Pindah ke Bandung
Sepuluh tahun telah berlalu sejak Alika dan Daryanta menyambut kelahiran Naira. Kini, mereka tidak hanya menjadi orang tua bagi satu anak, tetapi juga telah dikaruniai seorang putri yang ceria dan aktif bernama Amira Azaleya, yang baru berusia lima tahun. Amira adalah buah hati mereka yang sangat mereka cintai, tumbuh menjadi gadis kecil yang cerdas, lucu, dan penuh rasa ingin tahu.
Pada suatu sore yang cerah, Alika dan Daryanta sedang duduk di ruang tamu rumah mereka di Jakarta, membahas rencana besar untuk masa depan. Suasana santai dan penuh tawa ketika Amira bermain di karpet, menggambar dengan krayon.
“Dary, aku pikir sudah saatnya kita berpindah ke Bandung,” ucap Alika, matanya bersinar penuh semangat. “Kita sudah punya rumah di sana, dan aku rasa itu bisa menjadi tempat yang baik untuk membesarkan Amira.”
Daryanta mengangguk, memikirkan ide itu. “Aku setuju, sayang. Lingkungan di Bandung lebih tenang dan lebih baik untuk Amira. Plus, kita bisa lebih dekat dengan keluarga.”
Amira mendengar percakapan orang tuanya dan segera menghampiri mereka, “Ibu, Ayah, aku mau pindah ke Bandung! Aku mau bermain di taman dan melihat bunga-bunga!”
Alika dan Daryanta tersenyum melihat semangat Amira. “Iya, sayang. Kita akan pindah ke Bandung dan kamu akan memiliki banyak teman baru di sana,” kata Alika, membelai rambut Amira.
“Dan kita akan sering pergi ke tempat-tempat seru, seperti Paris Van Java dan Taman Hutan Raya!” Daryanta menambahkan, berusaha menghidupkan suasana.
Setelah beberapa minggu merencanakan dan menyiapkan segala sesuatu, hari pindahan pun tiba. Mereka mempersiapkan barang-barang dan mengemas semuanya dengan penuh semangat. Amira membantu mereka dengan cara yang lucu, meskipun terkadang ia mengalihkan perhatian dengan permainannya.
Sesampainya di rumah baru mereka di Bandung, Alika dan Daryanta terpesona oleh pemandangan yang indah. Rumah itu terletak di kawasan yang asri, dikelilingi oleh pepohonan dan udara segar. Amira langsung berlari ke halaman belakang, berteriak dengan gembira.
“Lihat! Ada banyak tempat untuk bermain!” serunya, melompat-lompat dengan ceria.
Alika dan Daryanta saling berpandangan, merasa bahagia dengan keputusan yang mereka buat. “Ini adalah langkah yang tepat untuk kita,” kata Daryanta, merasa lega melihat kebahagiaan di wajah putri mereka.
Mereka menghabiskan hari pertama di rumah baru dengan mengatur ruang-ruang dan menciptakan suasana nyaman. Alika menggantungkan gambar-gambar Amira di dinding, sementara Daryanta merapikan taman kecil di halaman belakang.
Malam itu, saat mereka duduk bersama di ruang tamu yang baru, Daryanta mengeluarkan sebuah buku cerita. “Bagaimana kalau kita membaca cerita sebelum tidur?” tanyanya kepada Amira.
“Ya!” jawab Amira penuh semangat.
Sambil membacakan cerita, Alika dan Daryanta merasa bangga dengan keluarga kecil yang mereka bangun. Mereka tahu bahwa meskipun ada tantangan di depan, cinta dan kebersamaan mereka akan selalu menjadi kekuatan untuk melewati segala rintangan.
Ketika cerita berakhir, Amira mengantuk dan segera tertidur di pelukan ibunya. Daryanta tersenyum melihat istri dan anaknya, merasa bersyukur atas segala hal yang telah mereka lalui bersama. Pindah ke Bandung bukan hanya tentang fisik, tetapi tentang menciptakan kenangan baru yang indah sebagai keluarga.
Kehidupan baru mereka di Bandung dimulai, penuh harapan dan impian yang menanti untuk dijalani.
Setelah beberapa minggu tinggal di rumah baru mereka di Bandung, Alika dan Daryanta mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan baru. Amira tampak sangat bahagia, ia mulai berkenalan dengan anak-anak di lingkungan baru mereka. Setiap sore, Alika membiarkan Amira bermain di taman dekat rumah, di mana ia berteman dengan anak-anak lain yang sebaya.
