Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Anak anak silahkan keluarkan buku catatan kalian,lalu tulis dibuku kalian masing masing."ucap pak bima
Anak-anak di kelas segera mengeluarkan buku catatan mereka dan mulai menulis dengan serius. Pak Bima mengamati mereka sambil memberi sedikit waktu untuk mencatat. dan mulai mencatat materi yang baru saja diterangkan oleh guru. Suasana kelas menjadi tenang, hanya terdengar suara pensil dan pulpen yang bergerak di atas kertas. Beberapa siswa terlihat serius mencatat setiap detail, sementara yang lain sesekali melirik ke papan tulis untuk memastikan tidak ada yang terlewat.
Guru berjalan perlahan di antara barisan bangku, sesekali memberikan penjelasan tambahan kepada siswa yang terlihat bingung. di sudut kelas, seorang siswa mengangkat tangan, meminta penjelasan lebih lanjut tentang sebuah konsep yang sulit dipahami. Guru pun dengan sabar menjelaskan, memastikan semua murid bisa mengikuti.
"Jangan lupa, anak-anak, tulis definisi dan contoh yang sudah saya jelaskan tadi, ini akan sangat membantu kalian saat ulangan nanti," tambah Pak Bima, memastikan semua murid mencatat dengan baik
Setelah beberapa saat, Pak Bima melanjutkan, "Jika ada yang belum selesai, kalian bisa melanjutkannya setelah kelas, sekarang, mari kita coba beberapa latihan soal agar lebih memahami bilangan bereksponen ini."
Grandy, yang duduk di bangku belakang, menoleh ke arah Arbani dengan senyum nakal, "Bro, kalau ada tugas, gua nyontek yaa..."
Arbani langsung menanggapi dengan tegas, "Ogah!"
Grandy menyeringai. " bro pelit banget. ngga boleh pelit sama temen sendiri, tau!"
Arbani hanya menggeleng sambil tersenyum. "Bukan pelit, tapi belajar dong, biar bisa sendiri."
Grandy mendengus. "Ah, lo sok bijak. Sekali-kali bantu, napa?"
Arbani tertawa kecil. "Kalau lo mau, gue ajarin, tapi gak nyontek."
Grandy menatap Arbani dengan ekspresi setengah bingung. "Lo serius? ngga ada cara lain, bro? cuma sekali aja, gitu."
Arbani memiringkan kepala, menatap Grandy dengan penuh perhatian. "Gue tahu lo bisa, kok. lo cuma butuh sedikit usaha. Kalau lo belajar, nanti malah jadi gampang."
Suara ketukan pintu terdengar saat Azkina kembali masuk ke kelas setelah rapat OSIS pak Bima, yang melihatnya, bertanya, "Azkina, rapat OSIS sudah selesai?"
Grandy yang duduk tak jauh dari mereka ikut menimpali sambil menatap Arbani, "Lo ngelihatin Azkina terus, Ban."
Arbani langsung salah tingkah. "Mana ada gua ngelihatin Azkina," elaknya sambil pura-pura tak peduli.
Grandy menyengir, "Udah, ngaku aja. lo beneran naksir, kan?"
Wajah Arbani memerah, "Berisik lo!"
Bel pulang sekolah berbunyi, menandakan waktunya bagi para siswa untuk pulang.
Pak Bima menyampaikan pengumuman, "Bapak kasih tugas buat kalian, dan dikerjakan di rumah, ya."
"Baik, Pak!" sahut seluruh murid serentak.
Pak Bima tersenyum dan mengucapkan perpisahan, "Bapak pamit, sampai bertemu di pelajaran berikutnya."
Saat Pak Bima meninggalkan kelas, Grandy mengajak Arbani, "Ayo, bro, kita pulang."
Namun, Arbani menolak, "Nunggu diluar aja, gua ada urusan."
Grandy pemegang bahu Arbani, "Oke, bro."
Di sisi lain kelas, Azkina masih membereskan buku-bukunya ke dalam tas. Saat suasana mulai lengang, Arbani mendekatinya. "Kin, mau pulang bareng gue nggak?" tanyanya.
Mella yang melihat dari samping langsung menyoraki, "Cieee, ditawarin pulang bareng. noh, jawab dong!"