iring-iringan pengantin pria mulai berjalan ke arah lokasi acara di ruang tengah rumah nan asri itu.

Yasmin mengipasi diri dengan kipas portable kecil seperti tak betah panas. Gendis mendengar teguran Daffa ke istrinya walau terkesan gerendengan, sontak ia menoleh ke belakang, tepat Yasmin berdiri.

"Oke, salah lagi," gumam Yasmin mematikan kipas lalu ia masukkan ke tas yang dibawa.

Berjalan perlahan hingga ke dalam area acara, Daffa duduk menjauh dari Yasmin. Ia bergabung dengan dua adik perempuannya masih tetap menggendong Raja.

Yasmis melirik dingin, suaminya benar-benar cuek dengannya. Saking kesalnya, ia memilih keluar padahal penghulu sedang bicara. Tak sopan. Gendis gemas sekali tapi ia tahan demi sakralnya acara itu.

Mertua masa gini?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang