Senin pagi sudah ribut, bagaimana tidak, sepatu Adi masih basah. Bima menggeleng, "Makanya sia mah kalo di kasih nasihat Abang jangan suka nyambat."
Adi menghela nafas, tidak ada harapan jika meminta pada Bima. Maka ia menoleh pada Adim, semoga yang satu ini tidak menyebalkan.
"Apa lihat-lihat? Tuh, ada sepatu Ibu. Pakai aja, warna hitam juga." Adi melongo mendengar Adim berujar.
Sepatu Ibu itu flatshoes, mana mungkin.
"Lama, nih pakai punya Adis." Si kembar itu akhirnya saling bantu juga. Dina sudah berangkat dengan circle nya, yang akhir ini membuat si gadis tidak betah di rumah.
Adim berangkat dengan Bima, sedangkan si kembar Adi dan Adis akan menunggu Raka selaku maknae line 09, berangkat dengan berjalan kaki.
"Kita berangkat dulu, Bu." Setelah Bima, Adim menyusul menyalami sang surga.
"Hati-hati di jalan, jangan ngebut."
"Laksanakan Ibunda ratu!"
***
"Lo jangan nakal, kalo ada ulangan setidaknya masuk KKM, ngerti?" Bima menyerahkan uang lima ribuan dua.
"Nggak ngerti, kalo nggak masuk KKM salah gurunya dong, Bang. Nggak becus jelasinnya," bela Adim. Bima menepuk ubun-ubun Adim sekali dengan keras.
"Biar otak lo benar dikit." Lalu meninggalkannya Adim melaju ke sekolahan, hari ini tidak ada upacara.
***
Tiga hari berturut-turut Bima selalu pulang bersama Celo, menuju rumah sang sahabat. Termasuk hari ini, hari terakhir mereka belajar bersama. Karena besok adalah hari tenang dan lusa sudah mulai olimpiade.
Niatnya langsung belajar bersama sepertinya gagal, karena Celo pamit pacaran. Dan tiba-tiba Pak Joko mengadakan pertemuan.
"Belum datang ya?" Celingak-celinguk mencari guru yang meminta keduanya berkumpul.
Bima dan Ara memutuskan masuk rungan lab biologi terlebih dahulu. "Kayaknya gagal belajar di hari terakhir ini deh."
Bima menoleh mendengar perkataan Ara, "Mau belajar di sini dulu? Sebelum Pak Joko datang."
Ara menoleh juga, "Iya ya, sure, ayo mulai duluan." Keduanya sama-sama membuka buku pelajaran, jika ada orang yang melihat mereka mungkin pikiran mereka satu : study date.
Duduk berdampingan dengan Bima yang condong ke Ara karena tidak nyaman, dan gadis itu yang juga mengangguk saja mendengarkan Bima.
"Biasanya teori kan? Kalo pakai waktu, yang penting kita ada kekompakan buat jawab," jelas Bima. Ara manggut-manggut.
Ara mendongak, "Chemistry kita kuat nggak ya?"
"Harusnya sih kuat, tapi keadaan biasanya yang bikin kebingungan." Ara menghela nafas panjang, sebelum akhirnya meletakkan kepalanya ke meja dengan lesu.
Bima yang melihat hanya tersenyum, sangat tau seberapa berat dan kerja keras Ara selama ini.
"Kalo isinya cepat-cepatan jawab kayak LCC, gue lemah banget, takut gue egois," gumamnya dengan mata terpejam.
Cowok di sampingnya berdeham, "Aku bakal ngalah kok. Aku yang nurut ke kamu nanti," sahutnya.
Ara langsung membuka mata, ia menegakkan tubuhnya. Tersenyum hangat ke lawan jenisnya, "Gue minta maaf."
"Kenapa minta maaf? Aku yang menyerahkan diri," katanya. Mereka saling pandang untuk waktu yang lama, sampai akhirnya suara pintu menyadarkan mereka.
"Astaga maaf kalian lama ya nunggu saya? Saya ada panggilan dari kepala sekolah baru saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Januari untuk Desember [continue]
Lãng mạn[iamgigi_] 🚫𝐀𝐑𝐄𝐀 𝐀𝐍𝐓𝐈 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐑𝐈𝐒𝐌𝐄🚫 [[‼️Perubahan cerita dari Teman Tapi Mantan]] Baca nggak!!? Maksa, kalo nggak Jakarta dan sekitarnya aku acak-acak! ••• Sosok yang hidup sebagai sulung itu harus berhadapan dengan kisah cintany...
![Januari untuk Desember [continue]](https://img.wattpad.com/cover/371152764-64-k103504.jpg)