(BAB 2) Konser Una:Vestido

25 3 38
                                    

Ini akan menjadi hari yang penting bagi Bermuda, Ratih, dan rekan-rekan big band lainnya. Di seberang panggung, para penonton telah berbaris masuk mencari bangku pada tribun yang tertera di tiket mereka. Tribunnya penuh sesak membuat dada Bermuda ikut tertekan. Sekelompok bapak-bapak, ibu-ibu, para murid, dan guru-guru berpakaian rapi serta mengilap saling mengobrol membuat gema suara tak jelas menggantung di udara.

Tatapannya terhenti saat melihat Syifa melambai ke arahnya dengan senyum bahagia dan melakukan gerakan cium jauh. Perempuan itu tidak biasanya mengenakan dress hitam selutut berkerah putih yang membuatnya terlihat anggun seperti ratu negeri dongeng. Bermuda membalas dengan senyum hangat dan cium jauh pula. Syifa kembali duduk lalu bercengkrama dengan Safitri yang merupakan tamu undangan Bermuda juga.

Suntikan semangat dari Syifa memang membantu tetapi tubuhnya masih gemetar dan perutnya terasa panas. Ia mencoba melakukan metode tarik lalu buang napas perlahan, tetapi hasilnya tidak efektif. Teman-temannya melakukan persiapan akhir. Para regu peniup terompet dan saksofon mengelap tembaga mereka dengan hati-hati, kemudian secara bergantian meniup tuts khusus untuk membuang saliva yang berceceran menggenangi lantai kayu di bawah kaki mereka. Raihan si pemain saksofon sebagai pemegang komando regu tiup terlihat gusar. Kakinya tak berhenti bergetar, tatapannya tajam ke titik tertentu sebab di dalam pikirannya sedang memainkan skenario terburuk dan terbaik saat pementasan berlangsung.

Selanjutnya mata Bermuda menyusuri regu penyanyi yang dipimpin oleh Andien. Sungguh, siswi kelas XI IPA 1 itu sangat menawan malam ini. Lihat saja dress putih dengan sarung tangan opera berwarna senada yang memantulkan cahaya dan kilap bibirnya juga. Dari semua anggota yang memiliki dresscode, hanya Andien sendiri yang mengenakan busana khusus. Ia mengajak regunya yang diisi oleh 3 orang penyanyi latar untuk membaca kembali partitur lagu lalu menyanyikan harmoni lirih tanpa mengganggu konsentrasi pemain lainnya.

Kini para pemain melodi bergabung dengan band, mereka berjalan seraya menenteng tas biola. Jumlah mereka lebih banyak ketimbang regu lainnya, pemegang komando adalah Gadis si pemain biola yang sedang mengobrol bersama rekan-rekan lainnya.

Kemudian Bermuda melihat Kevin si pemain gitar elektronik sedang bercengkrama dengan Rumaropen si bass gitar dan Hardi pemain keyboard band mereka. Tiga orang itu cenderung santai, tetapi Bermuda tak ingin ambil pusing karena berbeda orang tentu berbeda pula cara menghadapi kegugupan sebelum acara besar berlangsung. Tibalah mata Bermuda pada Ratih yang sedang duduk termenung di depan piano. Anehnya, Zahra si pemain perkusi sedang mengurut perlahan-lahan tengkuk Ratih yang tegang. Bermuda kemudian menghampiri untuk memastikan bahwa sahabatnya tidak apa-apa.

"Kenapa, Zah?" Zahra menggelengkan kepalanya.

"Gugup, Mud. Ratih butuh waktu."

Bermuda melihat ke arah jam tangannya. Kurang lebih 15 menit lagi band mereka tampil giliran pertama pada kualifikasi kompetisi National Jazz & Orchestra for High School. Tentu ini bukanlah perkara mudah, lawan mereka dari Una adalah band orkestra yang menjadi langganan perwakilan sekolah. Sebuah tantangan bagi Bermuda dan kawan-kawan untuk menghadapi sang juara bertahan. Ditambah lagi para juri dari kancah nasional. Sungguh, kualifikasi ini terlalu berat untuk dijalankan oleh mereka, tetapi masih ada keyakinan di dalam benak Bermuda bahwa Una:Vestido akan menjadi kuda hitam pada kompetisi ini.

"Mud," panggil Ratih memegangi Bermuda dengan tangannya yang dingin seperti es.

"Tih?"

"Temenin aku ke kamar mandi sekarang."

Tanpa ancang-ancang Ratih segera meninggalkan titik kumpul band untuk pergi ke kamar mandi, Bermuda membuntuti dari belakang. Setibanya di kamar mandi siswi, Ratih kemudian mendobrak pintu lalu muntah pada toilet. Syukurlah Bermuda cepat tanggap untuk menyibakkan rambut Ratih agar tidak terkena muntahannya sendiri.

lubang di jalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang