Kabar Kehamilan Alika
Setelah melewati masa-masa penuh tantangan, kabar bahagia datang dalam kehidupan Alika dan Daryanta. Beberapa minggu setelah mereka kembali membuka diri untuk memperbaiki hubungan, Alika menemukan bahwa ia hamil. Berita ini menjadi kejutan besar, membawa harapan sekaligus kecemasan bagi keduanya.
Kebahagiaan bercampur rasa canggung ketika Daryanta mengetahui kabar tersebut. Alika, meski sedikit ragu, tetap memberitahukan berita itu dengan senyum tipis, berharap kehamilan ini akan membawa perubahan yang lebih positif bagi mereka.
Orang tua Alika segera diundang untuk makan malam bersama Daryanta dan keluarganya. Mereka berbincang dalam suasana yang awalnya tenang, hingga akhirnya ayah Alika membuka topik yang penting.
“Aku harap kamu benar-benar memahami, Yan,” kata Ayah Alika dengan nada tegas namun lembut. “Kehamilan ini bukan hanya tanggung jawab Alika. Ini tanggung jawab kalian berdua. Setelah semua yang terjadi, aku ingin kamu lebih dari sekadar ada untuk Alika.”
Daryanta mengangguk pelan, menatap Ayah Alika dengan kesungguhan. “Saya mengerti, Pak. Kesempatan kedua ini tidak akan saya sia-siakan. Saya ingin menjadi suami dan ayah yang dapat dibanggakan.”
Ibu Alika kemudian menyela, menambahkan nada hangat namun penuh harapan, “Kami hanya ingin melihat Alika bahagia, Yan. Semoga kehadiran bayi ini menjadi penguat cinta kalian, dan semoga kamu benar-benar bisa menunjukkan komitmenmu pada Alika.”
Daryanta merasakan beban tanggung jawab itu lebih kuat dari sebelumnya, namun ia juga merasa diberi kesempatan untuk menebus kesalahan. Sambil menatap Alika, ia berkata dengan penuh ketulusan, “Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendampingi kamu dan anak kita. Terima kasih sudah memberi aku kesempatan ini.”
Malam itu menjadi langkah awal baru bagi Daryanta dan Alika, memperkuat harapan di antara mereka. Kabar kehamilan ini bukan hanya menjadi sukacita bagi keluarga, tetapi juga sebuah kesempatan bagi mereka untuk menyatukan hati yang sempat terluka.
Malam itu, setelah orang tua Alika dan Daryanta pulang, mereka berdua duduk berdua di ruang tamu dengan suasana yang sedikit hening namun damai. Daryanta memecah keheningan dengan menyentuh tangan Alika, mencoba menunjukkan kesungguhannya.
“Alika,” katanya lirih, “aku tahu semuanya tidak akan mudah diperbaiki, tapi aku ingin kamu tahu kalau aku benar-benar menyesal. Aku ingin membuktikan bahwa aku pantas berada di sisi kamu, apalagi sekarang dengan bayi kita di dalam kandunganmu.”
Alika terdiam sejenak, menatap dalam mata Daryanta, mencoba mencari ketulusan yang pernah ia ragukan. Meskipun masih ada sedikit luka, kehamilannya telah membuatnya lebih membuka hati untuk memikirkan masa depan bersama.
“Aku hanya ingin kita bisa membangun rumah tangga yang sehat, tanpa perlu menengok masa lalu yang menyakitkan,” jawab Alika akhirnya. “Kalau kamu benar-benar ingin berubah, aku akan memberimu kesempatan itu, demi kita dan anak ini.”
Daryanta tersenyum lega, dan seiring dengan itu, ia memeluk Alika dengan penuh kasih. Malam itu menjadi awal baru bagi mereka, dengan harapan yang mulai tumbuh di tengah perasaan yang masih belum sepenuhnya pulih.
Hari-hari berikutnya, Daryanta berusaha keras menunjukkan bahwa ia siap menjalankan perannya sebagai calon ayah dan suami yang lebih baik. Ia menemani Alika ke pemeriksaan kehamilan pertama, membantu menyiapkan segala kebutuhan, dan memberikan perhatian yang lebih besar daripada sebelumnya. Di tengah itu semua, Alika perlahan-lahan mulai merasakan kenyamanan yang sempat hilang, meski masih ada keraguan yang tersisa.
Namun, ia sadar bahwa kebahagiaan dan masa depan keluarganya bergantung pada kesempatan kedua ini, sehingga ia memilih untuk memberi waktu bagi dirinya sendiri dan Daryanta untuk bersama-sama menumbuhkan kembali cinta yang pernah mereka ikrarkan.
Beberapa minggu berlalu sejak keputusan Alika untuk memberikan kesempatan kedua bagi Daryanta. Selama waktu itu, Daryanta melakukan segala yang bisa untuk menunjukkan perubahan, mulai dari menemani Alika ke dokter hingga memastikan kenyamanan Alika di rumah. Meski begitu, luka lama masih sesekali menghantui, baik bagi Alika maupun bagi keluarga besar mereka yang sempat terluka oleh kesalahan Daryanta.
Suatu hari, keluarga besar mengundang Daryanta dan Alika untuk makan malam bersama di rumah orang tua Alika. Saat makan malam, suasana awalnya sedikit tegang, namun seiring waktu, percakapan mulai mengalir dengan santai. Bunda Alika yang selama ini terlihat kecewa, mulai melontarkan senyum kecil ketika melihat kesungguhan Daryanta dalam menjaga Alika.
Selesai makan, Ayah Alika membuka pembicaraan dengan serius, "Daryanta, selama beberapa bulan ini, aku bisa melihat perubahan dalam dirimu. Namun, aku juga tahu bahwa tidak mudah bagi Alika dan keluarga kami melupakan semua yang sudah terjadi."
Daryanta mengangguk dengan penuh penyesalan. “Saya mengerti, Pak. Saya tahu apa yang saya lakukan dulu tidak bisa dihapus begitu saja. Tapi saya berjanji akan terus menjaga Alika dan anak kami dengan sepenuh hati. Saya akan membuktikan bahwa saya layak mendapatkan kesempatan ini.”
Alika yang mendengar pengakuan Daryanta, merasa hatinya sedikit lebih ringan. Meski sakit hatinya belum sepenuhnya pulih, ia merasakan ketulusan dalam perkataan Daryanta.
Malam itu, saat mereka kembali ke rumah, Alika mengungkapkan sesuatu yang selama ini ia pendam. “Daryanta, aku masih merasa takut, takut jika suatu hari kamu mengulangi kesalahan yang sama. Tapi aku mau percaya bahwa kamu bisa berubah, demi aku dan anak kita.”
Daryanta memegang tangan Alika erat dan berbisik, “Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, Alika. Aku ingin kita memulai semuanya dari awal.”
Malam itu, mereka berdua berjanji untuk saling jujur dan menjaga komunikasi agar tidak ada lagi hal-hal yang bisa merusak hubungan mereka. Mereka sadar bahwa perjalanan ke depan tidak akan mudah, namun dengan niat yang sama, mereka berusaha membangun masa depan yang lebih baik untuk keluarga kecil mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARYANTA (END)
Teen FictionAlika Ismadina yang selalu ada di sisinya sejak mereka tumbuh bersama di lingkungan yang sama. Keduanya memiliki ikatan persahabatan yang kuat, meskipun karakter mereka berbeda. Daryantara, yang lebih tenang dan bijaksana, sering kali menjadi pelind...