Suatu hari, saat Alika dan Daryanta berjalan-jalan di sekitar lingkungan, mereka bertemu dengan tetangga baru mereka, Bunda Nia, seorang ibu yang ramah dengan dua anak yang sudah besar. Bunda Nia menyambut mereka dengan hangat, “Selamat datang di Bandung! Saya senang melihat keluarga baru di sini. Anak-anak kita bisa bermain bersama.”
Amira, yang mendengar percakapan itu, langsung berlari menghampiri anak-anak Bunda Nia dan mulai bermain dengan mereka. Alika dan Daryanta merasa senang melihat putri mereka beradaptasi dengan baik.
“Bandung ternyata sangat menyenangkan,” kata Daryanta sambil tersenyum. “Rasanya seperti memulai babak baru yang ceria.”
Alika mengangguk, merasa lega bahwa keputusan mereka untuk pindah adalah hal yang tepat. “Aku juga merasa begitu. Lingkungan yang lebih tenang dan banyak teman baru untuk Amira adalah yang terbaik.”
Setelah beberapa minggu beradaptasi, mereka juga mulai menjelajahi berbagai tempat menarik di Bandung. Daryanta membawa Alika dan Amira ke Taman Hutan Raya, di mana mereka menikmati berjalan-jalan di alam dan menghirup udara segar. Amira sangat menyukai berbagai jenis tanaman dan bunga yang ada di sana, dan ia mulai mengumpulkan bunga untuk dijadikan koleksi.
Suatu sore, ketika mereka sedang bermain di taman, Daryanta berinisiatif untuk membuat piknik kecil. Ia mengajak Alika dan Amira untuk membawa makanan ringan dan selimut. Di bawah sinar matahari yang hangat, mereka duduk di rumput, menikmati makanan sambil tertawa dan bercanda.
“Ini adalah kehidupan yang kuimpikan,” kata Daryanta sambil menatap keluarganya. “Kita harus sering melakukan ini.”
“Setuju!” jawab Alika, merasa bahagia melihat Daryanta dan Amira menikmati momen tersebut.
Hari-hari berlalu, dan kebahagiaan mereka terus bertumbuh. Namun, Alika juga mulai merasakan adanya tanggung jawab baru sebagai seorang ibu dan istri. Ia ingin memastikan bahwa Amira memiliki kehidupan yang penuh dengan kasih sayang dan pendidikan yang baik.
“Dary, kita perlu mencari sekolah yang bagus untuk Amira,” ucap Alika suatu malam saat mereka sedang berbincang di ruang tamu. “Aku ingin dia mendapatkan pendidikan yang baik.”
Daryanta setuju, “Aku sudah mencarikan beberapa sekolah di sekitar sini. Kita bisa mengunjungi mereka dan melihat mana yang terbaik.”
Alika merasa senang dan bersemangat untuk mempersiapkan masa depan Amira. Mereka membuat rencana untuk mengunjungi beberapa sekolah di minggu depan, bertekad untuk memberikan yang terbaik bagi putri mereka.
Di sisi lain, hubungan Alika dan Daryanta semakin erat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berbicara tentang mimpi dan harapan mereka untuk masa depan. Komunikasi yang baik dan saling pengertian membuat mereka lebih kuat sebagai pasangan.
Malam itu, sebelum tidur, Alika memandang Daryanta dengan penuh kasih sayang. “Aku merasa sangat beruntung memilikimu di sisiku. Terima kasih sudah menjadi suami dan ayah yang luar biasa.”
Daryanta membalas tatapan Alika dan menggenggam tangannya, “Kita adalah tim, Alika. Selama kita bersama, aku yakin kita bisa melewati segala tantangan.”
Dengan semangat baru dan rasa syukur, mereka tertidur dengan impian yang sama—membangun masa depan yang cerah untuk Amira dan menjalani kehidupan yang penuh cinta di Bandung.
Tahun-tahun berlalu dengan cepat, tetapi kebahagiaan mereka sebagai keluarga kecil akan selalu menjadi kenangan yang tak terlupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARYANTA (END)
Novela JuvenilAlika Ismadina yang selalu ada di sisinya sejak mereka tumbuh bersama di lingkungan yang sama. Keduanya memiliki ikatan persahabatan yang kuat, meskipun karakter mereka berbeda. Daryantara, yang lebih tenang dan bijaksana, sering kali menjadi pelind...