DARYANTA

39 32 3
                                    

Hujan

Langit sore terlihat mendung saat Daryanta dan Alika menyelesaikan kegiatan di sekolah. Cuaca yang awalnya cerah tiba-tiba berubah drastis. Hujan rintik-rintik mulai turun, membuat suasana di sekitar mereka menjadi dingin dan sedikit muram. Daryanta merasa khawatir, mengingat mereka berdua harus pulang ke rumah masing-masing.

Ketika mereka tiba di halaman sekolah, Alika merogoh saku jasnya dan melihat ponselnya. "Hujan lebat. Sepertinya aku harus minta jemput, ya," ucapnya, dengan nada ragu. Dia tidak ingin merepotkan Daryanta, tetapi dia juga tidak ingin kehujanan.

Daryanta melihat ke arah langit dan mengangguk. "Ayo, kita tunggu di kafe sebelah sekolah. Semoga hujan cepat reda."

Setelah beberapa menit menunggu, hujan semakin deras, dan mereka berdua memutuskan untuk melindungi diri dengan payung Daryanta. Saat mereka memasuki kafe, aroma kopi dan kue yang hangat menyambut mereka. Keduanya duduk di sudut, menikmati minuman hangat sambil mengobrol.

Namun, ketika hujan tidak kunjung reda, mereka menerima pesan dari orang tua masing-masing. Ternyata, orang tua Alika sudah merencanakan agar dia menginap di rumah Daryanta.

"Aku tahu ini agak mendadak," ucap Alika ragu, "tapi Oma dan orang tuaku ingin aku menginap di rumahmu malam ini. Mereka khawatir tentang cuaca dan juga mau kita lebih dekat lagi."

Daryanta terkejut, tetapi hatinya merasa senang. "Wah, itu luar biasa! Kita bisa menghabiskan waktu bersama, dan aku bisa menunjukkan koleksi komik baruku."

Alika tersenyum lebar. "Iya! Aku juga sudah lama tidak melihat koleksimu."

Setelah menikmati makanan ringan di kafe, mereka berdua pun memutuskan untuk menuju rumah Daryanta. Di tengah perjalanan, suara gemuruh petir menggema, dan hujan semakin deras. Alika merapatkan jaketnya, merasa sedikit cemas.

"Tenang saja," Daryanta berkata menenangkan. "Kami punya banyak permainan di rumah, dan Oma juga pasti sudah menyiapkan makanan kesukaanmu."

Ketika mereka sampai di rumah Daryanta, suasana hangat menyambut mereka. Oma sudah menunggu dengan senyum lebar dan nampan berisi makanan ringan. "Selamat datang, Alika! Aku sudah siapkan kue coklat kesukaanmu. Ayo, kita makan bersama!"

Alika merasa senang dan terharu dengan sambutan Oma. "Terima kasih, Oma! Kue ini terlihat enak sekali!"

Setelah makan malam, mereka berdua memutuskan untuk bermain permainan papan di ruang tamu. Suara hujan yang berjatuhan di luar menciptakan suasana nyaman di dalam rumah.

Daryanta melihat Alika yang asyik bermain sambil tertawa. "Kamu ingat waktu kita masih kecil dan selalu berusaha menang di setiap permainan?"

"Bagaimana bisa aku lupa? Aku selalu berusaha mencuri kemenanganmu!" jawab Alika sambil tertawa.

Saat permainan berlangsung, mereka saling melemparkan tawa dan canda, seakan waktu berjalan cepat. Namun, saat malam semakin larut, Daryanta merasa ada yang berbeda dalam suasana di antara mereka. Keakraban yang mulai terjalin kembali membuatnya semakin yakin bahwa perasaannya kepada Alika telah tumbuh lebih dalam.

Selesai bermain, mereka berdua duduk di sofa sambil menikmati sisa-sisa kue coklat. Daryanta berusaha mencari cara untuk mengungkapkan perasaannya. "Alika, aku senang kamu bisa menginap di sini. Rasanya seperti waktu kita kecil lagi."

"Aku juga senang," Alika menjawab, wajahnya sedikit merah. "Sepertinya, kita memang ditakdirkan untuk terus bersama, ya?"

Daryanta menatap Alika, merasakan ketegangan yang hangat di udara. "Mungkin, kita memang ditakdirkan untuk itu," ujarnya dengan senyum. Mereka saling bertukar tatapan, dan sejenak waktu terasa berhenti.

DARYANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang