MEMBAHAS PERJODOHAN LAGI
Di suatu akhir pekan, Alika dan Daryanta akhirnya menemukan momen yang tepat untuk melaksanakan rencana "prank" mereka. Pagi itu, orang tua mereka mengundang Alika dan Daryanta untuk makan bersama di rumah keluarga Daryanta. Sambil menikmati sarapan, perbincangan ringan tentang sekolah dan kegiatan sehari-hari mengalir hingga tiba-tiba topik itu mengarah pada masa depan mereka.
Orang tua Daryanta membuka percakapan dengan nada bercanda, "Jadi, kalian berdua masih ingat nggak soal ‘pertunangan’ masa kecil kalian?"
Alika dan Daryanta saling melirik, menahan senyum sambil mencoba tetap tenang. Alika berpura-pura menghela napas panjang, lalu berkata, “Sebetulnya… aku nggak mau dijodohin, kok, Tante, Om.”
Mendengar itu, Ibu Daryanta tampak sedikit terkejut, begitu pula dengan orang tua Alika. Mereka saling bertukar pandang, tampak bingung. Lalu Daryanta menimpali, “Iya, aku juga setuju sama Alika. Aku rasa lebih baik kita berteman aja.”
Orang tua mereka terdiam sejenak, jelas tidak menyangka dengan respon itu. Raut kecewa dan heran mulai tampak di wajah mereka, membuat Alika dan Daryanta harus menahan tawa agar tidak merusak momen "prank" ini.
Tak ingin membuat orang tua mereka cemas lebih lama, Daryanta akhirnya memecah keheningan dengan sebuah senyuman kecil. “Tapi… kami mau kasih tahu sesuatu, sebenarnya.”
Alika menambahkan dengan sedikit tersipu, “Iya, Tante, Om… sebenarnya aku dan Daryanta sudah pacaran.”
Orang tua mereka tampak terkejut sejenak, tapi tak lama kemudian wajah mereka berubah lega dan penuh senyum. Mereka tertawa kecil, sadar bahwa anak-anak ini telah memainkan sebuah lelucon kecil.
“Jadi ini semua cuma prank?” Ayah Alika bertanya sambil tertawa.
Daryanta mengangguk, “Iya, kami cuma ingin membuat kejutan. Kami tahu kalian sudah lama berharap kami dekat lagi. Jadi, kami ingin memberikan kabar ini dengan cara yang sedikit berbeda.”
Orang tua mereka tak bisa menahan tawa bahagia, merasa senang sekaligus lega bahwa akhirnya harapan mereka terwujud. Mereka saling bergantian memberikan pelukan hangat kepada Alika dan Daryanta, bahagia bahwa anak-anak mereka telah menemukan cinta di tengah persahabatan yang sudah mereka bangun sejak kecil.
Oma Alika yang juga hadir di sana, ikut berkomentar dengan senyum bijak, “Kalian memang nakal ya, bikin kami bingung. Tapi Oma senang sekali, akhirnya impian Oma sejak dulu untuk melihat kalian bersama tercapai juga.”
Sore itu berakhir dengan penuh tawa, hangatnya keakraban, dan obrolan tentang masa depan Alika dan Daryanta. Bagi mereka, ini bukan lagi sekadar hubungan anak muda yang ringan, tetapi awal dari perjalanan yang disambut penuh cinta oleh keluarga. Di tengah suasana bahagia itu, mereka tahu bahwa dengan restu keluarga, mereka siap menghadapi segala rintangan bersama.
Setelah kejutan itu, suasana di rumah terasa semakin hangat. Alika dan Daryanta tidak lagi merasa perlu menyembunyikan hubungan mereka; kini mereka bisa lebih bebas bersama tanpa khawatir akan pandangan orang tua. Namun, setelah momen penuh kebahagiaan itu, muncul juga pertanyaan dari keluarga tentang rencana mereka ke depan.
Sore itu, ketika hanya Alika dan Daryanta yang tersisa di ruang tamu, Ayah Alika bergabung dengan mereka. Dengan nada lembut, beliau berkata, "Alika, Daryanta, sekarang kalian sudah tidak ada yang disembunyikan lagi. Tapi, Ayah penasaran, apa yang kalian rencanakan setelah ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DARYANTA (END)
Teen FictionAlika Ismadina yang selalu ada di sisinya sejak mereka tumbuh bersama di lingkungan yang sama. Keduanya memiliki ikatan persahabatan yang kuat, meskipun karakter mereka berbeda. Daryantara, yang lebih tenang dan bijaksana, sering kali menjadi pelind...