MENIKAH
Pagi itu, Alika dan Daryanta duduk di ruang rias, mengenakan pakaian adat yang elegan. Hari ini adalah hari yang telah mereka impikan sejak lama hari pernikahan mereka. Keduanya tampak gugup, namun juga bersemangat, menyadari bahwa perjalanan panjang yang mereka lalui akhirnya membawa mereka ke titik ini.
Di luar, tamu-tamu mulai berdatangan. Keluarga besar, sahabat, dan kenalan semuanya berkumpul, wajah-wajah penuh senyum dan doa untuk kebahagiaan Alika dan Daryanta. Di antara kerumunan, terlihat orang tua mereka yang bangga, serta nenek mereka, yang selalu mendukung perjodohan ini sejak mereka masih kecil.
Saat Alika melihat dirinya di cermin, mengenakan gaun putih yang anggun, ia merasakan campuran emosi yang begitu kuat. Dulu, perjodohan ini mungkin terasa seperti permainan kecil, sekadar lelucon yang dipelihara keluarga mereka. Namun, seiring berjalannya waktu, ia dan Daryanta menemukan cinta sejati di dalamnya.
Ketika saatnya tiba, Daryanta menunggu di pelaminan, memandangi Alika yang berjalan mendekat dengan langkah-langkah tenang. Tatapan mereka bertemu, dan seakan waktu berhenti sejenak. Semua kenangan masa kecil, masa sekolah, hingga janji yang mereka ucapkan di taman kampus, terlintas dalam benak mereka.
Saat akad berlangsung, Daryanta mengucapkan ijab kabul dengan suara yang mantap. Semua orang menahan napas, dan begitu ia menyelesaikannya, suasana pecah oleh senyum dan tawa bahagia. Alika menunduk, merasa haru sekaligus lega. Kini, mereka benar-benar telah menjadi sepasang suami-istri.
Di pesta resepsi, keduanya berbaur dengan tamu-tamu yang memberi ucapan selamat dan doa-doa untuk kebahagiaan mereka. Teman-teman lama mereka bahkan menggoda dengan mengingatkan permainan "tunangan plastik" yang dulu mereka lakukan sebagai anak-anak. Alika dan Daryanta hanya tertawa, mengingat betapa lucunya jalan takdir yang membawa mereka hingga titik ini.
Menjelang akhir acara, Daryanta dan Alika berdiri di balkon, melihat bintang-bintang di langit malam. Daryanta menggenggam tangan Alika, lalu berkata dengan suara lembut, "Ini bukan akhir dari perjalanan kita, Li. Ini awal dari babak baru."
Alika tersenyum, merasa tenang di samping Daryanta. "Aku tahu. Dan aku siap untuk setiap langkah ke depan, selama kita berjalan bersama."
Mereka berdua saling menatap penuh cinta, menyadari bahwa apa yang dulu hanya sekadar permainan kini telah berubah menjadi komitmen seumur hidup. Hari itu menandai awal dari kisah baru mereka sebuah kisah tentang cinta, persahabatan, dan perjalanan bersama untuk meraih impian yang mereka bangun sejak lama.
Setelah pesta pernikahan mereka selesai, Alika dan Daryanta memulai hari-hari pertama sebagai suami istri. Keesokan paginya, mereka menikmati sarapan pertama di rumah Daryanta, ditemani oleh keluarga besar yang masih berada di sana untuk membantu mereka beradaptasi dengan kehidupan baru ini.
Oma Alika dan Oma Daryanta tampak sangat bahagia, mengobrol sambil menikmati teh hangat. Melihat mereka bersama, Alika merasa bersyukur atas dukungan keluarga yang begitu besar, terutama dari kedua neneknya yang telah merawat ikatan mereka sejak kecil. Di sela-sela obrolan, Oma Alika pun menyinggung tentang rumah baru yang mereka rencanakan akan ditempati nanti.
“Jadi kapan kalian akan pindah ke rumah baru kalian, Nak?” tanya Oma Alika sambil tersenyum lembut.
Alika dan Daryanta saling pandang, sedikit tersipu. Mereka memang sudah membeli rumah bersama, tapi keduanya sepakat untuk tidak langsung pindah, agar bisa menikmati momen bersama keluarga dan beradaptasi dalam masa awal pernikahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARYANTA (END)
Teen FictionAlika Ismadina yang selalu ada di sisinya sejak mereka tumbuh bersama di lingkungan yang sama. Keduanya memiliki ikatan persahabatan yang kuat, meskipun karakter mereka berbeda. Daryantara, yang lebih tenang dan bijaksana, sering kali menjadi pelind...