Seoarang anak remaja berumur enam belas tahun berkulit putih dan bermata biru sebiru laut sedang berjalan riang keluar dari kamar tidurnya, digenggamannya terdapat secarik kertas berharga yang menjadi alasan rasa senang yang menyeruak di dadanya. Langkah riangnya ia bawa menyusuri lorong lantai dua rumah besar miliknya, tak sabar menunjukkan kabar bahagia untuk ibunya ia mempercepat langkahnya.
Prangg
Rasa senang yang ia rasa beberapa detik lalu berubah menjadi rasa takut, ia sangat terkejut saat menoleh kebelakang mendapati guci kesayangan ibunya hancur berkeping-keping berserakan dilantai, badannya mulai gemetar ketakutan, derap kaki seseorang mulai terdengar mendekat menghampirinya.
"APA YANG KAU LAKUKAN ANAK SIALAN!!!"
Seorang wanita cantik berkepala tiga itu mecengkaram kuat lengan anaknya, ia menatap nyalang anaknya dengan nafas bergemuruh tanpa disadari cengkraman kuat wanita itu menimbulakan bercak merah pada kulit putih anak itu akibat kuku panjangnya.
"i-ibu, bukan nata yang melakukannya" ucap anak itu dengan tubuh bergetar
"beraninya kau masih ingin membela diri, jelas-jelas hanya kau yang ada di sini jika bukan kau siapa lagi HAH"
Tiba-tiba datang seorang anak remeja lainnya, ia terkejut melihat keadaan sekitar dimana banyak pecahan kaca tersebar dilantai dan juga ia melihat mamanya memarahi kakanya yang sedang menangis.
"apa yang terjadi ibu?, kenapa ibu memerahi kak nata" ucap anak itu dengan mata berkaca-kaca
"dia anak nakal phuwin, anak sialan ini menghancurkan guci kesayangan ibu"
"tap-"
"berhenti membelanya phu, aku akan memberi Pelajaran pada anak sialan ini
Wanita itu segera menyeret tangan nata menuju gudang yang berada di belakang jauh dari jangkauan ruang tengah, phuwin yang melihat kakaknya diserat mulai menangis. Ia segera mengikuti ibunya yang menyeret kakak kesayangannya.
"aa-ampun bu, sakit bu" lirih nata
Tanpa menghiraukan tangisan nata wanita itu dengan kasar mendorong tubuh nata kedalam gudang lalu segera menutup pintu dan menguncinya.
Nata sangat panik karena didalam ruangan itu sangat gelap hanya ada sedikit cahaya yang masuk melalui lubang kecil di ujung diding ruangan, ia tak henti-hentinya mengedor pintu gudang itu.
"ibu maafkan nata bu, bukan nata yang melakukannya bu. nata takut bu" ucap nata yang terus mengedor pintu
"ibu kenapa mengurung kakak ku, kakak mungkin tidak sengaja bu, jangan menghukumnya" phuwin sedari tadi tidak berhenti terisak
"sudah biarkan saja"
Wanita itu segera berlalu dengan menarik tangan anak keduanya meniggalakan nata yang terus menggedor pintu berharap ibunya akan membebaskannya.
Kedua tangan kecilnya sudah memerah, gedoran yang tadinya keras kini kian melemah. Nata merosotkan tubuhnya bersandar dibalik pintu dengan memeluk kedua kakinya, tubuhnya bergetar hebat ia sangat takut gelap, air mata tak henti-hentinya mengalir dari mata indahnya.
+++
Pagi ini seorang remaja berkulit putih mengkayuh sepedanya dengan susah payah karena rasa sakit dikakinya belum juga hilang akibat semalam ayahnya menghukumnya dengan memukulkan beberapa kali tongkat golf pada kakinya.
Nata sipemilik mata biru indah itu memarkirkan sepedanya lalu menatap sebuah mobil mewah yang juga baru sampai di depan sekolah, seorang anak remaja keluar dari mobil tersebut ia adalah phuwin, jika kalian bertanya kenapa nata tidak pergi bersama saudaranya jawabannya adalah karena selama ini orang tua mereka melarang mereka untuk berdekatan saat di sekolah, orang tua mereka tidak ingin jika orang mengetahui nata dan phuwin adalah saudara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Startel [End]
RomansaNatachai Nalendra Maurer, sosok laki-laki manis yang merasakan rasa sakit yang mendalam di hati nya seperti ada beban berat yang menghimpit tanpa pernah melepaskannya. Di dalam dada, perasaan itu membara sekaligus dingin, mengombang-ambingkan hati a...