DARYANTA

32 29 3
                                    

TANYA ORANG TUA

Daryanta berdiri di depan rumah Alika dengan perasaan campur aduk. Setelah berhari-hari tidak bertemu, dia akhirnya bisa melihat Alika lagi, tetapi situasinya tidak seindah yang dia bayangkan. Begitu dia masuk ke dalam rumah, suasana tegang langsung menyelimuti.

Bu Rina dan Pak Andi, orang tua Alika, duduk di ruang tamu, wajah mereka tampak marah dan penuh kekhawatiran. Mereka memandang Daryanta dengan tatapan tajam, seolah-olah mereka bisa menembus jiwanya dan melihat segala kekecewaannya.

“Daryanta!” Pak Andi memulai, suaranya tegas. “Kau datang ke sini untuk apa? Kau tahu betapa sakitnya hati Alika setelah semua yang kau lakukan?”

Daryanta menelan ludah, berusaha menenangkan diri. “Pak, saya… saya hanya ingin menjelaskan semuanya,” katanya dengan suara pelan, berusaha menahan emosinya.

Bu Rina tidak sabar. “Menjelaskan? Menjelaskan apa? Kau pergi selama bertahun-tahun, meninggalkan putri kami tanpa kabar. Dan sekarang, kau kembali seperti tidak terjadi apa-apa?”

“Bu, saya tidak pernah bermaksud menyakiti Alika. Di Korea, saya belajar banyak tentang diri saya dan tentang cinta. Saya ingin memperbaiki kesalahan saya,” jawab Daryanta, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang.

“Memperbaiki? Kau tahu berapa banyak air mata yang sudah dia keluarkan karena kau? Dia merasa ditinggalkan dan dihianati,” Pak Andi menambahkan dengan nada marah. “Kami tidak ingin Alika terluka lagi.”

Daryanta merasa hatinya berat. Dia tahu dia telah membuat kesalahan besar. “Saya minta maaf. Saya ingin membuktikan bahwa saya mencintainya dan ingin menjalin hidup bersama. Tolong beri saya kesempatan,” pintanya dengan penuh harapan.

Bu Rina dan Pak Andi saling berpandangan. Mereka tahu betapa sulitnya situasi ini, tetapi mereka juga merasa bahwa Daryanta harus bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya. “Kami tidak ingin Alika jatuh ke dalam luka yang sama,” Bu Rina berkata tegas.

“Aku tahu, Bu. Tapi jika kau membiarkan saya, saya akan berjuang untuk Alika. Saya tidak ingin kehilangan dia lagi,” ucap Daryanta, suaranya semakin penuh emosi.

Pak Andi menatap Daryanta dengan tajam. “Bagaimana kami bisa percaya padamu setelah semua yang terjadi? Bagaimana kau bisa meyakinkan kami bahwa kau tidak akan mengulangi kesalahan yang sama?”

Daryanta menghela napas dalam-dalam. Dia tahu ini adalah kesempatan terakhirnya. “Saya akan melakukan apa saja untuk membuktikannya. Saya akan mengajak Alika berbicara dan berusaha memperbaiki semuanya. Saya tidak akan lagi menjauh darinya,” janjinya.

Bu Rina dan Pak Andi masih terlihat ragu, tetapi mereka juga melihat kesungguhan di mata Daryanta. “Baiklah, tapi kami akan memantau situasi ini. Jika kami merasa Alika terluka lagi, kami tidak akan segan-segan untuk menghalangimu,” Bu Rina memperingatkan.

Daryanta mengangguk, merasa sedikit lega. “Saya mengerti. Terima kasih atas kesempatan ini. Saya tidak akan mengecewakan kalian,” ujarnya dengan penuh harapan.

Setelah itu, Daryanta meninggalkan rumah Alika dengan perasaan campur aduk. Dia tahu bahwa jalannya untuk mendapatkan kembali kepercayaan Alika dan orang tuanya akan sangat sulit, tetapi dia bertekad untuk berjuang demi cinta mereka.

Sementara itu, di dalam rumah, Alika mendengar percakapan antara Daryanta dan orang tuanya. Dia merasa tersentuh dengan usaha Daryanta, tetapi di sisi lain, hatinya masih terluka. Dia ingin percaya, tetapi rasa sakit itu terlalu mendalam.

DARYANTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang