Chapter 29

260 16 0
                                    

Pria manis itu berlari dengan penuh kepanikan menyusuri lorong rumah sakit di ikut oleh sang kekasih. Setiap langkah terasa berat namun terdesak oleh rasa takut yang menyiksa pikirannya.

Cahaya lampu neon yang redup memantulkan bayangan tubuhnya di dinding putih, mengiringi kegelisahan yang terpancar dari wajahnya.

Matanya merah, berkaca-kaca, dan penuh kecemasan. Napasnya terengah-engah, seakan tak sabar untuk tiba di ruang darurat. Ada ketakutan mendalam di dalam dadanya, ketakutan akan kehilangan orang yang sangat ia cintai lagi.

Pikirannya penuh dengan bayangan wajah adiknya, berharap keajaiban terjadi, berharap adiknya masih menunggu di sana menunggu ia tiba dengan selamat.

Di dalam ruangan UGD, suasana terasa sangat menegangkan. Dinding berwarna putih dan lampu neon yang menyala terang menciptakan kesan dingin dan steril, namun tidak bisa mengurangi ketegangan yang menyelimuti.

Nata duduk di kursi, tangan kanannya menggenggam erat tangan kekasihnya, sedangkan jari-jari tangan kirinya mengetuk-ngetuk tanpa henti, menunjukkan ketidakpastian yang menyelimuti hatinya.

Ia menatap pintu ruangan UGD, berharap setiap detik menunggu adalah detik yang membawa kabar baik. Hatinya berdebar kencang, campuran antara harapan dan ketakutan membuatnya sulit bernafas. Di luar, malam semakin gelap, tetapi di dalam hatinya, hanya ada cahaya harapan untuk adiknya agar segera keluar dengan selamat.

"tenanglah nata, aku mohon. Aku tidak bisa melihat mu seperti ini, kita sama-sama berdoa untuk keselamatan fourth" ucap archen berusaha menenangkan kekasihnya

Nata tidak menjawab ia menenggelamkan wajahnya di dada bidang archen, mulai terisak.

Sementara gemini hanya bisa diam, tenggelam dalam pikirannya sambil menatap kosong pintu UGD itu.

"chen, cari tau dimana phuwin. orang itu pasti sudah mulai bergerak" ucap nata di sela tangisnya

Archen menautkan alisnya, ia sebenarnya bingung untuk apa mencari salah satu karyawan itu, apa hubungannya dengan nata namun ia hanya bisa mengangguk karena tidak mungkin jika ia minta penjelasan disaat seperti ini.

+++

Selama berjam-jam ia menunggu kabar dari ruang gawat darurat, setiap detik terasa begitu lambat. Ketika seorang dokter akhirnya keluar dari UGD, hati kakaknya langsung berdebar-debar. Dokter itu menghampirinya dan mengungkapkan dengan tenang bahwa adiknya selamat.

Sekilas rasa lega langsung membanjiri dirinya. Seolah-olah beban berat yang selama ini mengganjal di dada perlahan menghilang. Air mata pun tak tertahan lagi, mengalir di pipinya bukan lagi karena ketakutan, tapi karena kelegaan yang luar biasa.

Ia mengucapkan terima kasih berulang kali pada dokter dan merasakan syukur yang mendalam.

Setelah itu, nata bergegas ke ruangan tempat adiknya beristirahat, melihatnya terbaring dengan wajah pucat namun dalam kondisi aman.

Rasa lega dan haru terus mengalir, dan ia pun duduk di sampingnya, menggenggam tangan adiknya sambil berbisik lembut, "aku di sini fourth. kamu aman sekarang." lirih nata di telinga adik manisnya itu "kak janji akan membalas perbuatan orang itu" lanjutnya, seketika raut wajahnya berubah.

"sayang, ayo kita pulang dulu. Kau belum beristirahat sama sekali" ucap archen saat melihat jam sudah menujukkan pukul enam pagi

"gemini akan menjaga fourth, kita bisa kembali lagi sebentar siang" ucap archen

Pria tampan itu sangat terpukul melihat keadaan kekasihnya sekarang, kondisi nata sekarang sangat tidak baik-baik saja.

"baiklah"

Akhirnya pria manis itu beranjak, segera kekasihnya itu mengenggam tangannya dan keluar bersama

Didalam mobil hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka, pria manis itu terdiam dengan pikiran yang kemana-mana.

+++

Ketika seorang pria manis itu tiba di kafe untuk acara minum bersama rekan-rekan kantor, ia langsung disambut hangat oleh teman-temannya yang sudah berkumpul di meja panjang di tengah ruangan.

Suasana kafe yang hangat dengan pencahayaan temaram dan alunan musik lembut membuatnya merasa rileks setelah hari yang penuh dengan pekerjaan.

Ia memesan minuman favoritnya dan ikut bergabung dalam percakapan yang sudah mulai ramai. Rekan-rekannya membicarakan hal-hal ringan, mulai dari cerita lucu di kantor hingga pengalaman menarik selama bekerja.

Sambil mendengarkan, pria itu sesekali tersenyum atau tertawa kecil, menikmati obrolan santai yang jauh dari suasana formal kantor.

Di atas meja, tersedia berbagai camilan seperti nachos, kentang goreng, atau mini pizza yang terus diperebutkan. Sambil mengambil makanan, ia ikut berbagi cerita atau menimpali dengan candaan yang mengundang tawa.

Kadang, ia dan rekan-rekannya bertukar pandang sambil mengangguk, seolah setuju bahwa momen ini adalah kesempatan langka untuk bersantai tanpa membicarakan tugas atau deadline.

"eh phuwin, kau sudah memiliki kekasih?" tanya salah satu dari mereka

"iya, aku ingin tahu apa pria semanis kau sudah memiliki kekasih apa belum" timpal yang lain dengan semangat semua orang bersorak

Pria manis itu terkekeh "tentu" jawabnya.

Kemudian yang lain bersorak lagi, beberapa juga merosotkan bahunya seolah-olah sedih

"sedih sekali, ternyata aku tidak memiliki kesempatan sama sekali" sedih wanita itu

Mereka kembali melanjutkan obrolan mereka, ketika waktu semakin larut, satu persatu memutuskan untuk pulang

Pria manis itu melihat ponselnya, mengecek pesannya yang belum dibalas sama sekali oleh kekasihnya dari tadi sore.

"phuwin, apakah kau ingin balik dengan ku?" tanya seorang pria, salah satu rekan kerjanya

Phuwin menggeleng "tidak usah, kau duluan saja, terimakasih atas tawarannya" ucapnya sopan

Sepeninggalan pria tadi, phuwin segera menghubungi kekasihnya namun ternyata kekasihnya itu tidak menjawab panggilannya.

"Ishh, kenapa kak nara tidak mengangkat telepon ku" kesalnya

Dengan perasaan sedih dan kesal ia memutuskan untuk pulang sendiri, ia mulai berjalan menyusuri jalanan yang tampak sepi pada malam hari. Ia mempercepat langkahnya agar sampai di jalan besar di depan.

Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti mendadak di dekatnya. Beberapa orang yang mengenakan pakaian gelap keluar dengan cepat, wajah mereka sebagian tertutup.

Mereka bergerak tanpa suara, dengan gerakan yang terlatih dan penuh kewaspadaan. Pria manis itu tak sempat bereaksi atau melarikan diri; satu orang langsung menangkapnya dari belakang, mengunci gerakannya.

Seorang lainnya memasangkan penutup mata di wajahnya, membuat pandangannya gelap. Ia berusaha melawan, tapi mereka menekannya dengan kuat

Ia dibawa ke dalam mobil, di mana suasana terasa penuh ketegangan. Di dalam kendaraan, ada keheningan yang mencekam, hanya suara mesin dan napas terengah-engah pria itu yang terdengar.

Hatinya berdegup kencang, pikiran kalut penuh rasa takut. Orang-orang itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya menatap tajam seolah memastikan pria itu tak memiliki harapan untuk melarikan diri.

Mobil kemudian melaju cepat, meninggalkan jalan yang sunyi, membawa pria itu ke tempat yang tidak ia ketahui.





+++


Haloo gaiss maaf nihh agak malaman update nya soalnya sibuk banget hari ini hehe

Jangan lupa vote & comment nya yahhh!!!

Startel [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang